Dua

132K 9K 388
                                    

Aku hanya bisa meneguk ludah yang seret nya sudah melebihi menelan batu. Arjuna ini sebenarnya titisan jin atau manusia sih?! Bagaimana bisa dia tahu segala aktifitasku, bahkan saat malam sekalipun?

"Sa..saya cuma tolongin Ibu beli minyak goreng." kilahku cepat. Aku merutuk pada suaraku yang justru terdengar gagap. Kentara sekali jika sedang mengelak karena tertangkap basah.

Kengerian ku makin bertambah saat kulihat Arjuna justru terkekeh tampan, yang sialannya justru jadi mengerikan di mataku. Setiap tawa yang keluar saat Arjuna marah, pasti akan berbuntut dengan sebuah hukuman yang kutanggung.

"Aku-kamu, Andrea!" tekannya mengerikan.

Aku memejamkan mata. Lupa kalau si kakek satu ini sangat menjunjung tinggi panggilan aku-kamu. Setiap aku menolak atau lupa, pasti akan ada pelajaran sejarah dadakan tentang bagaimana filosofi romantisme dan unggah-ungguh tentang panggilan aku-kamu itu.

Aku berdehem. Lagi-lagi memilih mengalah. "Aku...cuma bantu Ibu buat beli minyak goreng, Pak."

"Mas!" bentak nya keras yang seketika berefek pada jantung perawanku. Alamak! Aku bisa gagal jantung di usia muda kalau Arjuna selalu dalam mode senggol bacok seperti ini.

"Maaf, Mas."

Arjuna mendengus kesal. "Sejak kapan minyak goreng bisa berubah jadi es krim dan juga nugget, Andrea?"

Mataku terpejam erat. Kalau ini sih fix, dia pasti titisan jin! Arjuna memang bisa semenyeramkan ini kalau sedang dalam mode singa ngamuk.

"Say..akuuu..aku cuma lagi...pengen." cicitku takut. Hampir saja aku kelepasan lagi dengan panggilan saya. Sudah mirip seperti tikus kejepit suaraku ini. Hilang sudah akting sekelas Chloe Moretz yang tadi kubanggakan. Arjuna memang ngeri nya mengalahkan Annabelle.

"Kamu tau kan kalau sekarang itu sudah mau masuk red day bulanan? Nggak bagus kalau sering minum atau makan es, Andrea! Nugget itu juga! Kamu tau kan kalau daging olahan itu berpotensi buat memicu kanker? Banyak pengawetnya!"

Mengerikan! Bahkan jadwal tamu bulananku saja dia hapal! Aku bersyair syahdu di dalam hati. Rayuan pulau kelapa beneran kan? Sepanjang kuping mendengar, cuma suara penuh petuah yang bisa aku tangkap dari suara seksi Arjuna.

"Maaf. Mungkin..itu yang terakhir kali nya." kalau lagi berdebat sama orang sinting, yang waras wajib mengalah kan, ya? Dan karena aku seribu persen lebih waras dari Arjuna, aku lebih memilih mengalah agar kecantikanku tak cepat hilang karena stress memikirkan Arjuna.

"Harus yang terakhir! Mas udah berapa kali bilang kalau mau makan itu makan yang bergizi, Andrea. Ibu masak banyak. Enak dan terjamin bersih nya. Buat apa kamu malah beli frozen food kaya gitu?"

Buset! Ceramah nya bahkan memakan waktu 13 menit 54 detik! Waktu berharga ku leha-leha sebelum kelas di mulai pun lenyap sudah.

"Mas." cicit ku takut-takut karena dengan gagah berani justru memotong ucapan Arjuna di tengah pidato kenegaraannya.

"Apa?!"

Tuh kan!  Ngomong pelan salah, ngomong ngebentak-bentak, apalagi! Bisa jadi tumis daging aku kalau sampai berani membentak seorang Arjuna Wiwaha.

Aku meneguk ludah. Kelas pertamaku pagi ini adalah kelas Terminologi Medis. Bisa di gorok Pak Agus aku kalau sampai berani terlambat.

"Aku..kelas Pak Agus tinggal satu menit lagi, Mas. Aku nggak mau di usir keluar kelas kalau sampe telat."

Arjuna sesaat terdiam. Ku harap, dia sedang berpikir untuk berhenti meruqyah diriku karena kelas pertamaku bahkan sudah pasti akan di mulai dalam beberapa detik ke depan. Pak Agus kan terkenal sebagai dosen paling on time sejagad raya!

Dengusan nya membangkitkan harapanku kalau mungkin saja ceramah tadi adalah ceramah penutup sesi pagi hari ini. Persetan dengan sesi ceramah sore atau malam nanti! Yang penting, absensiku di mata kuliah Pak Agus terteken cantik di kertas.

"Mas antar, sekalian izinin kamu telat."

Semilir angin harapan seketika berganti menjadi angin puyuh topan puting beliung begitu titah sang Baginda Arjuna terucapkan. Tak bisa ku bayangkan gimana gosip yang akan beredar kalau sampai aku tertangkap basah jalan berduaan dengan Mas dosen idola segenap perawan di kampus, bahkan yang ngaku masih perawan di kampus.

Belum lagi tatapan-tatapan membunuh dari para mahasiswi di kelasku nanti ketika sang adonis tampan pujaan mereka justru mengizinkan diriku yang bagai kerak di pantat wajan ini.

Ibu, boleh nggak kalau Kakak pindah kampus aja?

🍁🍁🍁🍁

Berhubung ide masih ada, mending aku cepetan up biar nggak ilang gitu aja😂😂 double up hari ini.

20 April 2020

Epiphany Where stories live. Discover now