tiga puluh (end)

2.3K 305 87
                                    

Tiga tahun termasuk waktu yang singkat untuk Jeongin. Ternyata melupakan tak segampang saat kali pertama bertemu.

Tapi untungnya, Jeongin masih punya keluarga dan sahabat yang senantiasa mendukungnya.

Satu tahun belakangan ini, Ibu Hyunjin tidak bisa dihubungi. Alhasil Jeongin hanya bisa menghubungi Chanyeol untuk sekedar menanyakan kabar keluarga satu sama lain.

"Jeongin mah nggak dengerin aku ngomong ah" kesal Felix yang omongannya tak digubris oleh Jeongin.

"Aku dengerin kok Lix" jawab Jeongin kemudian kembali diam.

"Jeongin ngelamun terus ih" ujar Felix.

Felix memukul bahu Jeongin agak keras yang membuat Jeongin berteriak.

"Felix, aku kan kaget!"

Felix berlalu terlebih dahulu tanpa mendengarkan umpatan dari Jeongin menuju parkiran dan diikuti oleh Jeongin.

"Felix, kamu pulang sendiri dulu ya. Aku mau mampir dulu" ucap Jeongin.

Felix mengangguk pelan. "Iya hati-hati, jangan nangis." Kemudian Felix berlalu untuk mengambil motornya.

Kenapa Felix tidak mengantarkan Jeongin? Jawabannya cukup logis, karena Felix tak ingin melihat Jeongin yang selalu menangis saat berkunjung ke tempat Hyunjin.

Jeongin memesan ojek online untuk menuju ke sana. Hanya butuh waktu 20 menit untuk menuju ke sana.

Ditangan kirinya membawa sebuah bunga kemudian Jeongin berjongkok dan mulai berdoa.

"Huh, udah lama ya Mas aku nggak kesini. Satu bulan yang lalu, aku sibuk nyari kerja sana-sini buat bantu pengobatan Mami. Sampe akhirnya aku lupa kalo aku masih punya Mas disini"

"Aku kangen Mas, Mas kangen aku nggak?"

Jeongin menangis, secengeng itu memang.

"Mas disana gimana? Bahagia kan?"

"Kadang aku suka mimpi Mas ajak aku naik pesawat dan ajaibnya aku beneran duduk di kokpit. Udah beberapa kali aku mimpi itu terus."

"Mas aku nangisnya gak bisa berhenti masa? Padahal aku udah hiks tahan" ujar Jeongin sesenggukan.

"Jangan ketawain ingus aku ya, aku lupa gak bawa tisu" kemudian Jeongin menyeka air mata dan ingusnya mengenakan bajunya.

"Lo bisa pake sapu tangan gue, jangan pake baju Lo, nanti kotor" ujar seseorang tiba-tiba dengan memberikan sapu tangannya kehadapan Jeongin.

Jeongin menatap selidik kepada orang yang ada di hadapannya.

"Gak usah makasih" tolak Jeongin dengan wajah juteknya.

"Mas aku pulang dulu ya, nanti aku pulang lagi kesini buat bersihin rumputnya" pamit Jeongin kemudian mengusap nisan yang mulai kotor itu pelan.

Si orang yang tadi menawarkan sarung tangannya ikut berdiri dan menghampiri Jeongin yang kini tengah berjalan cepat. Agak was-was juga sebenarnya.

"Biar lo gak takut, kita kenalan ya. Gue Younghoon" ujar orang itu seraya mengulurkan tangannya.

Jeongin hanya menatap tangan itu sebelum akhirnya orang itu menggerakkan tangannya dan dengan terpaksa Jeongin membalas uluran tangan pria tadi.

"Jeongin" kemudian Jeongin berjalan kembali.

Jeongin mulai mengotak-atik handphone nya untuk memesan ojek kembali.

"Gue anter aja yuk, ini udah Maghrib juga" tawar laki-laki tadi.

"Gak usah, aku kan gak kenal sama Om"

Younghoon membulatkan matanya kala mendengar panggilan dari Jeongin untuknya.

"Om?"

Ojek yang ditunggu Jeongin akhirnya datang.

"Om gak usah inget-inget muka aku ya. Anggap aja kita gak pernah kenalan" ujar Jeongin kemudian naik ke atas motor.

Younghoon hanya bisa mematung, namun tak lama dirinya tersenyum.

"Dasar bocah"

















end.


✗ ✗ ✗

maapkeun kalo ending nya gak memuaskan:')

kalian gak perlu bonus chapter kan hwhw?(◔‿◔)

THANK U SO MUCH UDAH BACA BOOK INI, AKU SAYANG KALIAN BANYAK-BANYAKKKKKK
♡♡♡♡♡

btw, kesan setelah baca book ini gimana gaiseu? biasa aja kah atau gimana? Soalnya jiwa kepoku meronta-ronta hshs

jadi, see u soon di book baru aku ya(≧▽≦)

[✔] Captain, I Love You! ✘ Hyunjeong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang