Siapa Mempelai untuk Sang Kaisar ?

11.4K 1K 29
                                    

7

Pagi itu terjadi kesibukan di Paviliun Musim Semi milik Meihua, semua dayang sibuk menyiapkan berbagai macam pakaian dan perhiasan. Tentu saja yang memberi komando penuh adalah Nyonya Besar Lianhua, sedangkan Meihua hanya pasrah di depan meja rias.

"Ibunda, bukankah kita hanya ke istana untuk bertemu Ibu Suri? Kenapa harus serepot ini ?" Meihua mengeluh.

"Hua'er ku, tidak menutup kemungkinan kita bertemu dengan Kaisar Tian yi, jadi kau harus bersolek dengan lebih cantik !"

"Li Mei segera pakaian tusuk konde itu, ayo cepat !"

"Baik Nyonya Besar ."

Li Mei dengan cekatan memasangkan tusuk konde bertabur giok ke jalinan rambut Meihua.

"Nona anda semakin cantik, ahhhh pasti Kaisar tidak akan berkedip menatap mu nanti ," goda Li Mei.

"Husss diamlah, siapa yang ingin dipandang kaisar mu itu lama-lama ? Aku selalu merinding setiap dia memandangku."

"Hua'er tidak boleh bicara seperti itu, jika ayahanda mu mendengar, dia akan menegurmu ," tukas sang ibu.

"Baiklah Bu, tapi aku lapar, bisakah kita sarapan sebelum kita ke istana?" Meihua menatap ibundanya memelas.

"Astaga, kau belum sarapan sejak tadi ? Aduh bukankah kau bangun pagi-pagi sekali ?"

"Ya, tapi begitu aku membuka mata, para dayang langsung menyeretku untuk bersih - bersih badan dan bersolek ."

"Aduhh tidak ada waktu lagi, Li Mei jangan lupa bawakan kue - kue biar nanti Meihua makan di dalam kereta ."

"Siap Nyonya !"

"Kue lagi ? Ibu, tidak bisakah ananda makan nasi sekarang?"

"Waktunya tidak cukup nak, tahan dulu laparmu, untuk sementara makan kue saja dulu, nanti saat kita pulang, ibu belikan manisan," senyum Lianhua.

Ibu kira aku anak kecil yang dibelikan manisan langsung duduk diam dan patuh ? Semoga di istana nanti, Ibu Suri menyediakan makan siang juga hehehehe.

"Ayo berangkat sekarang."

______________________________________

Perjalanan ke istana memakan waktu hingga 1 jam lebih, Meihua menikmati perjalanannya ke istana kali ini, tentu saja karena ibunya mengenalkan berbagai sudut kota dengan jelas padanya.

Pasar yang penuh dengan beragam orang, penjual yang menjajakan dagangannya, pembeli yang menawar dan memilah-milah dagangan, anak-anak yang berlarian di jalan, suara musik dari sebuah restoran di iringi suara sendau gurau dan wanita - wanita cantik di pinggir jalan yang mencari pelanggan menjadi daya tarik tersendiri bagi Meihua.

Istana kekaisaran ternyata begitu besar dan megah, berpuluh-puluh prajurit menjaga setiap sisi dan tembok istana. Di gerbang masuk istana 2 kereta kuda yang lebih dulu tiba telah terparkir dengan rapi.
Lianhua menggenggam erat tangan putrinya, ia tahu Meihua sangat terpesona dengan pemandangan di istana dan ia tertawa kecil.

Kepala pelayan kediaman Jenderal menunjukkan lencana bahwa mereka dari keluarga Jenderal Li dan menerangkan kalau kedatangan mereka karena undangan dari Ibu Suri. Mereka langsung diantar hingga gerbang kediaman Ibu Suri, dan hanya istri jenderal serta Meihua dan dayangnya Li Mei yang boleh masuk. Para pelayan yang lain menunggu di depan tempat yang disediakan.
.
.
.
.
.
.
.

"Li Lianhua memberi salam pada Ibu Suri, semoga Ibu Suri di karuniai panjang usia, sejahtera selalu."

"Li Meihua memberi salam pada Ibu Suri, semoga Ibu Suri bahagia dan sehat selalu."

"Kalian berdua bangunlah !"

"Terimakasih Ibu Suri."

Untuk pertama kalinya Meihua melihat sosok Ibu Suri, seorang ibu yang melahirkan anak seperti Tian yi dan kemudian menjadi seorang Kaisar. Wanita paruh baya itu senantiasa tersenyum lembut, pandangannya meneduhkan khas seorang ibu. Wajah paruh baya itu pastilah sangat cantik di masa mudanya.

Apa mereka ibu dan anak kandung kenapa sifatnya bertolak belakang. Ibu Suri begitu murah senyum, tapi kaisar itu begitu dingin. Meihua larut dalam pikirannya.
"Salam untuk Nyonya Kang dan Nyonya Chu semoga bahagia selalu," sapa Lianhua pada dua Nyonya yang duduk bersama putri - putri mereka.

"Hua'er ayo beri salam pada Nyonya Kang dan Nyonya Chu !"

"Maafkan ketidaksopanan saya, Meihua memberi salam pada Nyonya Kang dan Nyonya Chu, semoga damai selalu," ucap Meihua seraya membungkukkan badan.

"Inikah Meihua yang terkenal beberapa waktu terakhir, rumor itu benar, kau begitu cantik seperti bunga di musim semi," Nyonya Chu menjawab sambil tersenyum lembut.

"Terimakasih Nyonya Chu, tapi rumor yang beredar terlalu membesar-besarkan. Saya biasa saja. Tentu lebih cantik adik Mingfen."

"Kakak, mana bisa Mingfen dibandingkan dengan kakak, Mingfen biasa saja," putri Nyonya Chu itu pipinya memerah malu.

"Sudahlah, duduklah dulu Nyonya Li dan Meihua !" perintah ibu suri.

"Terimakasih, Ibu Suri."

"Kedatangan kalian kemari karena aku ingin tahu dan ingin dekat dengan calon permaisuri negeri ini. Usia ku tidak muda lagi, Kaisar membutuhkan pendamping yang bisa membantunya memperkuat negara, memberinya penerus dan melengkapi kehidupannya. Tentu saja akan ada kompetisi untuk kalian. Hanya satu orang yang akan terpilih menjadi permaisuri, dua orang sisanya akan diangkat menjadi selir."

Para pelayan menuangkan teh untuk ibu suri dan para tamu, mereka juga menyajikan berpiring-piring kudapan lezat khas istana. Untuk sementara pembicaraan itu berhenti dengan sendirinya. Mereka larut dalam rasa teh dan kue lezat yang tidak sembarang orang bisa memakannya.

"Kompetisi akan dimulai besok, kalian bertiga akan diawasi dengan ketat. Hasil akhir penilaian akan dilakukan oleh kaisar. Apakah ada yang kurang jelas?"

"Kami sudah jelas Yang Mulia," jawab para Nyonya dan putrinya serentak.

"Baguslah, setelah ini aku ada pertemuan di Aula Agung istana, biarlah para dayang ku yang mengantarkan kalian !"

"Terimakasih Yang Mulia, semoga Yang Mulia panjang umur hingga ribuan tahun."

Ibu suri berlalu dan menuju Aula Agung, tidak ada alasan lagi bagi mereka untuk tetap tinggal. Setelah saling berbasa-basi mereka keluar dari istana kediaman ibu suri.

"Meihua, kau baru pertama ke istana kan, ayo ibunda ajak kau ke taman bunga kekaisaran. Ada banyak bunga di sana."

Meihua memasang wajah cemberut," Ibunda, bolehkah kita pulang saja?"

"Kenapa? tidak setiap hari kita ke istana, kita juga bisa bertemu ayahmu di sini," Lianhua memasang wajah bingung.

Meihua mendekati ibunya dan berbisik," Hua'er merasa tidak enak ibu, ada seseorang yang melihat Hua'er dengan tajam dan itu membuat ku tidak nyaman."

Lianhua mengangguk," ibunda paham, Nak. Baiklah ayo kita pulang."

_______________________________________
_______________________________________

Dia, kenapa bisa lebih cantik dariku? Cihhh rasanya aku ingin menghancurkan wajahnya. Lihat saja apa yang bisa kulakukan besok, akan ku pastikan hanya aku yang akan menjadi permaisuri. Kaisar hanya membutuhkan pendamping seperti ku. Bukan seorang putri angkat ataupun anak dari istri kedua.
.
.
.
.
.
.
.
.
Up lagiii nihh biar pada semangat yang menjalankan ibadah puasa.

Kira-kira siapa hayooo yang punya niatan jahat ya. Di antara saingan Meihua ? 😏😏

Author mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang muslim 😃😃😃
Jangan lupa klik tombol bintang ya. Banyak yang jadi silent readers soalnya 😔😔

Kritik dan saran ditunggu 😊😊😊

My Empress from the Future (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang