Enam belas

14.5K 988 7
                                    

🍃🍃🍃

"Jika kakimu masih terasa sakit, jangan dulu pergi ke kantor!"

Mendengar perintah Kavin, Anna melirik luka di kakinya yang masih di perban. Kenapa dia bisa sebodoh itu. Pikirnya.
Saat Anna berjalan di atas pasir, dia melepaskan sendal dan merendamkan kaki yang terluka ke dalam air laut. Rasa kecewa membuat dia menjadi wanita bodoh.

"Baiklah." Anna menyerahkan jas untuk di kenakan Kavin, lalu mengantarkan kepergian Kavin ke depan teras rumah.

"Hati-hati." Gerakan tangan Kavin di pintu mobil terhenti, dia merasa dejavu. Kavin membalikan badannya, memberanikan diri menatap Anna.

"Mama menghubungi saya, nanti siang akan berkunjung ke rumah." Jelas Kavin. Tanpa menunggu jawaban, dia pergi mengendarai Camry hitamnya meninggalkan Anna yang masih berdiri.

*****

Tiga hari keberadaan mereka di Bali, Kavin memutuskan pulang lebih awal dari jadwal yang seharusnya. Dia tidak ingin kejadian itu terulang lagi. Laki-laki normal mana yang tidak tertarik dengan perempuan yang tidur satu ranjang dengannya.

Kavin masih bingung dengan dirinya, mengapa semudah itu dia bisa tertarik dengan tubuh kurus Anna. Selama ini dengan kesendiriannya, banyak wanita sexy yang suka rela menyerahkan tubuh indahnya ke dalam dekapan Kavin, tapi dia tidak pernah memiliki keinginan untuk menyentuhnya. Hasrat itu sudah lama hilang dari diri Kavin. Tetapi tidak pada tubuh Anna.

"Kenapa dengan muka kamu? Apa Anna tidak bisa memuaskanmu?" Kavin mengalihkan lamunan ke ayahnya yang baru saja memasuki ruangan.

"Seharusnya kamu masih libur, Vin. Jangan terlalu memikirkan pekerjaan, nikmati saja masa-masa indah pengantin baru." Arwan memasuki ruang kerja Kavin, dia kira ruangan itu masih kosong.

"Ada apa, Papa kemari?" Kavin balik tanya. Dia malas menjawab semua pertanyaan dari Ayahnya.

Arwan tertawa geli melihat raut wajah Kavin karena godaannya.
"Papa cuma mau memberi tahu, sebentar lagi asisten pribadi kamu datang. Sekarang dia masih di ruangan HRD."

"Asisten?" Ulang Kavin. Dia tidak merasa meminta itu.

"Mamamu yang meminta. Dia tidak ingin menantu cantiknya kelelahan bekerja" jelas Arwan. Dia tau apa yang ada di otak putranya.

*****

Anna merasa sangat bosan hanya berdiam diri di kamar. Tidak banyak kegiatan yang bisa dia lakukan. Barang-barang pindahannya sudah tersimpan rapih pada tempat yang telah disediakan Kavin.
Sudah dua malam Ana menempati kamar ini, kamar utama yang terletak di lantai dua.

Ruangan luas ini mencerminkan pemiliknya, desain elegan dengan warna-warna gelap. Interior modern dan mewah ditampilkan dari dinding palet yang berwarna netral. Kesan maskulin ditonjolkan dari pemakaian panel dinding batu dan lantai kayu membuat suasana semakin romantis. Lampu gantung dengan pencahayaan yang redup menciptakan kesan misterius. Sangat percis dengan kepribadian Kavin.

Ada satu bagian yang sangat Anna sukai di kamar ini. Yaitu, jendela kaca yang sangat besar. Jika malam, melalui jendela dia bisa menikmati gelapnya langit dengan taburan kerlip bintang.

"Bi, ada yang bisa aku bantu." Kemunculan Anna di dapur membuat kaget Bi Murni. Anna tidak bisa diam saja di rumah besar ini, dia sadar hanya orang baru yang masuk ke dalam kehidupan rumah ini.

"Nggak perlu Non. Sebentar lagi sayurnya mateng ko." Tangan tua itu sangat lihai mengaduk sayur capcay di dalam wajan.
"Non, istirahat saja. Kaki Non, masih bengkak jangan banyak dibawa gerak."

Pure LoveOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz