03 :: STUDY TOUR

4 2 0
                                    

Akhir semester dua di tahun pertama, tepatnya beberapa minggu setelah ujian akhir semester selesai, akan diadakan study tour ke salah satu tempat wisata. Ya, bisa dibilang seperti kebun binatang, tapi juga ada beberapa wahana bermain. Sepertinya akan seru.

Begitu selesai absen, semuanya bergegas naik ke bis untuj mencari kursi. Sedangkan aku santai-santai saja. Toh, yang penting dapat kursi. Dan akhirnya, karena ke-santai-anku, aku duduk bersama Yenni, teman SMP-ku yang keponya setengah mati. Jadi, untuk menghindari berbagai pertanyaan yang akan keluar dari mulutnya, lebih baik aku tidur. Bahkan, sebelum bis terisi penuh, aku sudah berada di alam mimpiku.

Beberapa jam setelahnya, kami sudah sampai di tempat tujuan. Belum terlalu siang sehingga udara segar di pagi hari masih tercium oleh indra penciumanku. Apalagi, tempat ini dekat dengan laut. Bau khas deburan ombaknya sangat terasa di hidungku.

Selama berada di tempat wisata ini, aku hanya berdua dengan Putri. Entah kemana Nafa dan Shafa pergi. Menurutku, mereka berdua terlalu aktif, sehingga aku mengasumsikan jika mereka pasti mencoba beberapa wahana di sini. Padahal, judul dari kegiatan ini adalah study tour, tapi rata-rata mereka semua menikmati tiap wahana daripada mencari informasi untuk dibuat laporan. Yah, aku juga sepertj itu sih. Tapi, aku tetap membaca beberapa informasi di sana dan memfoto beberapa hewan juga untuk dijadikan laporan.

Tibalah di akhir waktu. Tepat jam empat sore, kami semua diminta berkumpul di depan pintu gerbang sambil menunggu yang lain datang.

Aku dan Putri memilih duduk di sebuah bundaran yang tengahnya terdapat beberapa tanaman bunga. Beberapa meter dari tempatku duduk, ada Raka yang merupakan teman SMP-ku. Dia pernah bilang bahwa menyukaiku saat SMP, dan aku hanya bisa diam saja waktu itu. Karena saat aku ingin bertanya mengapa, guru sudah datang. Jadilah, sampai sekarang pertanyaan itu belum menemukan jawabannya dan aku juga tak berani untuj mengungkitnya. Sudah beberapa tahun berlalu juga, tidak mungkin dia masih menyukaiku.

Namun, saat itu dia menatapku cukup lama dan berhasil membuatku sedikit merasa ge-er. Hanya karena sebuah tatapan saja. Ditambah dengan senyuman di detik-detik terakhir sebelum akhirnya ia memalingkan wajahnya.

Aku menghela napas lega. Setidaknya, rasa sesak karena menahan kege-eran ini hilang.

"Put, kita nggak masuk bis aja? Yang lain udah pada masuk tuh," kataku.

"Ya udah deh, yuk, daripada di sini."

Kami pun masuk ke bis. Karena Yenni belum datang, akhirnya aku suruh Putri untuk duduk di sampingku sampai Yenni datang. Selama itu, kami menceritakan hal-hal yang terjadi selama di tempat wisata tadi.

Bis mulai terpenuhi, dan Yenni pun sudah datang. Terpaksa, Putri harus pindah.

"Dari mana aja? Lama amat," tanyaku.

"Abis beli oleh-oleh nih, ortu nitip banyak," jawab Yenni. "Lo tadi sama Putri? Kenapa nggak gabung sama gue dan Shafa aja?"

Ah, ternyata Shafa bersama Yenni. Sedangkan Nafa? Tidak mungkin ia mau bersama Yenni, karena ia merasa kurang cocok dengannya. Kupikir, Nafa mungkin bersama teman sekelas kami yang lain. Atau juga dari kelas lain.

"Ini kok nggak berangkat-berangkat, ya, bisnya?" tanyaku. Padahal, bis udah penuh.

"Masih kurang satu orang."

"Siapa? Udah mau maghrib juga masa belum selesai mainnya."

"Nah, tuh dia orangnya."

Ternyata Valen. Dia teman sebangkuku, karena kami berasal dari SMP yang sama dan pernah sekelas juga sehingga aku memutuskan untuk duduk dengannya. Walau selama setahun ini aku masoh belum merasa akrab dan nyaman dengannya. Karena dia pun sudah punya teman dekat di lain kelas.

Terdengar sorak dari para lelaki di belakang saat Valen memasuki bis. Bisa dimaklumi sih, karena Valen sudah telat sekitar satu jam lebih. Padahal sudah diberitahu bahwa jam empat semua sudah harus berkumpul. Itu pun belum termasuk molornya.

Akhirnya, kami pun berangkat alias pulang. Selama perjalanan, aku kembali tidur. Kali ini, aku tidur bukan karena malas mendengar Yenni bertanya macam-macam, tapi karena aku benar-benar lelah berjalan memutari tenpat wisata yang sangat luas itu. Padahal, jika benar-benar melihat denahnya, tempat itu seperti lingkaran. Kami seperti memutari sebuah rumah, hanya saja tempatnya lebih luar.

Tapi, meskipun begitu, aku merasa senang. Setidaknya, aku menghabiskan masa-masa SMA-ku dengan bahagia, meski ini masih di tahun pertama.

***

LAPUNASHA (COMPLETED)✔Where stories live. Discover now