dua puluh tujuh

1.6K 330 51
                                    

Jeongin menggenggam kalung pemberian Hyunjin kala ia menginjak area tanah luas dengan banyak nisan yang sama.

Ia lalu meraih tangan Kakak nya dan menggenggam nya kuat. Kalau boleh jujur, kaki Jeongin lemas ketika turun dari mobil dan melihat area pemakaman yang begitu luas.

Dirinya masih tak percaya dengan semua yang terjadi. Rasanya ingin membantah takdir yang telah terjadi.

Semua orang ikut dengan Jeongin, takut terjadi apa-apa pada pemuda cantik itu. Bahkan orang tua dan Kakak dari Hyunjin pun ikut serta.

Ayah Hyunjin berhenti tepat di salah satu pusaran tanah yang hampir mengering dengan bunga yang sudah kering. Ayah Hyunjin yang memimpin jalan untuk menuju tempat istirahat putra bungsunya.

Jeongin bersimpuh, tak kuat menahan beban badan nya sendiri kala melihat nama kekasih pilot nya yang tertulis di nisan dengan apik.

"Mas?" lirih Jeongin dengan tangannya yang mengusap tanah di depannya.

"Bercanda ya? Bahkan aku belum tau seberapa cinta Mas sama aku"

"Tapi hiks aku yakin, cinta Mas besar buat aku sampai-sampai Mas rela ngelakuin hal kayak gini" mati-matian Jeongin menahan tangisannya.

Namun, saat Jeongin mengusap nisan nya, Jeongin menangis sejadi-jadinya.

"Aku cinta Mas, aku sayang Mas" orang-orang yang berada di sekitar Jeongin hanya bisa menangis.

Apalagi Mingyu yang merasa bersalah karena telah gagal menolong Jeongin.
Mingyu merasa gagal untuk membuat orang lain bahagia.

"Mas pengen pergi jauh sama aku pake pesawat yang dikendarain Mas juga, tapi apa buktinya? Mas bohong! Aku gak suka!" intonasi Jeongin meninggi dengan suaranya yang makin serak.

"Harusnya aku yang meninggal! Bukan Mas! Hiks Mas gak ngerti, aku disini sakit sendirian"

"Kalo aja Mas biarin aku, pada akhirnya kita bakal sama-sama mati" lirih Jeongin.

Jeongin terduduk, kemudian ia menadahkan kepalanya menatap langit.

Tangan kanannya mengusap dada kirinya pelan. "Captain, I Love You!" Lirih Jeongin.

Jeongin berusaha untuk berdiri, namun Jeongin malah tak sadarkan diri.

Seungwoo dengan sigap menggendong Jeongin menuju mobil dan dengan terpaksa mereka pulang.

Tapi tidak dengan keluarga Hyunjin, mereka tetap berada di sana.

Chanyeol maju untuk lebih dekat dengan makam adik kesayangannya itu.

"Halo adik kecil" ujar Chanyeol dengan tangisan yang diselingi senyuman.

"Hidup kamu terlalu bahagia ya? Sampai-sampai kamu ninggalin Kakak sendirian di sini. Ayo kita main voli lagi di pantai sampai kamu tenggelam lagi" Chanyeol mengingat pada saat mereka tengah berlibur di Bali, pada saat itu umur mereka masih remaja.

"Kakak sayang kamu melebihi apapun Dek, kamu orang berharga di hidup Kakak. Kakak bakal selalu ingat kamu sampai Kakak mati sekalipun" Chanyeol menangis. Tak kuasa saat semua memori masa kecil nya terngiang.

"Ayah sayang kamu Dek, Ayah selama ini bodoh. Ayah gak ngerti sama apa yang kamu inginkan,  Ayah ingin yang terbaik untuk kamu" Ayah Hyunjin berlutut dan mengusap nisan anak bungsunya.

"Ayah minta maaf, Ayah minta maaf" hanya kata-kata itu yang mampu di ucapkan oleh sang Ayah.

Kini sang Ibu hanya bisa menangis tanpa mengatakan apapun.

Tak menyangka bahwa anak yang jarang bertatap muka dengannya, kini telah mendahului meninggalkan dirinya.

Tak berapa lama mereka pulang walaupun tak mau meninggalkan Hyunjin sendirian disana.


✗ ✗ ✗

tadinya mau langsung up sampe end, cuma nanti aja deh hshs:"

[✔] Captain, I Love You! ✘ Hyunjeong Donde viven las historias. Descúbrelo ahora