dua puluh satu

1.8K 347 9
                                    

Hyunjin menelan beberapa pil yang sedari tadi ia genggam untuk menutupinya di hadapan Soobin dan kini Soobin pamit untuk pergi ke toilet. Buru-buru Hyunjin meminum pil itu dalam sekali tegukan.

Hyunjin tertekan.

Ia tahu bahwa Jeongin memiliki penyakit yang serius. Hyunjin tidak bodoh untuk melihat raut khawatir dua orang terkasih Jeongin pada saat waktu lalu.

Kenapa saat ia menjatuhkan hati pada seseorang akan terasa menyakitkan? Ia kira Jeongin berbeda. Hyunjin tak mau kehilangan orang tersayangnya.

Hyunjin menarik nafasnya dalam guna menghilangkan perasaan gundah nya. Rasanya ingin sekali menemani Jeongin disana, namun apa boleh buat?

"Ayah, Hyunjin butuh Ayah" gumam Hyunjin pelan.

Saat sebelum Hyunjin memutuskan untuk menjadi seorang pilot, hubungan Hyunjin dengan sang Ayah amat sangat baik, ditambah Hyunjin merupakan anak bungsu dari keluarga Hwang.

Sang Ayah selalu mendukung dan menyemangati apapun yang Hyunjin lakukan. Selalu memberi pelukan hangat saat Hyunjin merasa tertekan dengan masalahnya pada saat remaja. Dan Hyunjin rindu itu.

Teringat pada saat Hyunjin bertengkar dengan teman sekelasnya, sang Ayah tidak marah. Beliau hanya tersenyum dan mengucapkan bahwa Hyunjin telah besar.

Tapi pada saat Hyunjin mengatakan bahwa ia lulus sekolah pilot, semuanya berubah. Ayahnya menentang keinginan Hyunjin. Dari saat itulah hubungan Hyunjin dengan ayahnya memburuk.

Lagi-lagi Hyunjin menghela nafas, baginya menghirup nafas pun susah saat mengingat kerenggangan dengan Ayah nya.

Hyunjin rasa ia adalah anak paling durhaka di dunia karena telah membangkang apa yang dipinta ayahnya.

Hyunjin membuyarkan lamunannya karena mendengar telfon masuk dari handphone nya.

"Assalamualaikum nak" salam dari sebrang sana.

"Waalaikumsalam, ada apa Tante?" ternyata yang menghubungi Hyunjin adalah Mami Jeongin. Sungguh jantung Hyunjin berdegup kencang, khawatir apa yang akan dikatakan Mami Jeongin.

"Kamu sudah di hotel?" tanya Mami Jeongin.

"Iya tante, baru aja sampai"

"Jeongin sudah sadar, Jeongin ingin bicara sama kamu" ucap Mami Jeongin.

Hyunjin terkejut bahagia mendengar kabar dari ibu kekasihnya itu.

"Mas?" sapa Jeongin dengan suara lemasnya.

Dengan bodohnya, Hyunjin malah mengangguk menanggapi Jeongin.

"Mas apa kabar? Maaf ya waktu kemarin Mas pulang aku gak ada buat sambut Mas" ujar Jeongin pelan.

"Saya baik, gapapa Jeongin. Setelah kamu sembuh nanti, saya pengen ngomong sesuatu sama kamu ya. Saya harap kamu bisa sehat lagi" ujar Hyunjin lembut.

"Iya Mas, aku udah sembuh kok. Mas jangan khawatir ya, kerja yang bener Mas. Ingat Mas bukan cuma bawa nyawa Mas sendiri tapi bawa ratusan nyawa yang lain." Ujar Jeongin, kini suaranya agak sedikit mengeras daripada tadi.

Hyunjin mengucapkan iya seraya tersenyum.

Jadi rasanya begini ya saat di beri perhatian oleh kekasih sendiri.

"Aku tutup dulu ya Mas, aku pengen pipis." Ucap Jeongin.

"Iya, nanti malam saya telfon kamu lagi ya?" jawab Hyunjin.

Jeongin menutup telfon sepihak, sebelum menutup telfonnya, Jeongin mengucapkan kata cinta untuk Hyunjin.

Kini Hyunjin tersenyum dan melupakan rasa gundah yang tadi menghampirinya.







•••

semoga sukaaa:')





[✔] Captain, I Love You! ✘ Hyunjeong Where stories live. Discover now