〖17〗rєndєzvσuѕ

1K 156 60
                                    

🌸

Sebuah gambar muncul di ponselnya. Tentang sebuah kotak bento berisi satu onigiri dengan dua tangan yang bertumpuk di sebelahnya. Beberapa buku juga terlihat di dekatnya, suasana perpustakaan yang kental namun terasa begitu ringan akan sentuhan romansa.

Ya, harusnya itu terlihat manis. Manis yang membuat orang lain bahagia ketika melihatnya. Tapi baginya tidak seperti itu. Perasaan kesalnya kian membuncah, dadanya semakin menyesak ketika menyadari kebodohannya.

"Tobio." Tubuhnya berguncang sedikit, merasa seseorang menyentuh pundaknya beserta tatapan penuh kekhawatiran. "Kau kenapa? Kenapa melamun dari tadi?"

Kageyama terkesiap mendengarnya. Kepalanya seketika memberat dan pundaknya kembali terasa amat berat yang kini ia ketahui apa penyebabnya. Perasaan bersalah. Perasaan menyesal. Perasaan kesal. Semua itu membuatnya semakin payah. Dalam hal apapun.

"Aku... Sedikit lelah. Aku cuci muka dulu." Diletakkannya ponsel di sofa, sementara ia pergi ke kamar mandi.

Hayakawa kebingungan di tempat, namun itu tak bertahan lama. Karena ia juga sudah tahu penyebab kekasihnya bertingkah sedemikian rupa. Ponsel Kageyama yang masih menampakkan postingan yang sama menarik perhatian Hayakawa. Sesaat ia melihat ke arah kamar mandi memastikan bahwa kekasihnya tak mendekat dalam beberapa waktu ke depan.

Diambil ponsel tersebut, sebuah postingan dari akun yang ia yakini seorang lelaki dari foto profilnya. Namun yang ada di dalam foto itu tak hanya tangan seorang lelaki. Tangan yang jauh lebih kecil dan feminim dengan kuku yang indah tanpa pewarna, dengan jemari lentik yang nampak begitu manis.

"Osamu... Foto ini...manis sekali, makan bersama di perpustakaan..." Tawa kecilnya terdengar, jemarinya pun bergerak ke layar ponsel, menyentuhnya lembut dan melihat 'tag' yang ada. Akun seorang wanita. ([Name]'s socmed account). "Manisnya..." ujarnya ketika membuka akun yang tertera. "Namanya... [Name]?"

Hayakawa baru menyadari. Kalau itu adalah nama yang sering diucapkan oleh kekasihnya. Nama yang tanpa sadar terucap ketika tak ada interaksi yang terjalin antara keduanya. Ia beranikan dirinya sekali lagi, menggeser layar ponsel ke bawah, menunjukkan beberapa postingan yang sudah terlampau beberapa bulan.

Tangannya melemas. Matanya memejam menahan sesaknya. Sebuah foto kedekatan antara kekasihnya dengan seorang gadis. Foto ketika kekasihnya menduduki kursi juara tiga nasional Spring High tingkat SMA se-Jepang. Foto ketika keduanya terlihat begitu bahagia di Gedung Olahraga Tokyo yang luar biasa besar dan ramai. Foto ketika sang lelaki melandaikan kecupan ringan di kening si gadis di rantaian foto paling akhir.

"Jadi... Ini mantan pacar Tobio?" Senyumnya terukir tipis, satu pikiran melintasi benaknya.

"Sachiko-san, doushite?" Tiba-tiba satu suara menginterupsinya. Segera Hayakwa membawa ponsel Kageyama ke balik tubuhnya sambil berusaha menutup laman yang baru saja ia buka.

Gelengan kecil Kageyama terima. "Tidak ada apa-apa. Ayo tidur... Kau terlihat sangat kelelahan karena latihan." Senyumnya terkembang lebar.

Kageyama mengangguk kecil, melupakAn sejenak keberadaan ponselnya. "Aku ambil futon dari gudang, ya?" Sang lelaki langsung pergi mengambil barang yang ia inginkan setelah sang tuan rumah memberikan ijinnya.

Keduanya kini terbaring, di masing-masing futon berukuran sedang, sama-sama menatap langit-langit sebelum saling menghadap dan menautkan jemari di atas bantal. "Aku sudah set alarm pukul lima pagi, seperti biasa saat kau bangun."

Ras tak sukanya masih tersisa. Namun ia tak bisa menunjukkan di depan gadis yang kini menjadi kekasihnya. Tapi. Sekeras apapun ia mencoba, wajahnya yang terlihat mengerikan masih saja terlihat.

rєcσnvєníng | kαgєчαmα tσвíσWhere stories live. Discover now