Tiga Belas

73.8K 5.8K 107
                                    

Halo dears! Karena kemarin lumayan banyak yang tanya apa nama instagramku, aku akhirnya membuat satu akun instagram untuk lebih dekat sama kalian, dan tentu nya untuk kasih info seputaran karya2ku.

Jangan lupa follow igku @_xylinare ya💋💋50 followers pertama khusus dari sahabat wattpad bakal aku follback ya. Salam kenal semua nya. Dan apa ada yang tertarik kalau aku buat grup chat? Untuk sharing2 aja dan untuk menyampaikan kritik saran di sana. Kasih respon ya dear💖💖

30 Mei 2020

Aku memasukkan box terakhir ke dalam keranjang yang nanti nya akan diantar Mbak Anis ke rumah sang pemilik acara. Aku tersenyum puas ketika melihat ada jerih payahku di tiap box-box berisi makanan itu. Penat yang luar biasa tak memupus semangat dan juga suka citaku karena sukses membantu Ibu.

"Kak, nak Arjun dilihat dulu gih. Kasian dia nungguin Kakak udah hampir dua jam."

Teguran Ibu membuatku terlonjak panik. Baru mengingat jika ada satu manusia yang menunggu di kamarku. Aku melihat jam yang sudah menunjukkan pukul dua belas lewat lima menit. Mati! Bukankah Arjuna ada kelas jam satu siang nanti?

Aku berlari menuju kamar dan membuka pintu dengan barbar. Aku nyaris saja berteriak kalau tidak melihat seonggok manusia sedang menelungkup diatas ranjangku.

Arjuna tertidur pulas.

Aku meringis. Untung saja dia tidak kaget sewaktu pintu menjeblak keras baru saja. Dengan langkah berjingkat, aku mendekati ranjang dan mendudukkan diri di tepiannya.

Senyum tak sanggup kutahan kala melihat Arjuna yang tertidur dengan mulut sedikit menganga. Belum lagi rambut nya yang lepek, mungkin karena efek tidur, semakin menambah kesan polos di wajah super ganteng nya.

Aku mengusap lembut surai Arjuna yang kurasa cukup panjang untuk ukuran lelaki. "Mas, bangun yuk."

Cukup dua kali panggilan, Arjuna sudah bergerak membuka kelopak mata nya yang memerah. Aku tersenyum geli ketika melihat nya cepat-cepat mengusap area bibir. Mungkin takut ketahuan kalau ia mengiler saat tidur.

"Maaf, Mas ketiduran." ringis nya.

"Nggak apa-apa. Sebenernya aku nggak tega mau bangunin, cuma Mas ada kelas jam satu kan? Sekarang udah hampir jam dua belas lewat seperempat. Siap-siap ya Mas? Aku siapin makan siang mau? Ibu bikin sambel kikil sama nasi gurih. Doyan nggak?"

Aku lega saat melihat Arjuna mengangguk dengan penuh semangat. Ia bahkan sudah menggoyang-goyangkan tanganku bak bocah lima tahun.

"Mau. Mas suka banget sama kikil. Suapin Mas ya?"

Aku nyaris menolak, kalau saja tidak melihat bagaimana lucu nya wajah penuh harap yang Arjuna punya. Pura-pura menghela napas, aku pun mengiyakan saja keinginan si Arjuna Wiwaha.

Arjuna tersenyum sangat lebar lalu dengan tak terduga, ia menyematkan kecupan di keningku, cukup lama. Setelah nya, tanpa belas kasihan, ia justru menatapku lembut sambil mengusap pelan rambutku. Duh jantungku!

"Makasih banyak, sayang. Mas ke kamar mandi dulu ya."

Aku yang deg-degan setengah mati bahkan sampai nyaris oleng saat mencoba berdiri setelah Arjuna memasuki kamar mandi di dalam kamar yang belum lama Ayah bangun untukku.

Karena rumahku masih mengusung konsep lama dengan kamar mandi di dekat dapur belakang, aku yang memang dasarnya penakut, sering menahan pipis sampai pagi karena takut pipis sendirian. Dan hasilnya, hampir tiap pagi aku menangis karena organ intimku terasa perih akibat terlalu lama menahan buang air.

Aku menggeleng mencoba menyadarkan diri. Jangan kelihatan gugup, Andrea. Biasakan dirimu.

Aku menghela napas dan bangkit menuju dapur. Di sana, aku melihat Ibu yang sedang menyendokkan nasi ke atas piring.

"Lho, Bu. Itu nasi nya buat siapa? Ayah kan masih pulang nanti sore. Ibu juga barusan makan, kan?" tanyaku bingung. Ibu justru tertawa ketika melihatku kebingungan. Tsk, ada tidak sih istilah Ibu yang durhaka?

"Ini ya buat Nak Arjun, Kak. Buat siapa lagi?"

"Ibu perhatian banget sih sama dia. Aku kan juga mau diambilin, Bu." rajukku kesal. Bibirku tanpa kusadari bahkan sudah maju beberapa senti.

"Ck, ambil sendiri deh Kak. Jangan manja ah. Inget, Kakak udah gede."

Aku melongo mendengar celoteh Ibu. Kalau aku tidak boleh manja karena sudah dewasa, lalu apa kabar nya sama si Arjuna Wiwaha itu ya?

🍁🍁🍁🍁

Epiphany Where stories live. Discover now