07 :: KE JOGJA

2 1 0
                                    

Setelah mengikuti english conversation selama kurang lebih satu setengah bulan, kemampuan kami pun diuji. Di akhir semester dua ini, kami akan ke Jogja untuk menguji seberapa bisa kami berbicara bahasa Inggris, yang kali ini kami disuruh untuk mewawancarai turis secara langsung.

Sebelumnya, kami sudah dibekali dengan pengetahuan apa saja yang boleh dan tidak boleh untuk dikatakan.

Kegiatan ini dilakukan berkelompok. Satu kelompok berisi tiga orang. Entah kebetulan atau bagaimana, jumlah ini sangat pas dengan kami yang memang sudah dekat sehingga tanpa pikir panjang, kami berada dalam satu kelompok. Hal ini membuat pertemanan kami menjadi lebih dekat.

Kami berangkat saat malam hari, dengan tujuan agar saat matahati terbit, kami sudah sampai tujuan dan melakukan tugas. Saat di perjalanan menuju sekolah, sepeda motor yang kutumpangi bersama ibuku tiba-tiba berhenti, bahkan saat itu kami masih berada di dekat rumah kami. Ternyata, bensinnya habis sehingga mau tidak mau ibuku mendorong motor itu ke pom bensin. Untung saja pom bensin tidak terlalu jauh. Walau begitu, tetap saja aku menjadi murid yang terakhir datang di kelas. Tepat setelah namaku diabsen, kami menuju bus.

Aku memperhatikan beberapa temanku yang memakai pakaian santai. Sedangkan diriku sendiri yang sepertinya terlalu bersemangat sehingga memakai pakaian seperti mau hangout saja. Bisa dibilang, aku salah kostum. Padahal, baju ini hanya dipakai saat berangkat saja. Saat di Jogja nanti, kami pun harus ganti baju dengan kaos yang sudah disiapkan sekolah.

Selama perjalanan yang memakan beberapa jam, aku hanya tidur saja. Toh, memang waktunya tidur karena malam hari. Kali ini, aku duduk bertiga bersama Adel dan Nafa dengan aku yang berada di tengah. Bisa kalian bayangkan betapa aku tidak bisa bergerak. Apalagi saat mereka tidur, malah semakin memepetku dan membuatku tidak bisa tidur. Yah, untungnya, ini hanya terjadi saat kami pulang saja. Akhirnya pun, aku juga bisa tertidur.

***

Pagi hari, kami sampai di sebuah rumah makan di Jogja. Beberapa dari kami mandi, sisanya hanya berganti baju saja. Karena waktu dan kamar mandi yang terbatas membuat beberapa dari kami harus rela menahan bau badan dan keringat tubuh.

Setelah sarapan, kamu melanjutkan perjalanan. Tujuan pertama kami yaitu Candi Borobudur. Sesampainya di sana, kami menunggu beberapa saat hingga akhirnya memasuki area candi. Sebelum kami benar-benar berada di candi, kami harus berjalan dahulu. Entah berapa jaraknya, yang jelas sangat jauh menurutku.

Hingga akhirnya kami sampai di area Candi Borobudur. Kami pun bergabung bersama kelompok masing-masing dan memulai misi. Target kami sebenarnya ada lima, namun yang berhasil kami dapatkan hanyalah tiga. Yang satu orangnya sangat ramah, yang satu lagi orangnya cukup cuek, jika dilihat dari wajahnya dia seperti terganggu dengan kehadiran kami tapi tetap meladeni kami, dan terakhir orangnya cukup cuek juga.

Huh, walau hanya dapat tiga turis, kami cukup lega. Daripada tidak dapat sama sekali?

Sambil menunggu waktu selesai, kami berjalan mengelilingi candi, naik ke atas, lalu turun ke bawah lagi hingga kaki kami terasa pegal. Kami memutuskan istirahat di bawah pohon beringin. Beberapa menit kemudian, kami bertemu dengan salah satu tutor dan kami pun diajak kembali ke bus.

Sepanjang perjalanan menuju bus, banyak pedagang yang menawarkan produknya pada kami. Dan aku membeli beberapa juga dengan harga yang awalnya cukup tinggi, setelah ditawar dan melakukan sedikit drama, akhirnya mendapat potongan harga juga, bahkan tutor kami sampai mendapat potongan harga sekitar 40 persen.

Akhirnya, kami sampai di bus. Hanya ada beberapa orang saja di sana. Mungkin, yang lain masih keliling-keliling. Entah mencari turis atau oleh-oleh untuk dibawa pulang.

Aku, Adel, dan Anggun pun memilih untuk duduk sebentar di samping bus. Kami saling bercerita. Entah itu tentang hal-hal di sekolah ataupun yang tadi kami alami di Candi Borobudur.

"Sumpah, ya, bule sipit tadi siapa namanya? Jutek banget, kalo nggak mau kita wawancara kan bisa bilang," gerutu Adel yang masih saja membahas salah satu turis yang kami wawancarai di dekat tangga.

"Iya, gue juga agak sebel. Bukannya fokus sama kita, malah celingukan nggak jelas. Ngomongnya singkat banget lagi, nggak enak juga," sahutku yang juga merasa kesal. Pasalnya, itu adalah giliranku wawancara bersama Anggun, sedangkan Adel yang merekam.

Aku sudah berusaha mengeluarkan segala macam kalimat yang kubisa-dibantu Anggun tentunya yang memang lebih jago dalam berbahasa Inggris, tapi turis itu malah cuek bebek.

"Ya udahlah, nggak usah dipikirin lagi. Yang penting, kita udah dapet video sama wawancara kan," ujar Anggun. Yah, di saat-saat seperti ini, hanya dia yang sellau menjadi penengah alias pihak netral. Kecuali jika ia merasa ada yang salah atau menyakiti hatinya, baru ia akan bertindak seperti kami berdua.

"Ya tapi kan-"

"Udah, Del, udah," selaku sambil menepuk bahunya dua kali. Aku juga tidak mau larut dalam rasa kesalku. "Masuk ke bus yuk, mumpung masih sepi dan mesinnya belum nyala. Gue mau selonjoran nih, pegel banget," ajakku.

Adel dan Anggun mengiyakan permintaanku. Kami pun akhirnya memasuki bus dan istirahat sebentar di sana.

***

LAPUNASHA (COMPLETED)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang