Tiga Puluh

33.1K 1.2K 65
                                    

(Tangerang, beberapa jam sebelumnya)

Kavin menatap sosok wanita tua tengah duduk di sofa panjang dihadapannya. Wanita tua itu sibuk memasukan sekotak asinan mangga ke dalam paper bag.

"Bagaimana rasanya menghadapi wanita hamil?"

Kavin tersenyum, dengan pandangan membayangkan wajah cantik istrinya.
"Ini pengalaman pertamaku, rasanya luar biasa."

Bunda Yanti pun ikut tersenyum. Sangat terlihat jelas binar kebahagian di wajah Kavin.

"Apa Anna masih sering mual?"

"Tidak terlalu sering. Hanya saja jika sarapan, Anna akan kembali mual." Kata Kavin menjelaskan, agar Bunda Yanti tidak terlalu mencemaskan.

"Syukurlah." Bunda Yanti menghela panas lega. "Anna selalu mengirim pesan. Dia selalu bercerita tentang kamu. Terima kasih, Nak. Telah menerima Anna kembali."

"Tidak, Bun. Akulah yang seharusnya berterima kasih kepada Bunda, mengizinkan Anna kembali lagi bersamaku. Aku sangat bersyukur telah dikarunia istri sangat luar biasa, yang bisa menerima ketidak sempurnaan aku. Entahlah, jika Anna tidak kembali, mungkin aku tidak akan seperti ini. Aku sempat berpikir, kenapa Tuhan baru sekarang mempertemukan aku kembali dengan Anna."

Kedua mata tua itu terlihat berkaca-kaca. Bunda Yanti terharu mendengar ungkapan isi hati Kavin. Doa dia untuk Anna telah dikabulkan oleh Tuhan.

"Bunda senang mendengarnya. Semoga kalian bahagia selalu."

Kavin tersenyum mengangguk.

Membericarakan Anna, membuat Kavin ingin segera tiba di rumah. Hanya beberapa jam tanpa Anna disisinya, bagaikan berada di ruangan yang gelap dan sangat sempit. Rasanya sesak. Kavin merindukan istrinya yang di rumah sedang menunggunya pulang.

Sejenak Kavin terdiam. Otaknya kembali mengingat tentang istrinya yang dua bulan lalu mereka bicarakan.
"Bunda..."

"Iya." Bunda menatap Kavin. Bunda mengamati wajah Kavin yang terlihat serius. "Ada sesuatu yang ingin di tanyakan? Katakanlah!" Pinta Bunda Yanti lembut.

Kavin menghela napas. Mencoba menenangkan dirinya yang sedikit terasa gelisah.
"Mungkin ini sangat terlambat untuk aku mencari tahu sekarang. Tapi aku ingin menanyakan langsung kepada Bunda. Apa Bunda tahu dimana kedua orang tua Anna?"

Sejenak Bunda Yanti terdiam. "Apa Anna membahas soal orang tuanya?" Bunda Yanti tidak langsung menjawab. Dia ingin mempastikan terlebih dulu, karena Anna tidak pernah lagi menanyakan keberadaan orang tuanya setelah pertama dan terakhir kali dia menanyakannya saat duduk di kelas satu SMP.

"Iya." Jawab Kavin menunduk.

Bunda Yanti membuang napas panjang. Rasanya sangat sulit untuk memberi tahu hal yang sangat menyakitkan baginya untuk Anna dan Kavin.
"Ibu Anna sudah sangat lama pergi."

Seketika kepala Kavin terangkat tegak. Mata hitamnya menatap Bunda Yanti, menunggu wanita itu untuk melanjutkan ceritanya.

"Dulu, disaat fajar menjelang. Sesosok gadis cantik asal negara luar datang mengetuk pintu panti ini. Gadis itu menggendong bayi perempuan yang terlihat sangat cantik dan menggemaskan. Dia datang seorang diri dengan hanya membawa tas kecil perlengkapan bayi. Gadis itu menyerahkan bayi dalam gendongannya kepada Bunda, meminta Bunda untuk merawat dan membesarkannya. Awalnya bunda tidak mengerti, dan akhirnya Bunda menanyakan alasan dia kenapa menyerahkan bayi cantik itu ke panti."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pure LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang