Dua Puluh

16.8K 991 12
                                    

Paginya, Kavin duduk di tepi ranjang, mata hitamnya tidak lepas memperhatikan Anna dengan telaten menyiapkan beberapa pakaian yang akan Kavin bawa.

"Tidak usah bawa baju banyak, aku hanya sebentar di sana."

"Tidak, cuma beberapa helai kemeja dan baju untuk tidur." Jelas Anna dengan sedikit senyum memaksakan.

Kavin menghela, dia mengambil koper kecil yang tersimpan di dalam lemari paling ujung, lalu membantu Anna memasukan perlengkapan apa saja yang akan dia bawa.

Deringan ponsel menghentikan kegiatan Kavin, dia merogoh saku celana melihat ada satu pesan masuk di benda pintar itu. "Haris dan Rei sedang di jalan menuju kesini, menjemputku." Jelas Kavin dengan jari tangan sibuk membalas pesan dari temannya.

Kavin mengajak Haris bukan tanpa alasan, laki-laki itu walaupun sedikit gila, dia adalah salah satu arsitek terkenal di kota Jakarta. Kemarin malam, Kavin mendatangi Haris mencoba menceritakan masalah yang sedang dia alami di kantor, dan sahabatnya itu bersedia untuk membantunya.

"Jika kamu bosan, main ke rumah Mama atau nginap di sana." Ucap Kavin, dia tau Anna  sedang merajuk. Sedari tadi istrinya itu banyak diam.

"Iya."

Kavin menyentuh pundak Anna, "kenapa? Apa aku menyakitimu?" Tanya Kavin lembut. Dia takut Anna marah apa yang telah dia lakukan semalam.

"Tidak." Anna menatap wajah Kavin, kedua kelopak mata itu terlihat sangat lelah, "Apa semuanya akan baik-baik saja?" Tanyanya penuh khawatir.

"Tentu, semuanya akan baik-baik saja." Kavin tersenyum lega. Ternyata Anna tidak marah, istrinya itu hanya mengkhawatirkan dirinya.

Kavin membawa tubuh kurus itu kedalam pelukannya, mencium sisi kepala Anna dengan lembut, "Rasanya nyaman sekali memeluk tubuh kurus ini." Ucapnya dalam hati. Kavin enggan melepaskan istrinya, entah kenapa rasanya berat meninggalkan Anna sendiri.

🍃🍃🍃

Sudah dua hari kepergian Kavin ke Singapura. Anna beraktivitas seperti biasa, hanya saja tidak ada Kavin di sisinya, dia merasakan seperti ada yang kosong.

Untung saja, semalam Bella dan Karel berkunjung kerumahnya menemani makan malam, sedikit mengurangi rasa sepi di meja makan.

Baru di tinggal sebentar saja Anna sudah merasakan kehilangan, dulu lima tahun pergi menjauh dari Kavin, dia tidak pernah mengeluh. Sekarang baru dua hari di tinggal Kavin rasanya hampa tanpa ada sosok laki-laki itu di sisinya, Anna merindukan suami dinginnya itu yang entah sedang apa di sana. Anna tersenyum geli, dia menertawakan dirinya sperti ABG yang baru mengenal cinta.

Tapi kenyataannya memang iya, baru sekarang dia bisa merasakan kebahagia seperti ini. Selama enam tahun Anna menyimpan perasaan itu dengan rapi di hatinya.

Sudah beberapa kali Anna mencoba menghilangan perasaan itu untuk Kavin, tetapi dia tidak mampu. Anna selalu berpikir tidak mungkin dirinya bisa mewujudkan semua harapannya untuk bisa bersatu dengan Kavin.

Tapi takdir berkata lain, sekarang dia bisa bersama Kavin walaupun harus kehilangan sahabatnya. Rissa.

Anna tersenyum sedih. Mata Anna selalu melirik ponselnya di atas meja kerja, dia gelisah hari ini belum mendapatkan kabar dari Kavin. Sesibuk-sibuknya Kavin di sana, suaminya itu selalu menyempatkan diri memberikan kabar. Mungkin hari ini Kavin sangat sibuk, bahkan pesan dari dirinya pun belum Kavin baca. Pikir Anna.

Pure LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang