Panggilan dari Istana

11.4K 1K 14
                                    

6

Bai Meihua yang kini resmi menjadi putri angkat Jenderal Li resmi pula berubah marga menjadi Li Meihua. Awalnya ada banyak hal yang menjadi kekhawatirannya, dia khawatir tidak cukup baik untuk menjadi seorang putri dari kediaman Jenderal, tapi langit masih begitu menyayanginya. Ayah dan ibu angkatnya begitu baik dan perhatian, para pelayan begitu hormat dan patuh padanya. Sungguh kehidupan yang sempurna.

Selama ini dia bahkan tidak bisa dibilang bermalas-malasan, namun pelajaran demi pelajaran yang diterima nya membuat Meihua merasa ada lebih banyak syarat menjadi orang pandai di jaman ini. Meihua rajin membaca buku - buku di perpustakaan kediaman Jenderal, walaupun buku yang paling banyak adalah buku tentang perang dan strategi militer.

Dia juga belajar menyulam, belajar seni meracik teh, belajar tentang tumbuhan herbal dan obat-obatan. Berbagai puisi dan karya sastra dari sastrawan terkemuka di dinasti Wu telah di bacanya. Lain waktu dia akan membuat cemilan kue - kue dan mengantarkannya ke kediaman ibunya, Nyonya Lianhua.

Hubungan ibu dan anak itu kian hari semakin akrab. Bahkan di mata Lianhua, putri angkatnya itu lebih dari seorang anak yang selalu diimpikannya. Saat ini keduanya sedang menikmati bunga di taman kediaman Jenderal.

"Hua'er ibu lihat kau semakin cantik, katakan pada ibu apakah pelajaran - pelajaran mu menyusahkan mu ?"

" Ibunda, mana mungkin Hua'er makin cantik, itu hanya perasaan Ibunda saja,"ucap Meihua." Hua'er sama sekali tidak merasa susah ibu, Hua'er menikmatinya, hanya saja Hua'er bingung kenapa harus mempelajari semua itu."

" Aiya anak bodoh, itu semua agar kau bisa terpilih menjadi calon istri Kaisar," jelas Lianhua.

" Apaa ? Tapi Bu , Hua'er sama sekali tidak memikirkan menjadi istri Kaisar, Hua'er hanya ingin tinggal disisi ayah dan ibu."
Membayangkan menjadi istri Kaisar itu, aku merinding. Bagaimana kalau aku membuat kesalahan, pasti Kaisar itu langsung menjatuhkan hukuman mati padaku batin Meihua.

" Gadis bodoh, mau atau tidak mau, suka tidak suka kau pasti akan masuk ke istana Harem Kaisar Tian yi," bantah ibunya.

"Tapi Ibunda, ayahanda kan belum bilang apapun padaku,".

"Hormat Nyonya Besar, hormat Nona muda ada surat dari istana, " ucap seorang pelayan laki - laki sambil mengangsurkan gulungan surat.

"Berdirilah !"

"Terimakasih Nyonya ."

Lianhua membaca surat dengan cepat, sebentar-sebentar dia tersenyum, lalu terkikik dengan senang.

" Lihat Hua'er, Ibunda tak pernah salah, surat ini dari Ibu Suri, kita berdua diminta datang besok ke istananya."

Aduhh apa lagi ini. " Baik Bu, asalkan ada Ibunda, Hua'er pasti tidak takut menemui Ibu Suri."

" Sudah sore kembalilah ke paviliun mu, nanti kita makan malam bersama ayahanda mu !"

" Ya, ananda mohon pamit ibunda," ucap Meihua dan berlalu setelah mendapat anggukan dari ibunya.

Panggilan dari istana telah tiba, dan Meihua tidak tahu takdir apa yang akan menyambutnya. Otaknya penuh dengan berbagai macam pikiran dan kenangan dari masa lalunya. Masa depan lebih tepatnya, karena ia toh berasal dari masa depan. Satu hal yang ia tahu dan ia yakini, kedatangannya ke jaman ini, sedikit banyak pasti membuat masa depan berubah.

" Li Mei, tolong siapkan air mandiku ya, aku ingin membersihkan tubuh sebelum makan malam, "perintah Meihua pada dayang perempuannya.

"Baik Nona ." Li Mei pun pergi dengan segera, takut membuat Nonanya menunggu, karena entah kenapa dia mulai menyayangi nona mudanya yang begitu baik hati padanya.

"Sepertinya berendam air hangat bisa membuat pikiranku tenang, huffftt aku ingin pulang," lirih Meihua. "Bagaimana kabar ayah dan ibu jahat itu, bagaimana kalau aku terjebak di dunia ini selamanya?"

"Nona, air mandi sudah disiapkan," kedatangan Li Mei membuyarkan lamunan Meihua.

" Ya, terimakasih Mei'er ," senyum Meihua terkembang untuk gadis pelayan yang diberikan padanya oleh ayahnya, jenderal Li.

" Apakah Nona ingin di bantu untuk membersihkan diri ?"

" Tidak perlu, aku bisa sendiri, kau pergilah siapkan baju bersih untukku !"

" Baik Nona, juga sepiring kudapan ringan dan secangkir teh untuk nona ku yang cantik ," goda Li Mei.

" Aiyooo Mei'er, nona mu ini bisa cepat gendut kalau kau terus memberinya makanan buatan mu yang terlalu enak dan tidak bisa di tolak itu, cepat pergilah!"

Li Mei hanya tersenyum senang dan pergi dengan melompat-lompat.

"Gadis itu belum dewasa, kasihan di umurnya yang masih muda, harus menjadi pelayan," ucap Meihua sambil melepaskan gaunnya.

" Ahhh air hangat yang nyaman, besok aku dan ibunda akan menemui Ibu Suri, bisa bertemu Kaisar itu tidak ya? Tapiii lebih baik tidak perlu bertemu Kaisar dingin itu, tatapannya seolah bisa membunuhku dengan cepat, membayangkan saja membuat ku merinding."

" Ayaahhh lihatlah, putri mu mendapat undangan dari Ibu Suri, ayahh apakah Ibu Suri akan memilihkan jodoh untuk Kaisar Tian yi ? " Rentetan pertanyaan keluar dari bibir mungil seorang gadis kepada ayahnya.

" Gadis ku sudah besar, pasti kau yang akan menjadi pendamping Kaisar Tian yi, kau cantik dan berbakat, siapapun tidak akan bisa menolak pesona mu, bahkan Kaisar sekalipun ," jawab ayahnya.

" Ya ayah, akan ku pastikan akulah yang akan di pilih Ibu Suri dan menjadi pendamping Kaisar Tian yi, aku yang akan menjadi Permaisuri, bahkan jika itu artinya aku harus menyingkirkan semua sainganku," tekad yang membara terpancar dari matanya, dan bibirnya menampilkan seringai yang tidak cocok untuk wajah cantiknya.






Yuhuuuu balik lagi nih , kira - kira siapa yang begitu berambisi menjadi Permaisuri ya 😁😁
Silahkan dibaca, vote dan komen di tunggu 😘😘


My Empress from the Future (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang