9

5K 390 44
                                    


"Chim, jangan lari-lari nanti jatuh sayang!" Teriak sang ibu menasehati anaknya yang begitu aktif.

Maklum, di usianya yang menginjak 3 adalah masa aktifnya anak dengan berbagai hal yang banyak ingin di ketahui. Contohnya Jimin, selalu saja berlari antusias jika menemukan sesuatu yang baru dia liat.

"Eomma! Eomma bawa apa?” tanya jimin yang antusias ketika melihat sang ibu membawa bungkusan dari supermarket.

"Coba tebak, eomma bawa apa?”

"Pacti ecklim taaan."

"Kamu lucu sekali sayang. Cha! Ice cream rada setrowbary kesukaan anak eomma yang paling manis." Dengan menyodorkan 1 cup kecil ice cream ke tangan mungil Jimin.

"Yeay! komao eomma. Chim cenang cekali."

"Chim makan nya di ruang tv saja ya sambil nonton kartun kesukaan chim. Eomma mau menyiapkan makan siang untuk mu." Di balas anggukan dari sang buah hati.

~~~

Saat suasana sangat sunyi karena kesibukan masing-masing. Ya begitu lah keseharian seokjin setiap pulang dari pekerjaan nya. Dia hanya bekerja setengah hari karena harus mengurus jimin yg selalu di titip kan oleh tetangga sebelahnya. Kadang juga jimin di tinggal di rumah sendiri karena tetangganya sering pergi ke desa sebelah untuk menemui mertua yang sakit-sakitan. Alhasil seokjin harus ekstra membagi waktu antara pekerjaan dan buah hati. Mau bagaimana pun jimin harta satu-satunya yang dia miliki sekarang.


Tak lama terdengar suara ketukan pintu yang tak sabaran. Seokjin buru-buru mematikan kompor terlebih dahulu baru pergi ke pintu utama.


BRAK!

"CK, lama sekali." Gerutu sang tamu.

Namun pandangan seokjin tiba-tiba shock, dia berusaha menutup kembali pintunya namun kalah cepat dengan sang tamu yang langsung menerobos masuk.

"Mau apa kau?" Tanya seokjin takut

"Apa kau tak merindukan aku"

"Kai-"

Ya itu adalah orang yang seokjin anat hindari, namun hari ini perasaan seokjin berkata akan terjadi hal buruk yg menimpa keluarga nya.


"Owh lihat lah kucing kecil ku, apa kau begitu merindukan daddy hingga menangis?" Ejek kai kala melihat seokjin yang ketakutan.


"Pergi!" Ucap seokjin kala kai hendak memeluk nya.

"Lihat siapa yang sidah berani memerintah disini?" Sinis kai.

"Aku bilang pergi!"


Mendengar suara ribut-ribut jimin datang menghampiri eommanya.

"Eomma?"

"Owh kitten, kau sudah besar ternyata, sini sayang peluk appa. Appa merindukan mu kitten." Dengan tangan yang terbuka guna memberi ruang untuk jimin.

"Jimin masuk!" Bentak seokjin.

"Eomma?" Lirih jimin

"Eomma bilang masuk!" Nada tinggi seokjin tanpa sadar sudah membuat jimin takut.

"Ayok ikut appa sayang." Geram kai dan berjalan menghampiri Jimin dan menggendong jimin. Namun seokjin berusaha untuk mencegahnya. Hingga akhir nya tarik menarik pun terjadi. Kai yang menang, dia berhasil membawa jimin keluar.

Suasana hari itu sangat dingin karena hujan yang mengguyur begitu deras. Tangis jimin pecah. Dia takut dia sangat takut. Jimin tak tau apa yang tengah terjadi pada eomma dan laki-laki yang menyebut dirinya appa.


Setelah kepergian kai dan jimin, seokjin terus mencoba mengejarnya. Namun langkah nya tak lebih cepat dari kai.


"Jimin, mah pergi ke taman bermain?” tanya kai.

Jimin hanya mengangguk polos.

"Kalau begitu Jimin tunggu di sini ya? Jangan kemana-mana? Oke"

Jimin hanya menurut ketika kai memasukan nya di dalam kardus yang sudah akan basah karena air hujan.

Setelahnya kai kembali ke rumah kecil seokjin. Dan entah apa yang terjadi selanjutnya.


.


.



.


.

"Hiks, eomma."

"Jimin, sayang bangun."

"Eomma chim atut."

"Sayang hey bangun. Daddy di sini."

"Jungkook sepertinya jimin demam. Dia terasa panas."

"Iya hyung kau benar."

"Kita bawa ke rumah sakit."

"Shireo, jika kita bawa ke rumah sakit dan pihak rumah sakit menanyakan data jimin, apa yang akan kita jawab hyung. Aku tak ingin di tuduh sebagai penculik dan menyaksikan jimin yang di tahan pihak rumah sakit."

"Kalo begitu aku akan pergi mencari obat. Kau sementara kompres jimin."

"Hmm, baiklah."


.


.


.



"Daddy?" Suara parau, serak dan kecil itu menyapa indra pendengaran Jungkook.

"Sayang, daddy disini sayang. Daddy bersamamu." Panik jungkook, merengkuh, mencium. Dan mengelus lembut. Itu yang jungkook lakukan.

Dai ketakutan. Dia sangat ketakutan jika orang yang jungkook sayang harus terluka bahkan pergi meninggalkan nya.


"Daddy, cakit, hiks." Sambil memegang kepalanya.

"Mana yang sakit sayang. Sini daddy cium biar sakitnya pergi."

"Ini daddy cakit hiks." Jimin menunjuk kepalanya lagi.

CUP!

"Sakit pergi ya, jangan ganggu chim lagi. Chim mau sembuh." Dan di kecupnya lagi kepala jimin.


Anak seusia jimin pasti akan rewel jika sedang mengalami demam. Mungkin rasa tak nyaman dan sakit yang baru pertama kali di rasa. Dan selama semalaman Jungkook berusaha menenangkan sang bayi. Tak terkecuali namjoon. Yang akan bergantian dengan jungkook.

Ya, namjoon memutuskan menginap karena rasa kawatirnya juga. Awalnya jungkook tak ingin merepotkan teman nya itu, hanya saja namjoon memaksa. Dan alhasil seperti itu lah kejadian nya.


.


.


"Sayang, appa janji akan menemukan eomma untuk mu."
Lirih namjoon kala menggendong jimin yang tengah terlelap di bahunya. Sesekali mencium pelipis dan pipi jimin. Tentu tanpa dia tau, jungkook melihat hal itu.



Tbc.




Stay self guys. Semoga covid-19 segera hilang. Aku sedih dengan hal ini. Tapi kita ambil hikmah nya ya.


15april2020
Cynpark

My Baby CHIMMY ||KMWhere stories live. Discover now