Wisteria

8.3K 713 35
                                    

17


Pagi ini, mentari bahkan belum muncul. Udara masih terasa dingin, di ujung timur masih nampak bintang besar yang terang. Embun masih tertinggal di pucuk-pucuk daun dan bunga.

Siluet seseorang tengah duduk di gazebo taman kekaisaran tampak remang-remang. Tubuhnya yang kecil, tenggelam dalam balutan mantel bulu berwarna merah. Kepalanya menunduk, terkadang tangan mungilnya menghapus air mata yang meleleh di pipi.
.
.
.
.
Pesta pertunjukan akan diadakan nanti malam. Istana Wu kembali di hiasi dengan meriah, terutama di bagian aula utama. Panggung didirikan, pemain musik, penari dan pemain opera terbaik di ibukota di sewa untuk memeriahkan suasana. Para pelayan hilir mudik menata meja dan kursi, di dapur istana kesibukan yang serupa terjadi. Para koki di bantu pelayan mempersiapkan seluruh hidangan.

Sejak sore pemain musik telah memainkan musik-musik bernada gembira. Akhirnya para tamu telah memenuhi meja dan kursi. Di podium khusus, Kaisar dan permaisuri telah hadir, juga selir Ming yang memaksakan diri datang dalam acara tersebut.
Pangeran Chen Xu hadir bersama putri ChinSuo yang terlihat antusias.

Setelah duduk di kursinya, ChinSuo mulai mengedarkan pandangan ke seluruh aula. Tidak lama kemudian netranya menangkap sosok yang akhir-akhir ini selalu muncul dalam pikirannya. Tanpa ia sadari, tangannya melambai ke arah sosok itu.

"Putri ChinSuo terlihat sangat cantik?" Meihua menyapa ChinSuo.

"Ahh, permaisuri, terimakasih atas gaun yang anda berikan padaku. Lihat, sangat cantik dan aku menyukainya. Ukurannya juga pas dengan tubuhku," ChinSuo berdiri dan mulai memutarkan tubuh, memamerkan gaun pemberian permaisuri.

"Baguslah kalau Putri ChinSuo suka dengan gaunnya. Maafkan aku karena belum sempat mengajakmu jalan-jalan berkeliling istana," Meihua tersenyum.

"Aiyaa, permaisuri tidak perlu meminta maaf. Justru akan sangat merepotkan permaisuri kalau aku memaksa jalan-jalan."

"Meimei duduklah! Kau akan berdiri terus hingga pertunjukan Opera ini di mulai?" Chen Xu mulai merasa gerah dengan kelakuan sang adik. Untungnya ChinSuo segera menuruti perintah kakaknya. Kaisar dan permaisuri yang melihatnya hanya tersenyum kecil.

"Aiyaa Gege, kau mempermalukan adikmu sendiri di depan kaisar dan permaisuri," ChinSuo cemberut.
Chen Xu hanya menggelengkan kepala.

"Hormat pada yang mulia Kaisar dan permaisuri, hormat kepada pangeran Chen Xu dan putri ChinSuo," Jenderal Li dan Hao Chen membungkuk bersamaan.

"Bangunlah, Jenderal Li, kau juga Hao Chen. Duduklah."

"Terimakasih Baginda kaisar."

Pembagian tempat duduk berbeda antara pria dan wanita. Hanya kaisar dan permaisuri serta Pangeran Chen Xu dan putri ChinSuo yang duduk berdampingan.
Hal itu sedikit membuat ChinSuo tidak puas.

"Kakak, kenapa aku tidak boleh duduk dengan Chen Gege?"protesnya pada Chen Xu.

"Meimei kau ini agresif sekali. Diam dan nikmati saja pertunjukan ini. Di negara Wu, pria dan wanita yang bukan saudara dan belum menikah, tidak bisa berdekatan terlalu intim. Etika sopan santun sangat di junjung tinggi di negara ini. Berbeda dengan Wen, disana prinsip kesetaraan gender lebih dimaklumi," bisik Chen Xu. Sedangkan adiknya itu hanya manggut-manggut.

Akhirnya, pertunjukan Opera di mulai. Para pemain yang telah memakai kostum dan riasan mulai menampilkan kebolehannya. Pertunjukan kali ini mengangkat cerita legendaris, perjalanan ke barat. Pangeran Chen Xu dan ChinSuo yang baru menyaksikan pertama kali tampak antusias. Bahkan terkadang ChinSuo bertepuk tangan, mengundang pandangan heran dari sebagian tamu undangan.

My Empress from the Future (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang