Upacara Pemakaman

9.9K 763 27
                                    

21


Dengan berlari, kaisar membawa tubuh Meihua ke istana emas. Para tabib didatangkan, para pelayan berlarian menyiapkan air hangat, baju bersih, perban, dan obat-obatan. Meihua dibaringkan dengan hati-hati. Tabib Hu yang memeriksa lukanya, menghela nafas berat. Tabib Hu adalah tabib khusus kemiliteran, ia piawai dalam mengobati luka pedang, racun dan panah seperti kasus permaisuri.

"Lapor yang mulia, luka panah ini memang tidak mengenai jantung, namun melihat dari banyaknya darah yang dikeluarkan, saya merasa ada pembuluh darah besarnya yang terpotong."

"Lanjutkan!"ucap kaisar Tian yi melihat keraguan tabib Hu untuk melanjutkan penjelasannya.

"Yang mulia, ketika panah itu hamba tarik, maka hamba juga perlu mencungkil mata panahnya. Tapi permaisuri seorang wanita jadi...."

"Tidak masalah, yang terpenting nyawanya selamat."

"Baik yang mulia. Hamba membutuhkan seseorang untuk menekan sekeliling lukanya. Saat panah ditarik, maka darah akan menyembur,"tabib Hu memandang para pelayan.

"Zhen sendiri yang akan membantumu, lekas lakukan, setiap menit berharga untuk menyelamatkan nyawa permaisuri!" Kaisar Tian yi maju.

"Tapi paduka, darahnya mungkin akan sangat banyak. Hamba takut permaisuri tidak akan bertahan, juga paduka akan kotor oleh darah nantinya."

"Jangan pedulikan aku, lakukan segera! Zhen adalah putra langit, jika raja dunia bawah berani membawa permaisuri maka Zhen yang akan melawannya."

"Baik." Tabib Hu mulai bersiap mencabut anak panah itu, dalam hitungan ketiga dicabutnya sekuat tenaga panah tersebut. "Aaaaaaaahhhh", Meihua berteriak kesakitan lalu pingsan lagi. Darah segar langsung menyembur, sebagian bahkan mengenai wajah kaisar Tian yi.

Dengan sigap kaisar menekan luka itu dengan kain halus, menahan agar darah tidak semakin banyak keluar. Luka robekan di sekeliling anak panah itu begitu mengerikan untuk dilihat bahkan kaisar yang begitu berani di medan perang sampai menutup matanya.

Li Mei menangis begitu keras, sambil membawa lap dan air hangat ia maju membantu tabib Hu menyeka darah dari tubuh nonanya. Segera setelah darah berhenti karena telah diberi bubuk obat untuk menghentikan darah, tabib Hu membebat luka itu dibantu Li Mei.

Kini Meihua telah berganti pakaian bersih, ranjang yang semula kotor oleh darah juga telah diganti. Kaisar telah berganti pakaian, dan sekarang menunggui Meihua dengan cemas.

Ibu angkat Meihua datang ke istana, Lianhua menangis dalam diam menyaksikan penderitaan putrinya. Bersama dengan kaisar dan sejumlah pelayan serta tabib Hu yang tidak boleh pulang, mereka menunggu keadaan Meihua membaik.

Malam datang begitu cepat, Meihua masih belum sadarkan diri. Obat yang sudah direbus telah dingin lagi.
Tabib Hu khawatir permaisuri tidak akan bertahan malam ini. Di aula selir Ming juga nampak cemas. Bayi Mei Lian yang selalu di gendongnya telah diasuh seorang pelayan.

Semua orang tidak tidur malam itu, semuanya memanjatkan doa untuk permaisuri mereka, memohon keselamatan dan kesehatan untuk permaisuri.
Tengah malam, rintihan keluar dari mulut Meihua, kaisar yang berjaga di sebelah ranjang dengan memegang tangannya mendengar dengan jelas. Segera dipanggilnya tabib Hu.

"Tabib, lekas periksa kondisi permaisuri!"

"Baik yang mulia." Tabib Hu memeriksa dengan serius, sekejap kemudian keningnya mengernyit lalu berganti dengan senyuman.

"Ada apa? Kapan permaisuri bangun?" Kaisar Tian yi semakin penasaran.

"Yang mulia, permaisuri telah melewati masa kritisnya, kini tinggal menunggu permaisuri siuman dan meminumkan obat yang telah direbus. Lalu ada satu hal lagi, saat ini permaisuri tengah mengandung. Usia kandungannya hampir dua bulan yang mulia. Selamat untuk paduka kaisar," tabib Hu berkowtow.

My Empress from the Future (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora