Enam Belas

73.1K 7.6K 274
                                    

Hai semua. Masih ada yang nunggu kisah mereka? Btw, boleh nggak kalo aku sedikit mengeluarkan pikiranku ke kalian? Seorang teman sesama penulis di watty terlibat percakapan cukup santai tapi serius sama aku. Dia bilang kalau dia lelah pakai aplikasi wattpad karena di sini, dia selalu lelah buat mencari inspirasi demi publish chapter ke para pembaca, tapi nggak ada feedback yang baik dari pembaca nya. Dia bilang, kata nya 'percuma, capek. Nggak ada bayaran, nggak ada penghargaan, dan nggak ada feedback yg baik buatku. Bahkan cuma sekedar vote yg gratis aja mereka pelit'
Dan jujur itu juga jadi pikiran buatku. Well, awal nya aku senang karena bisa merintis hobi menulisku yang semakin terasah dgn baik sejak kenal wattpad. Tapi setelah banyak nya respon positif dari pembaca, aku jadi merasa sedih karena setiap aku lihat, pembaca ceritaku ada ribuan per chapter nya, tapi untuk vote yg jelas2 mudah dan juga gratis aja nggak ada seperempat dari total pembaca per chapter nya. Belum lagi yang memberi komentar 'next kak' , atau 'lanjut thor' dan semacam nya itu bikin aku semakin ngerasa kalo ceritaku itu nggak lebih berharga untuk dapat sedikit komenan yang baik dan juga dukungan yang mudah dari para pembaca ku.

Dears, aku sedih luar biasa setelah sadar sama ini semua. Pembacaku ribuan, pengikutku ribuan, tapi tiap vote nggak lebih dari 350an orang. Itu pun dari semua pembaca lama dan setiaku selama ini. Aku tau ada pembaca baru yang sangat menyupport tiap ceritaku, dan aku berterima kasih banget sama kalian💗

Dan buat stolen by you, aku juga sedih. Dulu, waktu cerita itu masih on going dan ramai pembaca kaya cerita ini, banyak dari mereka yang merongrong aku buat update double, bahkan triple up dalam sehari, dan aku bahkan nuruti mereka tanpa pikir panjang!
Dan sekarang, sewaktu cerita itu aku bukuin,  sama sekali nggak ada respon atau tanggapan seperti apa yang aku harapkan.

Aku kecewa banget dear. Benar-benar kaya hancur banget rasanya. Aku tau kalau ceritaku mungkin nggak sepecah karya2 penulis kenamaan wattpad lainnya, tapi aku juga berhak kan meminta feedback balik dari pembaca semua yang aku sayangi?

Aku nggak akan hebat tanpa kalian, and i know it. Tapi jujur, kalian pasti tau kan apa goals dalam hidup penulis?

It hurt me so much, dear.

Maaf kalo curhatanku panjang dan nggak penting. Sekali lagi, terima kasih buat yang mau merendahkan hati untuk sekedar menekan tombol vote di kiri bawah. Maaf kalo curhatanku ada yang bikin kalian tersinggung atau nggak terima. Itu semua sekedar curahan isi hati aku aja.

10 Juni 2020



Kami, tepat nya aku dan Arjuna, menelusuri padat nya jalan sore hari menuju ke sebuah restoran yang cukup booming karena baru opening beberapa minggu yang lalu. Entah kenapa, baik aku dan Arjuna sejak pertemuan di ruangan miliknya tadi sama-sama tidak bisa menahan kuluman senyum di bibir kami.

Arjuna sangat sumringah dengan bibir yang terus saja menyunggingkan sebuah senyum untukku. Hanya cebikan kesal yang kuterima darinya karena harus berpisah sesaat untuk menuju parkiran khusus dosen. Sangat bukan Arjuna sekali, karena biasanya, ia akan misuh-misuh tak karuan hanya karena masalah sepele.

"Mas nggak sabar mau makan di sana. Nanti pesen soto padang, rawon, pempek, gudeg...."

"Mas mau ngadain acara syukuran ya? Itu serius bisa habisin semua nya?" aku tak habis pikir dengan menu yang sedang Arjuna rencanakan untuk di pesan setiba nya kami di tempat itu nanti. Perutku bahkan sudah bergejolak hanya dengan membayangkan bagaimana penuh nya meja kami.

Arjuna tampak tidak terganggu dengan sindiranku. Mata nya tetap berbinar diiringi sebuah siulan pelan darinya. "Mas laper banget, sayang. Rasanya, makanan segitu bahkan belum bisa bikin Mas kenyang."

Aku mengurut dada prihatin. Begini ini kalau kita punya pacar yang moody an. Bahagia sedikit, over dalam hal apapun. Kesal sedikit, langsung deh ngambek nggak berujung.

Syukur nya, sepuluh menit kemudian, kami sampai di restoran tujuan. Suasana hangat dan nyaman langsung terasa bahkan ketika kami masih berada di parkiran depan gedung. Suasana nya yang bernuansa hutan semakin menambah kesan homey bagi para pelanggan.

Aku merona hebat ketika Arjuna justru memeluk erat pinggang ku secara tiba-tiba ketimbang menggandeng tanganku seperti biasa.

Kami memasuki bagian dalam resto dan semakin dimanjakan dengan desain interior nya yang sederhana, namun elegan. Kuakui, sore ini Arjuna terlihat sangat bahagia hingga melakukan hal-hal yang menurut ku sedikit berlebihan. Seperti saat ini, ia dengan gentle nya justru menarikkan kursi untukku yang sebenarnya masih bisa kulakukan sendiri.

"Makasih." cicitku malu-malu ketika Arjuna sudah duduk manis di depanku. Ia kembali tersenyum manis hingga mata nya berbentuk bulan sabit.

"Sama-sama, sayang. Mas pesan sekarang ya?" tanpa menunggu, Arjuna segera memanggil seorang waitress untuk mencatat pesanan kami.

Arjuna memesan pesmol gurame, nasi bakar gurih, gulai otak sapi dan juga ayam taliwang untuk memenuhi perut kami. Menu yang berbeda dari plan sebelumnya, dan lumayan banyak, padahal sudah ku wanti-wanti untuk tidak memesan secara berlebihan.

Ketika ku tegur, Arjuna justru berkata 'Nggak berlebihan Andrea sayang. Ini nanti buat di bawa pulang juga untuk Ayah sama Ibu.'

Aku hanya bisa pasrah. Rasanya tidak etis untuk berdebat hanya karena sebuah makanan.

Waitress itu meminta kami menunggu selama proses penyajian. Aku yang tadi kelupaan pamit pada Reno akhirnya mencoba mencuri waktu untuk memberinya kabar kalau aku tidak bisa melanjutkan tugas K3 kami hari ini karena sebuah acara dadakan. Sedikit berdosa sih dengan Reno, tapi ya sudahlah. Toh laptop nya ada di aku, jadi Reno tidak akan melanjutkan tugas kami sendirian.

Aku lantas mencoba membuka aplikasi instagram untuk sekedar membunuh waktu selama kami menunggu.

Aku tertawa melihat beberapa postingan lucu yang sangat menghibur. Aku terus saja menggulir layar hingga pada satu titik aku di buat heran oleh sebuah foto dari postingan instagram Bethari.

Obyek di dalam foto itu sangat kukenali dengan baik. Bagaimana tidak, kalau si obyek tersebut adalah orang yang saat ini sedang duduk di hadapanku dan sibuk menerima telepon dari sesama dosen di kampus?

Di foto itu, aku melihat foto Arjuna dan seorang gadis saling bertatapan mesra dengan background sunset di sebuah pantai yang sangat menambah kesan romantis kedua nya.

Aku tidak tahu alasan apa yang membuat dadaku seketika sesak. Jika kulihat kapan foto itu diposting, baru beberapa puluh jam lalu foto itu diunggah di instagram milik Bethari. Caption nya pun sangat mengusik rasa nyamanku.

'Perfect couple.'

Aku, yang biasa nya selalu cuek tentang apapun yang menyangkut Arjuna, kini bak di cubit-cubit pada bagian dadaku.

Rasanya sesak. Rasanya kecewa. Rasanya marah. Harus nya aku tahu kalau di usia Arjuna, tidak mungkin lelaki itu tidak memiliki sebuah masa lalu.

Dan aku, yang selama ini terlalu cuek masalah lelaki, hanya bisa memendam getir dalam hati. Apakah sesakit ini rasanya berhubungan dengan seorang yang jauh lebih dewasa daripada kita?

🍁🍁🍁🍁

Epiphany Where stories live. Discover now