〖5〗fєєlíng

1.2K 187 50
                                    

🌸

Miya Osamu menatap bingung gadis di depannya. Gadis dalam jaket navy dan celana jeans berpadu topi hitam. Surai [h/c]-nya digelung ke dalam topi dengan kepala tertunduk.

"Apa maksudnya ini. [Lastname]-san?"

[Name] tersentak ketika mendengar suara berat lawan bicaranya. "U--ucapan terima kasih. Minggu lalu aku tidak sempat membalasnya, kan?"

Osamu mengangguk paham, ia raih kopi kaleng yang dibawa [Name]. seseaat ia pandang wajah gadis itu, semburat merah menghiasinya. "Wajahmu memerah. Aku setampan itu?" ujarnya dengan santai sambil menenggak kopinya.

[Name] menatap Osamu seketika. "Kenapa jadi membahas itu? Aku memerah bukan karena itu, tahu! Kalau begitu aku pergi dulu!" Nampak kekesalan dalam wajahnya ketika gadis itu mulai berjalan cepat, meninggalkan Osamu Miya.

Sungguh, ia bersemu bukan karena terpesona oleh ketampanan Miya Osamu. Ia takut dan malu saat ingat lelaki itu pernah melihat dalamannya.

Namun belum sampai lima langkah, gadis itu kembali berbalik ke Osamu. Sesaat ia merogoh isi tasnya. "Ini!" Sebuah kotak ia bawa ke hadapan Osamu.

Niat dalam hati ingin segera pergi dari hadapan kakak tingkat yang telah mengetahui salah satu aibnya, tapi ketika ia hendak beranjak sebuah genggaman menghentikan langkahnya.

"Tunggu, ada apa denganmu?" tanya Osamu. "Kau pikir begitu caranya berterimakasih?" Sebelah alisnya menukik, dengan mempertahankan tatapan tajamnya.

Sang gadis tersentak di tempat. Otaknya dipakasa bekerja lebih untuk mencari alasan. "A--Aku ada kelas, jadi aku buru-buru."

Si bungsu [Lastname] kembali memberontak, namun lagi-lagi Miya Osamu mendapatkan pergelangan tangannya dengan mudah. "Kenapa kau jadi tsundere seperti ini?"

[Name] membalas tatapan iris kelabu lelaki di hadapannya tak percaya. "Hah? Siapa yang tsundere? Aku tidak tsundere!" Nada bicaranya kian meninggi dengan deru napas yang makin memburu.

"Pfft..." Suara tawa yang tertahan itu mengganggu pendengaran [Name]. Dahinya berkerut tak suka, sebal juga malu. "Lalu kau sebut apa perilakumu barusan? Malu-malu mau?"

"Tch!" decak sebal [Name] mengundang perhatian teman-teman Osamu yang tadinya asik berbincang. "Maaf, Miya-san, aku tak punya banyak waktu. Tolong lepaskan! Aku ada kelas lima menit lagi."

Sekali lagi sang gadis berusaha melepaskan diri dari cengkraman Osamu. Namun kekuatannya jauh lebih kecil dari apa yang lelaki itu miliki. "Hm... Bagaimana jika aku tidak mau?" Osamu memajukan wajahnya, mempertemukan dua hidung insan yang kini tak memiliki jalinan kasih apapun. "Kalau begitu kau masih bisa menemaniku lima menit ke depan, kan?"

Wajah [Name] berubah merah, benar-benar tersipu. Betul-betul bukan serangan yang ia perkirakan.

Tak lama sebelah alisnya terangkat, menatap Osamu dengan tatapan menantang andalannya. Tatapan yang selalu membuat Kageyama Tobio bertekuk lutut memuja kecantikannya.

"Apa ini, kau menyukaiku, Miya-san?"

"Menurutmu?" sahut Osamu secepat kilat.

Tak tertinggal, ia pun menempatkan sebelah tangannya di sisi kiri wajah [Name]. Ibu jarinya bergerak di sana, membelai lembut pipi yang tak lagi terjamah kecup manis sang kekasih, merasakan garis rahang yang terasa kuat namun rapuh.

"WHOAA 'SAMU BERAKSI!"

"ASTAGA ASTAGA INI PERTAMA KALINYA, BUNG!"

"AKHIRNYA TERBUKTI OSAMU TIDAK PECINTA SEJENIS."

rєcσnvєníng | kαgєчαmα tσвíσWhere stories live. Discover now