〖4〗hím

1.3K 196 6
                                    


🌸

Beberapa kali tangannya terangkat, menutup mulut yang terbuka lebar sembari menahan kantuk. Ponselnya menunjukkan pukul 22.45. Ia bahkan tak pernah terjaga selarut ini meskipun untuk mempersiapkan ujian masuk universitas. Ia lebih memilih bangun pukul empat pagi untuk belajar.

[Name] meregangkan lehernya, lantas bersandar pada sofa, membiarkan keributan di sekitar menjadi pengiring tidur. Sebentar saja. Ia ingin mengatupkan matanya sebentar saja.

K L U K ! Dan keributan itu lenyap seketika dari pendengarannya.

Seorang kakak tingkat yang mengamati dari sudut ruangan tahu betul bahwa posisi tidur sang gadis tidaklah nyaman. 'Sepertinya dia tidak terganggu?' Osamu mengalihkan pandang. 'Biarlah. Daripada terjadi apa-apa jika ia pulang sendirian sekarang.'

Acara penyambutan mahasasiswa baru sudah selesai lewat dari satu setengah jam yang lalu. Beberapa anak memilih tinggal. Beberapa anak tertinggal karena ketiduran. Tak kecuali [Fullname] yang kini dimabukkan ketenangan bunga tidur.

Tak lama tubuhnya terguncang, seseorang menggoyangkan tubuhnya. "Hei," panggil orang tersebut.

"Emhh..." [Name] melantur dengan mata terpejam.

"[Fullname], kau tak ingin pulang?"

Sesaat kemudian manik [e/c]-nya nampak. Area mata yang seharusnya putih terlihat kemerahan. "Emh... Aku mau pulang."

"Kalau gitu bangunlah! Tempat ini hampir kosong, tahu!"

"Aku sangat ngantuk,... Tunggu lima menit lagi, ya?" pinta [Name] yang setengah sadar dengan eksistensi kakak tingkatnya.

"Kau pikir kau sedang bicara dengan siapa, hah?" Osamu menarik sebelah tangan [Name]. "Berdirilah sebelum aku yang menggendongmu."

[Name] tersenyum riang, belum jua tersadar penuh. Kedua tangannya pun terangkat, dengan suara lirih ia bergumam, "gendong? Menggendongku ke apartemenku?"

Osamu mengernyit heran. "Hah? Bicara apa anak ini?"

"Gendong aku, Miya-san. Aku masih ingin tidur."

"Hei, hei, kau tidak kebanyakan minum, kan? Masa tidur saja membuatmu bodoh begini?"

Perkataan Osamu agaknya tak lagi menjamah pendengaran [Name]. Gadis itu sudah kembali terlelap hanya dalam sepersekian detik.

Osamu menoleh kanan dan kiri. Sapaan tiga menit yang lalu adalah sapaan dari anggota terakhir. 'Anak ini masih belum dapat teman atau bagaimana, sih? Bisa-bisanya tak ada yang mencoba membawanya pulang.' Helaan napas berat pun terdengar setelahnya. "Merepotkan saja."

Dengan menyampirkan tas jinjing milik [Name] di bahu, Osamu pun menempatkan gadis itu di punggungnya. Ia angkat tubuh itu dan keluar dari ruang karaoke yang mereka pesan malam ini.

"Hei, di mana apartemenmu?" Osamu mengguncangkan tubuh [Name].

Gadis itu kembali mengerjap. "Hwanywaa 200 mhether di sebelah kwanan... Apartemen Ryushitsu... nomor 205. Hwaaammmm...." Kesadarannya itu tak berlangsung lama.

Sekali lagi Osamu hanya bisa menghela napas panjang. 'Apa yang sedang ku lakukan? Mengantar pulang mahasiswi baru yang baru kutemui pagi tadi. Sudah gila, ya? Jika si brengsek itu tau, dia akan terus mengejekku sebagai 'kembarannya' yang sesungguhnya.'

Jalanan sudah sepi. Hanya suara hewan malam yang terdengar. Osamu menapaki jalan rata itu seorang diri, beberapa kali ia mendorong tubuh gadis di punggungnya karena hampir merosot dan terhempas ke jalan.

rєcσnvєníng | kαgєчαmα tσвíσWhere stories live. Discover now