Delapan Belas

66.1K 5.9K 352
                                    

Aku mendengus semakin jengah berada di tengah-tengah antara Arjuna dan Wina. Mata Wina masih saja menatapku dengan senyum manis nya, dan juga jangan lupakan tatapan yang menuntut kejelasan akan statusku pada Arjuna yang sejak tadi justru bungkam.

Ada nyeri di hati ketika Arjuna justru memilih bungkam ketimbang menjelaskan siapa aku bagi Arjuna.

"Dia..mahasiswiku, Win."

Aku memejamkan mata ku. Arjuna tak akan bisa menatapku karena aku sudah lebih dulu menunduk, berpura-pura kalau sedang asyik menekuri lauk yang masih beberapa suap masuk ke dalam ususku.

Harusnya aku tahu. Harus nya aku tidak sakit hati. Namun, semua itu seolah hanya teori di bibir saja karena nyata nya, mata ku bahkan terasa berat karena menahan tangis saat ini.

"Ya ampun, jadi dia mahasiswi kamu? Aduh, aku gangguin kalian ya? Pasti lagi konsul kan?"

Tidak. Aku tidak boleh menangis. Jika memang Arjuna ingin memilih jalan seperti ini, maka aku akan mencoba mengikuti alur nya.

"Nggak kok Tante. Saya cuma kebetulan bertemu sama Pak Arjuna di sini. Saya mahasiswi semester awal." elakku sekena nya. Masa bodoh dengan alasan yang aneh dariku.

Wina terkekeh lembut. "Jangan panggil tante dong. Panggil nama aja ya? Biar bisa lebih enak ngobrol nya."

Siapa juga yang mau ngobrol sama dirimu mbakkkk.

Aku hanya mengangguk saja. "Oke, Wina." Wina tersenyum senang mendengarku menyebutkan nama nya.

Tatap ku kini beralih pada Arjuna yang terlihat marah karena rahang nya yang mengetat. Aku tersenyum sinis.

"Terima kasih makanannya, Pak. Saya permisi dulu." Aku berdiri, meraih tas punggung ku dan sedikit menunduk pada mereka.

Kaki ku baru saja berputar arah hendak menuju pintu keluar, namun ucapan dingin Arjuna seketika menghentak dadaku.

"Membangkang lagi, Andrea?"

Aku memutuskan untuk memutar kepala ku saja. Melihat Arjuna yang sedang menatapku tajam, dan Wina yang terlihat bingung melihat interaksi ku dengan Arjuna.

"Maaf Pak, tapi di mana ya letak saya yang membangkang ya? Apa saya nggak boleh pulang ke rumah saya sendiri?"

Aku sadar kalau Wina terlihat nggak nyaman dengan obrolan ku dan Arjuna. Ia berusaha tertawa demi mencairkan suasana dan mengusap lembut dada Arjuna yang bagiku justru semakin menyulut gemuruh hebat di dada.

"Jun, kamu kenapa sih? Andrea cuma mau pulang kok. Kasihan, dia pasti udah capek karena kuliah hari ini." ucap nya lembut. Mata cantik nya beralih padaku. "Kamu pulang aja, ya. Nanti Arjuna biar aku yang urus. Kamu pasti capek, kan?"

Aku mengangguk lemas. "Makasih Win buat pengertiannya. Saya memang capek banget hari ini." tukasku dengan mengukir sebuah senyum yang sangat-sangat kupaksakan.

Kali ini, kaki ku tetap kupaksakan keluar dari area resto. Memblok semua panggilan dari Arjuna yang sebenarnya terdengar menakutkan di telingaku.

Aku nggak peduli.

Di sana, harga diriku seolah di injak dengan kejam oleh Arjuna. Dia mengakuiku sebagai mahasiswi nya setelah apa yang ku ungkapkan di ruangannya tadi.

Tanpa kusadari, pipiku sudah banjir air mata hanya karena memikirkan Arjuna dan Wina di dalam sana. Belum lagi kenyataan yang menohokku kalau aku tak lain hanyalah seorang mahasiswi nya.

Lantas, apakah arti dari pengakuanku siang tadi? Apa benar, itu hanya sebuah lelucon semata bagi Arjuna?

🍁🍁🍁🍁

Klarifikasi ulang buat pembaca yang kebingungan siapa Bethari.

Jadi Bethari itu SEPUPU nya Arjuna ya dear! Dan Winna itu tokoh BARU yang baru ada di chapter ini dan sebelumnya.

Tolong di pahami kalau Bethari dan Winna itu beda sosok. Bukan Bethari yang tiba-tiba berubah jadi Winna😧

It sucks, btw😔 padahal aku sepertinya udah menuliskan dengan jelas siapa itu Bethari. Tapi masih banyak yang mempertanyakan siapa dia😟

16 Juni 2020.

Epiphany Where stories live. Discover now