〖15〗hurt

1K 162 142
                                    

🌸

Pertemuan mereka sudah lewat beberapa bulan lepas. Setelah satu bulan yang cukup panjang dirasanya, ketika dalam hati semua hubungan sudah mencapai titik jenuh, panggilan itu datang. Panggilan yang menemani waktu, berlalu bagai angin hanya dengan mendengar suaranya. Suara yang mendayu lagi membawa rindu.

"Latihanku baik-baik saja di sini. Bahkan kami memenangkan banyak pertandingan setelah aku menjadi setter resmi di Adlers," ujar pria dari seberang telepon.

"Sugoi, yokatta nee~"

"Ini berkat doa darimu juga."

"Hanya itu yang bisa aku lakukan untukmu, kan?" tawa kecil yang menyelingi itu membuat hati sang penelepon berdebar kencang. Disesak rasa bersalah.

"Unn, itu lebih dari cukup... Bagaimana... kuliahmu?"

"Normal, seperti kuliah pada umumnya. Tugas, kuis, lembur, tugas, kuis, lembur, tidak ada habisnya."

"Hee untung aku tidak kuliah... Bisa mati aku."

"Haha ada-ada aja, Tobio~"

"Tapi gak masalah, kan?"

"Eh, apanya?"

"Sudah ada yang menemanimu juga melalui itu semua..."

Di tempat, [Name] sedikit berpikir. Mengingat masa-masa saat ia harus lembur mengerjakan semua tugas dan menjawab kuis dari dosen. Kanae menjadi orang pertama di pikirannya.

"Ah! Benar~ Untung ada dia, jadi aku tidak begitu merasa tertekan. Yah ini masih semester pertama sih~ ehe~"

Jauh di seberang sang lelaki merasakan jantungnya berdetak kian tak normal. Rasanya makin sesak. Rasanya ia makin tak bisa menahannya. Miya Osamu, menjadi nama yang ia pikirkan.

"Sou? Yokatta..." jawabnya dengan nada rendah. "Maaf ya, aku jarang menelpon."

"Ie ie, daijobu. Aku tau kok kau pasti sangat sibuk dengan latihanmu... Dari awal aku sudah mengiranya, makanya kita mengambil keputusan ini, kan?" suara sang gadis semakin pelan.

'Iya.. aku sibuk meragukan perasaanku padamu... Dan perasaanmu padaku...' Kageyama menghela napas panjang sebelum kembali menimpali perkataan gadis yang hingga saat ini sangat ia cintai.

"Unn... Kita menjadi sibuk, aku khawatir akan membuatmu merasa tak nyaman... Jika melanjutkannya, dulu..."

"Kita hanya perlu percaya pada takdir, kan, Tobio? Kita punya jalan masing-masing. Aku ingin melalui jalan yang sedikit berbeda."

Hanya dengan percakapan itu, kembali terangkai satu kesalahpahaman dalam diri sang tuan. 'Maksudnya, dia ingin mencoba hubungan dengan lelaki lain dulu, bukan? Berarti aku yang mencobanya bersama Hayakawa, tidak salah, kan?'

"Unn, kita coba lalui dengan keputusan kita sendiri."

"Ah! Tugasku! Aku duluan, Tobio! Jaga kesehatanmu ya..."

"Iya, jaga dirimu baik-baik, [Name]."

Panggilan itu berakhir. Menyisakan rindu yang kian meluap pada kebahagiaan sesaat seorang [Fullname]. Sang gadis hanya bisa tersipu kala memikirkannya. Jauh dalam hati ia berharap, kedudukannya dalam hati Kageyama Tobio tidaklah berubah.

Tapi jika ia berani untuk bertanya, tentang kejelasan hubungan antara ia dan sang dambaan, jawaban macam apa yang akan ia dengar? Ia tidak tahu.

Sedangkan Kageyama Tobio kembali meringkuk, meratapi semua kebodohan yang telah dia lakukan. Namun mundur, bukan menjadi pilihannya saat ini. Terutama dalam menghadapi gadisnya yang baru, Hayakawa Sachiko. Gadis yang ia seret paksa dalam perasaan egoisnya.

rєcσnvєníng | kαgєчαmα tσвíσTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon