Naga dan Burung Hong

9K 748 40
                                    


19


Chen Xu kembali ke kerajaan Wen setelah tinggal hampir satu bulan di kerajaan Wu. Setelah memastikan bahwa adiknya akan baik-baik saja, dan berjanji akan kembali untuk menengoknya lagi, Chen Xu meninggalkan ChinSuo.

Perpisahan adik dan kakak itu menguras emosi, walaupun mereka terlahir dari ibu yang berbeda, namun hubungan kakak adik antara mereka melebihi saudara mereka yang lain.

Pertengahan musim semi tahun ini, ibu suri memutuskan untuk tinggal di kuil. Ibu suri beralasan sudah terlalu tua untuk terus mencampuri urusan duniawi. Kini istana kerajaan semuanya di bawah kendali kaisar dan permaisuri.

Selir Hong, tinggal dengan damai di kediamannya. Entah apa yang sedang ia rencanakan. Terkadang Meihua atau kaisar akan mengunjunginya, bukan karena hubungan mereka yang membaik, tapi demi bayi dalam kandungan selir Hong.

Kesehatan selir Ming pulih dengan cepat, kini gadis itu telah kembali ceria, walaupun dalam hatinya keinginan untuk pergi dari istana masih menyala-nyala.
.
.
.
Hari ini langit begitu cerah, panas mentari tak seterik biasanya. Meihua dengan senang hati mengunjungi kediaman selir Hong, membawa sekeranjang buah-buahan segar.

"Yang mulia permaisuri datang berkunjung," Kasim kecil mengumumkan kedatangannya.

"Hormat kami pada yang mulia permaisuri," selir Hong memberi hormat walaupun dengan wajah ditekuk.

"Bangunlah! Hari ini begitu cerah, aku memberikan buah-buahan ini untukmu, ahh bukan untuk bayi dalam kandunganmu. Jaga dia baik-baik untukku."

"Apa maksud anda permaisuri? Dia lahir dari rahimku, yang akan merawatnya tumbuh tentu saja aku. Anda bermaksud mengambil pangeran dariku?"tanya Hongmei dingin.

"Lancang! Kamu hanya seorang selir biasa, beraninya menggunakan nada keras seperti itu pada seorang permaisuri,"Meihua berkata tajam.
"Aku terlalu sibuk mengurusi istana dalam, masih menyempatkan datang kesini demi anak itu, tapi kau tidak tahu berterima kasih."

Selir Hong diam, namun matanya menyiratkan kemarahan. Sekarang kau bisa menindasku sepuasnya. Tunggu saat ayahku mengambil alih istana, kau hanya akan menjadi gembel di jalanan.

"Kenapa menatapku seperti itu? Ternyata aku salah mengunjungimu, setiap datang kesini aku harus selalu marah-marah seperti ini. Lebih baik aku pergi."

"Hamba mengantarkan kepergian permaisuri. Hati-hati di jalan," Hongmei hanya bisa menunduk hormat.
.
.
.
Meihua pergi dengan wajah marah, selalu seperti itu setiap kunjungannya ke istana Giok. Sia-sia mengharapkan sikap Hongmei kembali seperti dulu.
Dalam perjalanan pulangnya, Meihua bertemu dengan selir Ming.

"Adik Ming, darimana?"Meihua melambaikan tangan.

"Hormat pada permaisuri, hamba dari taman kekaisaran."

"Ooh, adakah yang menarik di sana?"

"Tidak ada yang mulia, hanya melihat bunga,"Mingfen menjawab dengan wajah memerah.

"Benarkah? Kenapa wajahmu memerah seperti itu adik? Kau sakit lagi?"Meihua bertanya khawatir.

"Tidak yang mulia, sungguh tidak apa-apa. Mungkin terkena panas matahari, kalau tidak ada lagi, hamba mohon pamit,"tanpa berkata apapun lagi, Mingfen berlari kecil meninggalkan Meihua.

"Gadis itu aneh, hanya melihat bunga tapi wajahnya memerah seperti apel,"gumam Meihua. "Sepertinya ada yang tidak beres."
.
.
.
.
.
Seekor elang terbang dengan cepat melewati perbatasan kerajaan Wu dibagian barat. Arah yang ditujunya adalah kompleks istana, namun alih-alih mendarat di istana, elang itu berputar dan kemudian turun di mansion menteri perpajakan, Kang Libo.

My Empress from the Future (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang