Part 9

68 5 3
                                    

"Justin wake up!" Teriakan itu membuat Justin tak bisa melanjutkan tidur nyenyak nya lagi. Ia terpaksa bangun karena seseorang membuka pintu kamarnya.

"Kamu gak liat ini jam berapa!" Suara berat milik papa Justin- Jeremy, membuat pria Canadian itu segera menyingkap selimut yang masih menutupi tubuh dan berlari menuju ke kamar mandi. Jeremy menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan putranya.

Setelah membersihkan diri, Justin keluar dari kamar mandi dengan perasaan lega, karena papanya sudah keluar dari kamarnya dan bersyukur tak mendapat ceramah pagi dari Jeremy. Tak punya banyak waktu ia segera memakai seragam sekolahnya dengan gesit.

Sebelum membuka pintu kamar, ia lupa sesuatu. "Hp gue!" Ujarnya baru teringat lantas berjalan menuju ke meja dekat ranjangnya.

"Kok ga ada!"

Kamar Justin berantakan akibat ulahnya. Ia sudah mencari ke segala tempat namun tak kunjung menemukan barang yang ia cari. Justin ingat betul bahwa tadi malam ia meletakan ponsel di atas nakas. Tapi kini barang itu tak ada ditempatnya. Ia mendesah frustasi karena papanya sudah memanggil dirinya untuk segera menuju ke meja makan.

Dengan kasar ia membuka pintu kamar dan menuju ke ruang makan. "Hp saya mana bi"  tanya Justin pada Bi Lastri- pembantu dirumahnya.

Jeremy yang mendengar pertanyaan Justin langsung mencegah Bi Lastri yang hendak berbicara. "Hp kamu papa yang bawa" ujar Jeremy disela- sela makannya.

Shit!

"Kenapa papa bawa hp Justin?" Tanya Justin memberanikan diri.

"Hp kamu sementara papa yang pegang selama satu Minggu ke depan. Kamu tau alasannya kenapa?"

Justin menggeleng lemah. Habislah dia. Satu Minggu? Oh itu bukan waktu yang singkat. Ia tak bisa tenang jika tak ada benda itu di sisinya.

"Karena benda ini" ujar Jeremy sembari merogoh saku baju mengeluarkan ponsel Justin dan mengangkatnya ke atas.  "Kamu jadi lupa segalanya. Kamu selalu main game dan gak pernah belajar, suka begadang sampai larut dan paginya bangun kesiangan. Pantas saja kamu sering telat!" Tambah Jeremy dengan suara yang meninggi.

Justin mengumpat dalam batinnya kesal. Apa apaan ini. Hanya sebuah game, ponsel kesayangannya harus jatuh ditangan papanya. Ingin mengeluh dan meminta ponsel itu kembali  juga percuma. Papa nya tak akan mau memberikan begitu saja. Akhirnya dengan berat hati ia menerima hukuman dari Jeremy.

"Maaf pa" ujarnya terasa keluh di bibir.

"Udah, abisin sarapannya. Hari ini kamu berangkat sekolah dianter sopir." Pattie- mama Justin membuka suara setelah Justin mendapatkan ocehan dari Jeremy. Mulut

Justin menganga selebar mungkin. "Ma, serius? Aku ga mau mam-"

"Ga usah bantah!" Jeremy menyela ucapan Justin cepat. Seketika pria itu memilih diam dan tak ingin membantah.

Setelah Justin menyelesaikan sarapan pagi yang tak begitu cocok dengan seleranya, ia berpamitan dengan kedua orang tuanya.
Dengan malas Justin masuk ke dalam mobil yang didalamnya sudah ada sopir yang sudah menunggu Justin.

"Siap nak Justin?" Ujarnya dan Justin hanya diam tak membalas ucapan dari pak Hasan.

Mobil sudah keluar dari garasi dan meluncur keluar dari pekarangan rumah keluarga Bieber menuju ke jalan utama.
Tiba-tiba otaknya teringat dengan sesuatu. Oh bukan, lebih tepatnya seseorang.

"Aduh Selena"

"Pak, pinjem hp boleh?" Pinta Justin pada pak Hasan, sopir pribadinya.

Pak Hasan yang mendengar Justin berbicara. Langsung merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel dari dalam.
"Tentu boleh den, untuk apa?" Pak Hasan menyodorkan ponsel pada Justin yang duduk disebelahnya.

Coldest Girl Where stories live. Discover now