Tujuh belas

14.3K 1K 12
                                    

Tiga bulan sudah Anna menikah dengan Kavin. Ada beberapa kebiasaan Kavin yang Anna ketahui. Laki-laki itu gila kerja, dia selalu bertahan di ruang kerja sampai larut malam dan akan masuk kamar bila Anna sudah terlelap tidur.
Satu kebiasaan Kavin yang membuat Anna heran, sebelum tidur laki-laki itu suka sekali pergi ke dapur, untuk mencari makanan apapun yang masih bisa dia makan.

Seperti sekarang ini. Anna di kejutkan dengan sesosok laki-laki berkaos abu-abu, sedang berdiri di depan kulkas.
"Kamu sedang apa?" Suara Anna membuat Kavin mengelus dada kaget.
"Kamu lapar?" Anna tersenyum geli melihat ekspresi wajah Kavin.

"Apa tidak ada sisa makan malam tadi?" Tanya Kavin, dia mengabaikan pertanyaan Anna. Dia malu, seperti maling yang tertangkap tuan rumah. Kavin berharap masih ada sisa makan bersama dengan keluarganya.

"Tidak ada. Opor ayam sudah habis sama Karel," Anna membuka kulkas mengecek isinya, ternyata bener tidak ada makanan yang siap di makan. Hanya ada sayur, daging mentah, telur dan susu. Mungkin Bi Murni belum sempat belanja, pikirnya.
"Mau mie?" Tawar Anna dengan lembut.

"Boleh, jika tidak merepotkan." Kavin melangkah menuju meja makan, "telurnya satu saja, sayurnya yang banyak." Pintanya dengan suara datar.

Kavin sangat menyukai sayur. Jenis sayur apapun yang Anna masak selalu habis dengan waktu sekejap.

Tidak butuh waktu lama bagi Anna untuk menghidangkan mie sesuai permintaan Kavin.

Anna terus memperhatikan cara Kavin makan begitu cepat. Mendengar suara Kavin menyeruput mie dengan sumpit, membuat Anna menelan ludahnya sendiri "sepertinya enak".

"Kenapa bangun?" Suara Kavin membuat Anna mengalihkan perhatiannya.

"Mau minum. Tadi lupa tidak membawa air minum ke kamar." Jelas Anna. Dia melirik jam di dinding, ternyata sudah pukul 23:48.

"Apa laporan itu sudah selesai?" Tanya Anna pelan.

"Sudah. Tadi hanya ada sedikit salah pengetikan oleh Rei." Anna tersenyum geli jika mengingat tingkah pria itu. Reihan adalah asisten pribadi Kavin, pria yang berusia dua puluh empat tahun memiliki kepribadian yang priang. Sangat cocok bekerja dengan Kavin, Rei selalu bisa mengendalikan sikap dinginnya Kavin.

"Apa kamu akan kembali lagi ke ruang kerja?"

"Tidak, aku akan tidur. Ini sudah malam."
Anna selalu tersenyum jika mendengar Kavin memanggil dirinya dengan sebutan aku, terasa aneh tapi membuat hati Anna berdesir senang. Kalau saja bukan Mamanya yang selalu protes dengan panggilan saya, mungkin sampai sekarang mereka masih bersikap formal.

Selama tiga bulan pula, setiap mereka berada satu kasur, sepasang manusia itu nyaris tidak pernah membuka obrolan. Hanya terdengar deru mesin pendingin ruangan. Mereka akan tidur dengan posisi saling membelakangi, dengan pembatas guling yang Kavin letakan di tengah. Terkadang Anna akan berpura-pura tidur jika Kavin memasuki kamar, dia tidak ingin Kavin merasa tidak nyaman tidur dikamarnya sendiri.

Setelah kejadian di Bali mereka tidak pernah malakukannya lagi. Kavin selalu menjaga jarak kepada Anna, dia tidak ingin rasa itu datang kembali kepadanya.

🍃🍃🍃

Hujan sangat deras semalam. Hingga pagi ini gerimis kecil masih setia menghiasi langit, membuat jalanan becek dan tergenang air.

Kavin berdiri di teras rumah, menunggu Anna yang masih bersiap-siap di dalam. Tangannya menengadah, merasakan dinginnya tetesan air yang menyentuh kulit. Dingin, seperti sikapnya selama ini. Kavin menarik sedikit ujung bibirnya, dia menyadari selama masa pernikahanya dengan wanita itu, banyak sekali perubahan dalam hidupnya.

Pure Loveحيث تعيش القصص. اكتشف الآن