Sepuluh

16K 989 4
                                    


"Mama ingin bertemu dengan kita untuk makan siang"

Anna memijat pelipisnya yang terasa sedikit pusing. Bagaimana tidak pusing, baru saja dia selesai menyusun jadwal kegiatan Kavin. Tiba-tiba dia keluar ruangan dan menghampiri meja kerja sekretaris dengan suara dingin meminta mengosongkan jadwalnya siang ini.

Langkah kaki mereka memasuki salah satu restoran di kawasan Senayan. Mencari keberadaan Bella yang sudah menunggu di tempat yang sudah dia janjikan. Tidak sulit untuk menemukan wanita yang berambut Platinum Blonde dan memiliki wajah cantik khas wanita Eropa.

"Sudah lama, Ma?" Sapa Kavin mencium pipi Bella dengan sayang.
"Tidak. Hai, Ann" Bella meraih pundak Anna untuk mencium kedua pipi calon menantunya.
"Mama sudah memesankan makan untuk kalian."
"Ada apa Mama menyuruh kita kesini?" Tanya Kavin dengan malas, sambil mendudukan dirinya di atas kursi.
"Di lantai delapan ada pameran pernikahan. Mama ingin mengajak kalian untuk mencari gaun pengantin" jelasnya penuh semangat
"Apakah aku harus ikut?"
"Tentu, kamu yang akan menikah Kavin, bukan Mama." protes Bella dengan nada sedikit kencang.

Anna hanya bisa tersenyum melihat perdebatan kedua orang dewasa di depannya
"Ann, badan kamu kurusan. Apa Kavin memberi kamu banyak pekerjaan?" Mata biru itu melirik tajam kepada Kavin.
Anna menggeleng "Tidak, Bu. Saya hanya kurang berselera makan."
"Berhentilah bersikap formal, sebentar lagi kamu akan menjadi anak mantu Mama. Mulai sekarang panggil aku Mama!" Pinta Bella meraih tangan Anna dalam genggamannya.
Anna hanya mengangguk "Iyah, Ma."

******

Di lantai delapan, salah satu mall terbesar di Jakarta Pusat, sudah ramai di padati oleh pasangan muda-mudi yang sedang melihat koleksi baju pengantin. Event pameran pernikahan tidak hanyak mempamerkan baju pengantin saja, ada pula MUA, catering, Wedding Organizer, Entertainment Wedding, MC dan lain sebagainya meramaikan pameran ini.

Sambil mengelilingi area pameran, para pengunjung akan dihibur dengan live music sambil menikmati kopi dan aneka jajanan 'Jajan Ndeso' secara gratis atau juga bisa seru-seruan ber-selfie dan ber-wefie ria di sejumlah spot foto menarik. Bahkan spot fhotobooth atau spot dekorasi.

"Pernikahan seperti apa yang kamu impikan, Ann?" Suara Bella membuyarkan lamunan Anna.
"Aku tidak tahu" ucap Anna disertai dengan gelengan.

Bella hanya tersenyum mendengar ucapan wanita cantik disampingnya. Kaki kecilnya terus melangkah mengitari setiap stand gaun pengantin.
"Kalau yang ini gimana Ann? Sepertinya cocok untuk kamu yang simple" Bella menunjukan salah satu gaun pengantin yang indah dan elegant, berwarna putih polos, berlengan panjang, dan memiliki rok panjang yang sedikit mengembang. Hasil karya tangan indah Tex Saverio, salah satu desainer gaun pernikahan terbaik di indonesia.
"Itu bagus, Ma" saut Kavin dengan nada bosan.

Bella tersenyum senang membayangkan Anna memakai gaun yang dia pilih. Dengan penuh semangat, kakinya terus melangkah tidak menunjukan rasa lelah. Tiba-tiba seorang pelayan dari stand catering menabrak punggung Bella dari arah belakang.
"Maaf, Nyonya. Saya tidak sengajak" sedikit keributan itu mengundang beberapa pasang mata mencari tau apa telah yang terjadi.
"Tidak, apa-apa" balas Bella dengan senyum ramah.

"Anna!"
Dari arah kiri terdengar suara seorang memanggil namanya, membuat Anna menengokkan sedikit kepalanya ke arah sebelah kiri.
"Ezra?"
"Hai, Ann" sapa laki-laki itu
"owh, selamat siang Pak Kavin." Lanjutnya. Ezra tidak menyadari keberadaan Kavin di belakang Anna.
Kavin hanya menarik sedikit bibir tipisnya.

"Kamu sedang apa, Zra?" Tanya Anna dengan tatapa heran.
"Aku ada janji temu dengan teman lama." mata hazel Ezra menatap wanita tua di samping Anna.
Anna menyadari arah mata hazel itu penuh tanya "Ezra, kenalkan ini Ibu Bella. Mamanya Pak Kavin."
"Hallo, Bu. Saya Ezra, teman Anna di Singapura" jelas Ezra kepada Bella.
"Owh, kirain kamu pacarnya Anna" canda Bella dengan kerlingan mata menggoda Kavin.
"Saya juga berharapnya begitu. Tapi sayang, Anna tidak mau" ucap Ezra dengan menahan tawa.
Mendengar canda Ezra membuat Anna mendengus sebal.

"Silahkan lanjutkan obrolan kalian, saya akan menunggu di kursi sebelah sana." Sela Kavin dengan kesal, dia kurang suka kepada laki-laki itu. Kavin memutuskan pergi menuju kursi tunggu.

*****

Satu jam Kavin menunggu. Jari-jari tangannya tidak berhenti bermain di layar ponsel ber-merk buah apel yang tergigit keluaran terbaru. Hampir semua aplikasi di ponsel miliknya telah dia buka satu-persatu untuk menghilangkan kebosanan.

"Apa anda yakin akan menikahi Anna?" Kavin mengerutkan kedua alisnya dengan bingung. Kapan laki-laki itu berada disampingnya.
"Kenapa?" Kavin balik bertanya.
"Jika anda tidak serius, lebih baik jangan di lanjutkan. Anna pantas untuk bahagia."
"Kamu tidak perlu ikut camp...."
"Yuk, Vin. Kita sudah selesai"
Ucapan Kavin terpotong dengan kedatangan kedua wanita yang dia tunggu.

*****

Waktu sudah hampir malam, Anna memutuskan langsung pulang. Lebih baik dia makan malam sendiri di apartemen dari pada harus lebih lama bersama Kavin. Karena kecanggungan selalu melingkupi mereka berdua.

Sepanjang perjalanan pulang tidak ada satupun yang membuka suara. Hanya terdengar lantunan musik berasal dari tape audio mobil.
Kavin sibuk dengan pikirannya sendiri, memikirkan setiap perkataan laki-laki bernama Ezra. Sedangkan Anna hanya menatap jendela mobil sebelah kiri, memerhatikan kendaraan beroda dua yang saling menyalip di setiap celah diantara mobil yang tidak bergerak terjebak macet.

Didalam mobil sedan mewah ini hanya ada mereka bedua. Bella memilih pulang dengan supir pribadinya, memberikan mereka waktu untuk saling mengenal lebih dekat. Bella tau Kavin tidak pernah mengantarkan Anna pulang setelah jam kerja selesai, mereka bertemu hanya di kantor, dan dekat sebagai bos dan sekretaris. Tidak pernah ada hubungan lebih dari sekedar itu. Bagaimana mau saling dekat jika mereka memiliki ketakutan satu sama lain.

Anna mengernyit bingung ketika mobil yang dia tumpangi memasuki tempat parkir apartemennya "di lobi saja, Pak" pintanya.

"Bolehkah saya minta secangkir kopi hitam?" Saat ini Kavin membutuhkan satu gela kopi hitam sedikit pait, untuk menghilangkan pikiran yang sedari tadi mengganggunya.

Langkah mereka berjalan beriringan menuju satu unit apartemen sederhana. Tangan kecil Anna membuka pintu dan mempersilahkan Kavin yang berada disampingnya untuk segera masuk. Anna langsung menuju dapur mungilnya, untuk membuatkan satu cangkir kopi hitam permintaan laki-laki itu.

Kavin memilih menunggu di ruang tamu, dia melepas jas dan melipatnya. Meletakan di atas meja berikut dengan kunci mobil dan ponsel, dia sandarkan punggung dan mulai memajamkan mata. Ada sedikit rasa nyaman berada di sini.
"Silahkan diminum kopinya, pak!"
Matanya membuka, namun posisinya tidak berubah. Dia pandangi wanita itu lurus-lurus, tidak ada make up berlebihan penampilan yang selalu sederhana. Kavin menghela, dia tegakkan tubuh sambil membuang pandang pada secangkir kopi di hadapannya. Diraihnya cangkir itu, lalu menghirup aroma harum kopi.
"Apakah dia kekasihmu?"

Anna mengangkat kedua alisnya dengan bingung "maksud Bapak. Ezra?" Anna bernafa gusar. Haruskah dia memberi tahu Kavin?.

=============================

Terimakasih buat yang sudah membaca dan vote cerita ini, di tunggu komentarnya yah. Hehehe☺️

Maaf jika banyak salah kata atau pengetikan. Mohon di maklumi aku masih belajar dalam menulis cerita.
Jika ada yg mau ngasih saran atau keritik, sok mangga (silahkan) aku tunggu. Biar aku semangat nulis cerita ini. 💙

Pure LoveOnde histórias criam vida. Descubra agora