Part 5

6.4K 528 105
                                    

Ruangan yang didominasi oleh warna cokelat itu menjadi ruang rapat keluarga secara mendadak, Xander sengaja mengumpulkan mereka ke sana agar tidak ada yang berani menguping. Selain aman, ruang kerja Xander juga jarang dilewati oleh para warior dan omega.

"Kau sudah memastikan hal itu, Karin?" tanya Xander memulai percakapan, laki-laki paruh baya itu menatap menantunya dengan pandangan penuh intimidasi.

"Iya, Dad." Karin menjawab dengan cepat, meskipun ia sendiri sedikit ragu. Selama ini penglihatan Karin tidak pernah meleset, sesuai dengan prediksi.

"Bisa coba sekali lagi?" pinta Bella penuh harap.

Mendengar permintaan mommy-nya, Nio mendelik kesal. Tadi saja tenaga Karin terkuras habis, sekarang gadis itu disuruh mencoba lagi? Tidak akan, ia tak memberikan izin untuk itu.

"Mom!" protes Nio.

Tangan Nio melingkar di pinggang Karin dari samping, mendekatkan tubuh istrinya agar tidak ada lagi jarak antara mereka. "Karin bahkan hampir celaka tadi, dan aku tidak akan membiarkan itu terjadi lagi!" ucap Nio dengan napas memburu.

Emosinya akhir-akhir ini agak tidak terkontrol, apalagi menyangkut tentang Karin. "Maaf, Mom. Aku tak bermaksud untuk menghalangi Mommy menemukan Jessy, tapi bagiku kesehatan Karin lebih penting. Dia belum sembuh total, aku tidak ingin melihatnya sakit kembali," ungkap Nio.

Bella berusaha untuk memahami apa yang Nio rasakan, ia juga pernah berada di posisi Karin dahulu. Sifat anak dan suaminya itu tidak jauh berbeda, kasus yang mereka hadapi saat ini saja yang berbeda.

"Aku juga tidak bisa merasakan keberadaan Jessy, Mom. Seperti ada sesuatu yang menghalangiku masuk," adu Jeslyn.

Harapan mereka saat ini adalah Karin, tapi kondisi gadis itu tidak memungkinkan untuk melakukan penglihatan kembali. Kekuatan Bella juga sama dengan Jeslyn, tidak bisa menembus kekuatan tak kasat mata yang terpasang.

"Sebenarnya aku sudah memastikan hal ini," ucap Nio tiba-tiba.

Xander menatap anaknya penuh selidik, Nio pasti sudah memastikan hal ini terlebih dahulu. "Ada apa?" tanya laki-laki paruh baya itu.

Tangan Karin yang semula berada di atas pangkuannya berpindah pada punggung Nio, mengalirkan sebuah kekuatan agar laki-laki itu menceritakan keresahan yang ia alami selama ini.

"Aku pernah membawa Jessy dan Jeslyn di perbatasan, di sana aku memastikan sesuatu. Entah ini benar atau salah, yang pasti ... di antara mereka memang memiliki ikatan dengan bangsa vampir," tutur Nio.

Nio menatap Jeslyn dan Liam yang berada di depannya, laki-laki itu menarik napas dalam sebelum berkata, "Dan aku pikir, orang itu bukan Jeslyn." Rangkulan Nio semakin erat di pinggang Karin, mencari kekuatan dengan keberadaan gadis di sampingnya.

"Maksudmu, ada kemungkinan jika mate Jessy adalah seorang vampir?" tanya Bella memastikan.

Kepala Nio mengangguk pasrah, jelas sekali ini bukan pertanda baik. Meskipun hubungan bangsa serigala dan vampir baik-baik saja, tapi di antara mereka tercetak perbedaan yang sangat kentara.

Lihat saja sekarang, untuk mengetahui keberadaan Jessy saja sangat menguras tenaga seorang Karin Rebecca. Perlu kekuatan tingkat atas yang bisa menembus perisai bangsa vampir, tidak sembarangan orang bisa melakukannya.

Vampire, werewolf, witch, mermaid, dan fairy adalah bangsa yang setara. Berbeda dengan bangsa Karin yang jauh lebih kuat, apalagi Karin itu ... ah, sudahlah.

"Apa kita harus datang ke sana?" tanya Liam setelah lama menutup suaranya.

Ketukan pintu menghentikan Xander yang ingin menjawab pertanyaan menantunya. "Masuk!" perintah laki-laki tiga anak itu.

"Aku dengar cucuku hilang, bagaimana bisa?" Sepasang manusia itu masuk ke ruang kerja Xander, lalu duduk di bangku yang masih kosong. Tadi ketika mereka baru sampai di pack, para warior menceritakan hal tersebut.

Tiga pasang manusia yang berada di sana masih syok dengan kedatangan dua orang tersebut, apalagi Karin tak mengenali mereka.

"Daddy, Mommy!"

"Grandpa, Grandma, kapan kalian datang?" tanya Nio yang lebih dulu dapat mengontrol dirinya.

Davin dan Devi merengut kesal, respons yang diberikan anak dan cucunya sangat tidak enak dipandang sama sekali. "Xander, kau tak merindukan kami?" tanya Devi sinis.

Wanita yang tak lagi muda itu menatap anaknya dengan pandangan menusuk. "Kau masih mengingat kami, bukan?" tanyanya sekali lagi.

"Aku tentu saja mengingat kalian, Mom. Tidak mungkin aku lupa," ujar Xander kaku.

"Bisa aja, terakhir kau mengunjungi kami ketika Kelly meninggal," sindir Devi.

Tak ingin memperpanjang masalah, apalagi terlihat rendahan di mata anak dan menantunya, Xander merasa lebih baik mengalah saja. "Baiklah, aku mengaku salah." Lagi pula memang salahnya yang tidak mengunjungi mereka, ia terlalu sibuk dahulu.

"Jadi benar, cucuku hilang?" tanya David.

"Iya, Grandpa. Jessy menghilang, kemungkinan ... sekarang dia berada di daerah bangsa vampir," jawab Nio.

Devi mengernyit heran, ia tahu kelakuan cucunya yang satu itu. "Ada apa? Dia membuat masalah pada bangsa kulit pucat itu?"

"Tidak, sepertinya mate Jessy adalah bangsa itu," sahut Jeslyn.

"Bagaimana bisa? Bukankah Jessy memiliki Evan? Ah, di mana laki-laki itu sekarang?" tanya Devi beruntun.

Xander menghembuskan napasnya pelan, sifat mommy-nya tidak pernah berubah sedari dulu. "Entahlah, Mom. Sekarang Evan berada di dunia mortal, aku menugaskannya di sana," jawab Xander.

Keadaan kembali hening, empat pasang manusia berbeda umur itu tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing. Liam dan Jeslyn merasa sungkan untuk bersuara, David dan Devi yang sepertinya mengenang masa lalu, Xander dan Bella juga memilih saling berbicara melalui mindlink, serta Nio dan Karin yang terdiam kaku seperti biasa.

Tiba-tiba Nio merasakan tangannya digenggam erat oleh Karin, raut kesakitan gadis itu membuatnya dilanda kekhawatiran luar biasa. "Karin, ada apa?" tanya Nio panik.

Keributan itu memecahkan keheningan mereka, semua menatap Karin dengan saksama. Selang beberapa menit, napas gadis itu mulai tenang. Ia menatap Nio dengan pandangan yang tak bisa terbaca, sesuatu penglihatan tiba-tiba saja datang kepadanya.

"Nio," ucap Karin lemah.

Kepala gadis itu menggeleng, mengisyaratkan bahwa ia tidak mau mengatakannya. Nio dapat menangkap suatu hal, bahwa yang baru saja terlintas tadi adalah sesuatu yang buruk.

"Maaf, tapi sepertinya aku harus membawa Karin ke kamar," pamit Nio.

Setelah mendapat persetujuan dari daddy dan grandpa-nya, Nio segera melesat membawa Karin menuju kamar mereka. Ia merebahkan gadis itu dengan hati-hati, takut akan membuat istrinya semakin kesakitan.

"Ada apa?" tanya Nio lembut. Tangannya dengan lincah mengelus surai milik Karin, menyalurkan kehangatan dan ketenangan untuk gadis itu.

Karin menepuk sisi sebelah ranjang yang kosong, menyuruh Nio untuk ikut berbaring bersamanya di sana. Tanpa diperintah dua kali laki-laki itu bergerak dengan cepat, ia memeluk Karin dari samping.

"Berceritalah!" perintah Nio.

Anggukan dari Nio meyakinkan Karin untuk bercerita, hal ini memang bersifat sangat penting. "Sesuatu yang buruk terjadi, Jessy ... melanggar batasannya."

The Queen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang