09 :: OLIMPIADE SAINS DAN MATEMATIKA

3 1 0
                                    

Di mading dan beberapa dinding sekolah, ada sebuah poster berisikan pengumuman olimpiade. Maksudnya, akan ada olimpiade yang diadakan dalam waktu dekat. Hal itu mengundang minatku dan juga Anggun. Ya, itung-itung cari pengalaman juga.

Persyaratannya adalah peserta beranggotakan tiga orang dan melengkapi administrasi tentunya. Kalau begitu, tinggal mencari satu orang lagi agar kami bisa mengikutinya.

Kami berpikir cukup lama untuk menentukan siapa kiranya yang bisa dan mau untuk diajak. Apalagi, ini adalah olimpiade, bukan acara huru-hara yang banyak diburu para anak muda. Jadi, bisa dipastikan yang ikut pasti sedikit.

Cukup lama kami berpikir hingga aku menemukan satu nama. Valen. Ya, dia teman SMP ku yang saat kelas satu duduk sebangku denganku. Setahuku, dia tergolong murid yang pintar dan pernah meraih rangking pertama di kelas.

Sepertinya, tidak masalah jika ia kami ajak untuk ikut olimpiade ini. Aku yakin, dia pasti mau. Tinggal bagaimana cara kami membujuknya saja.

Aku pun memberitahu Anggun. Saat bel pulang berbunyi dan guru keluar, kami segera ke kelas sebelah dan memanggil Valen.

"Ada apa?" tanyanya.

"Duduk di sana aja, lebih enak ngomongnya," ujarku sambil menunjuk gazebo.

"Jadi gini, lo tahu poster olimpiade yang di mading kan?"

Valen mengangguk.

"Kita berdua mau ikut. Tapi, syaratnya itu peserta ada tiga orang. Nah, pas banget nih kalo lo mau gabung sama kita. Itung-itung cari pengalaman lah," jelas Anggun.

"Iya, lagipula lo kan pinter juga," timpalku.

"Pinter apaan sih, lebih pinter kalian lah," ujarnya merendah sambil tertawa.

"Jadi gimana nih? Mau, ya?" tanyaku.

Valen beberapa kali menolak, dan kami membalasnya dengan bujuk rayu yang tak kalah bagusnya. Hingga akhirnya ia mengiyakan. Kami pun bersorak senang.

"Tapi, jangan incer hadiahnya, ya. Maksudnya, kita ikut sebagai pengalaman aja, jangan menggebu-gebu buat jadi pemenang. Biar nggak jadi beban buat kita," kataku mengingatkan.

"Sip."

Setelah acara bujuk-membujuk selesai dan berhasil, kami pun membicarakan buku apa saja yang akan dipelajari dan kapan kami akan belajar bersama.

***

Aku mencari beberapa contoh soal olimpiade dan mencetaknya. Lalu, kubawa ke sekolah untuk kami belajar.

Tiap ada waktu luang, kami usahakan untuk membahas beberapa soal. Jika ada yang masih ragu atau tidak bisa, kami pun bertanya pada guru.

Hingga hari olimpiade pun tiba. Kami saling menunggu di dekat pos satpam. Setelah anggota kami lengkap, kami pun melakukan registrasi dan langsung masuk ke kelas di mana nama kami tertera. Sambil menunggu waktu, kami belajar sebentar dan mengobrol. Yah, lebih banyak mengobrolnya sih daripada belajar.

Akhirnya, waktu yang ditunggu pun tiba. Setelah berdoa, tiap kelompok diberi lembar soal dan jawaban. Karena bagian soal terdiri dari beberapa lembar, kami pun membaginya. Anggun dan Valen masing-masing tiga lembar, sedangkan aku hanya dua lembar dengan tambahan mengisi lembar jawaban. Yah, mengisi lembar jawaban memang membutuhkan ketelitian dan keterampilan sehingga aku yang terlihat cukup teliti pun ditunjuk untuk mengisinya.

Tidak masalah sih, lumayan juga nggak terlalu pusing mikir jawabannya. Hihihi...

Selesai mengisi biodata di lembar jawaban, aku pun mulai membaca soal. Dan aku seketika shock melihat soal-soal yang berbeda jauh dengan pelajaran kami serta yang kami pelajari. Ada beberapa yang sama sih, tapi aku tidak mengerti bagaimana cara menyelesaikannya. Atau memang kami saja yang tidak bisa, karena ini juga kali pertama kami mengikuti olimpiade. Jadi, belum tahu pasti bagaimana model soalnya.

Apalagi soal Matematika, aku sudah memakai berbagai cara perhitungan. Mulai dari ditambah, dikurang, dikali, dibagi, semuanya sudah kucoba. Tapi tetap saja tidak menemukan hasilnya. Ini baru satu soal yang kulihat dan kucoba selesaikan, belum soal yang lain.

Sementara itu, aku melihat kertas soal di Anggun sudah ada jawabannya. Aku pun menyalinnya ke lembar jawaban. Ternyata, Anggun sudah menyelesaikan soalnya—dengan sedikit diskusi denganku tentunya. Sedangkan Valen, sudah terisi sebagian. Aku pun menyerahkan soalku pada Anggun dan memilih untuk menyalin jawaban Valen ke lembar jawaban.

Hingga aku selesai berdiskusi dengan Valen dan menjawab semuanya, kertas soal yang tadi kuberikan pada Anggun ternyata belum selesai. Huh, susah juga ternyata. Sudah dua orang mencoba menyelesaikannya, tapi belum menemukan jawabannya juga. Akhirnya, kami bertiga pun berdiskusi untuk menjawabnya.

Waktu tinggal sedikit, dan soalnya belum selesai juga. Akhirnya, aku pun menggunakan cara terakhir, yaitu menjawabnya dengan asal. Mau bagaimana lagi?

Dan waktu pun selesai. Aku menghembuskan napas lega. Entah benar arau salah, yang penting kami sudah berusaha.

Sambil menunggu siapa saja yang akan lolos ke babak final, kami dihibur dengan nyanyian dan tentunya ada kegiatan promosi yang diselipkan.

Waktu istirahat pun tiba. Kami yang sepakat untuk membawa bekal pun mencari tenpat untuk makan siang. Dan pilihan kami jatuh pada balkon di ujung belakang dekat kantin. Sengaja memang kami memilih tempat yang jauh dari keramaian. Agar kami bisa mengobrol dengan puas hati tanpa takut ada yang mendengarkan.

Sambil makan, kami membahas nilai untuk tiap nomor tadi. Jika tidak diisi, akan dapat nilai nol. Jika diisi tapi salah, akan dapat nilai minus satu. Kami pun berpikir, apa lebih baik tidak diisi, ya, daripada diisi tapi salah?

Kami berdebat gara-gara nilai itu. Dan ujung-ujungnya, kami pun pasrah dengan hasilnya. Toh, sudah dikumpulkan juga. Masa mau kita ambil lagi?

Waktu istirahat telah selesai. Kami pun kembali ke kelas. Sekarang saatnya mendengarkan siapa saja yang akan lolos ke babak final.

Jantung kami berdegup kencang tiap kali mendengar nama yang dipanggil. Hingga tinggal satu kelompok lagi.

"Dan peserta terakhir yang berhasil lolos ke babak final yaitu..."

Jeda beberapa detik hingga akhirnya aku mendengar namaku disebut.

"Lala, Anggun, dan Valen!"

Seketika aku bersorak dan melakukan tos dengan Anggun dan Valen. Karena hal itu, kami dilihat oleh kelompok lainnya. Sungguh bahagia rasanya mendengar namaku, Anggun, dan Valen disebut sebagai salah satu finalis.

Dalam babak final ini, sistemnya seperti cerdas cermat. Kami akan dibacakan soal, dan harus cepat menekan bel untuk menjawab. Dalam hal ini, kerja sama sangat diperlukan.

Sampai soal ke tujuh, skor kami lebih unggul dibanding dua kelompok lainnya. Dan aku merasa cukup percaya diri kalau kami akan menang. Tapi, bukan berarti kami merelakan sisa soal untuk mereka jawab. Jika bisa, tentu akan kami jawab. Jika tidak, ya, kami diam saja. Hehehe...

Dan soal pun habis. Para juri menghitung skor yang kami dapatkan. Saat itu juga, langsung diumumkan siapa yang mendapat juara 1, juara 2, dan juara 3.

Lagi-lagi, aku harus merasakan bahagia yang teramat dalam karena nama kami bertiga kembali disebut sebagai juara 1. Tidak bisa dideskripsikan lagi bagaimana perasaan kami saat itu. Bahkan, aku sampai ingin menangis rasanya.

Dapat kudengar sorakan-sorakan yang ditujukan untuk kami. Dan ternyata, ada adik kelas yang ikut juga. Kukira, hanya kami saja yang ikut.

Yah, kira-kira, itulah pengalaman pertama ku mengikuti olimpiade dan menjadi juara 1. Walaupun olimpiade ini diadakan sebagai ajang promosi dari perguruan tinggi swasta, tapi aku merasa senang. Semoga saja, di lain kesempatan aku bisa mengikuti hal-hal seperti ini.

***

LAPUNASHA (COMPLETED)✔Where stories live. Discover now