〖7〗 мιѕѕιng нιм

1.1K 170 13
                                    

🌸

Keduanya berjalan beriringan. Di tengah mentari yang bersinar, cerah keduanya justru dirundung kelabu. Beberapa kali sang gadis menoleh, melihat sisi wajah lelaki yang beberapa hari belakangan muncul di hadapannya.

Lantas ia menunduk, merutuki kesalahan yang ia lakukan beberapa saat lalu. "Miya-san," panggilnya yang membuat teman perginya hari ini berdeham pelan. "Kau marah padaku?"

"Tidak," jawab Osamu Miya secepat kilat.

[Name] menghela napas, kembali merajut jarinya di belakang tubuh sembari tetap menunduk. "Kurasa tadi aku sudah bicara kelewatan. Gomenasai."

"Tentang apa?"

"Tentang 'mencuri kesempatan'. Padahal sebelumnya aku sudah bilang bahwa aku mempercayaimu. Aku jadi malu sendiri," gumam kecil [Name] meraih pendengaran Osamu.

Osamu sekali lagi berdeham kecil. "Aku mengerti," jawabnya datar.

Mendengarnya membuat [Name] menyimpulkan bahwa Osamu sudah memaafkannya. Ia pun berusaha mengerti bahwa nada bicaranya yang dingin dan ketus memang pembawaan alaminya. Tapi tetap saja, itu tak membuat dadanya terbebas dari rasa sesak bersalah.

C S S ! Pipinya terasa dingin seketika. Sekaleng minuman soda ditempelkan Osamu di pipi gadis itu. "Minumlah, wajahmu jelek sekali."

"Ck," decak sebal [Name] yang tak mampu disembunyikan membuat sudut bibir Osamu sedikit tertarik. "Kau beli seberapa banyak, sih, tadi?"

Osamu terdiam sebentar. "Kurasa cukup untuk persediaanmu satu minggu?"

"Aku tidak minum sebanyak itu!" protes [Name] yang segera membuka kaleng colanya dan berjalan lebih cepat. Raut kesalnya perlahan sirna, tergantikan satu senyum kecil. 'Yah, mungkin dia benar-benar sudah memaafkanku.'

Sesampainya di stasiun mereka segera memasuki stasiun dari gerbang otomatis dan menempelkan kartu trasportasi. Kemudian keduanya menunggu di peron terdekat dari gerbang masuk.

"Kita mau ke mana, Miya-san?" tanya [Name].

"Kedai onigiri baru di pusat kota."

"Hooo...." [Name] kembali melihat sekitar, memerhatikan apakah kereta yang akan mereka tumpangi akan segera datang. "Kau sesuka itu dengan onigiri, ya?"

"Siapa yang tidak?"

"Maksudku, amat sangat banget teramat suka?" Suaranya sedikit melengking ketika menunjukkan betapa berlebihannya seorang Miya Osamu mencintai onigiri.

"Mmmhh..." jawabnya santai.

"Pantas saja kau bisa tahu apa yang ada di dalam kotak bekal itu saat aku pertama kali memberikannya. Maniak," ujar [Name] yang tanpa ragu mengata-ngatai kakak tingkatnya.

"Shush..." interupsi Osamu tanpa bicara lebih banyak.

Gadis itu meraih ponselnya, menggulirkan layarnya di sebuah situs internet berisi daftar beberapa restoran onigiri yang cukup terkenal di pusat kota. Matanya memicing, mencari tanggal yang bertepatan dengan hari ini, saat keduanya akan datang berkunjung ke restoran baru yang Osamu maksud.

"Em... Di internet bilang kalau kedai onigiri baru, ShiroiOnigiri, akan buka besok pukul 12 siang. Toko onigiri lain rata-rata sudah berdiri 3 tahun lebih. Kau yakin tidak salah tanggal, Miya-san?"

Tak lama mata gadis itu melebar, beserta mengecilnya pupil mata. "Tunggu, jangan bilang---"

"Memang," ujar Osamu memutus perkataan [Name]. "Aku mendapat undangan VIP. Pemiliknya adalah kenalan orang tuaku. Beliau tahu aku sedang mengejar bidang ini."

rєcσnvєníng | kαgєчαmα tσвíσTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang