Pulang

1.1K 118 5
                                    

Ban mobil berdecit saat menepi, memecah sore yang sunyi. Sang sopir membuka pintu, lalu mengeluarkan sebuah koper berukuran bagasi kabin pesawat dari dalam bagasi mobil. Tak lama kemudian, seorang gadis dengan wajah lusuh turun dari kursi penumpang.

“Terima kasih, Pak,” tuturnya setelah menyerahkan sejumlah uang. Tangannya segera menyeret koper, lalu membuka kunci gerbang yang terkunci.

Gadis itu mengetuk pintu, tapi tidak terdengar suara jawaban dari dalam. Ia lalu merogoh saku depan tasnya untuk mengambil kunci. Namun, belum sempat tangannya memasukkan kunci ke lubang pintu, pintu itu terbuka.

“Kak Yuuri!” pekik dari dalam, langsung menghamburkan pelukan yang tidak dapat dielakkan. Yuuri hampir terjengkang karena belum bersiap.

“Mah, kak Yuuri pulang!”

Tergopoh, Mamah yang nampak baru keluar dari kamar mandi segera bergabung di ruang tamu. Yuuri langsung mencium tangannya yang masih basah.

Sebuah ciuman mendarat di ubun-ubun dan kening Yuuri, disertai pelukan yang menghangatkan.

“Bagaimana perjalanannya? Macet?” tanya Mamah sambil mengajak masuk. Kirei mengikuti dari belakang sambil membawakan koper.

“Alhamdulillah lancar. Tadi macet sedikit waktu keluar tol.”

Kirei memarkirkan koper kakaknya di bawah tangga, sementara Yuuri mendudukkan tubuhnya di atas sofa, sambil merenggangkan persendian yang kaku akibat perjalanan jauh.

"Mau mandi dulu? Nanti Mamah siapin makan. Ya?" tawar Mamah.

Yuuri mengangguk. Tak lama kemudian, ia bangkit dan beranjak menuju kamar.

Sebelum pergi ke kamar mandi, gadis itu menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Ada perasaan lega yang menyeruak dalam dada.

Ia sendiri tidak yakin dengan nasibnya kemudian akan menjadi seperti apa. Mengiyakan perjodohan dengan laki-laki yang tidak pernah dikenalnya merupakan keputusan besar yang harus ia terima. Bukan tidak berani menentang, bukan juga tidak berani melawan, melainkan karena Yuuri tahu alasan di baliknya. Bagaimana pun ia berusaha, Papah tidak akan merestui hubungannya dengan Kento.

Yuuri sudah tidak peduli akan dijodohkan dengan siapa dan dengan orang seperti apa. Ia sudah terlalu lelah, bahkan untuk sekadar menengok CV yang sudah masuk beberapa hari lalu ke surelnya.

***

"Yuuri, Mamah mau ke Bogor besok sore sama Kirei. Mau ikut?"

Yuuri mendongak. "Ada acara?"

"Mau ketemu teman Mamah di Botani Square, abis itu mampir dulu ke masjidnya."

"Oh," komentar Yuuri tanpa menunjukkan minat.

"Ikut aja yuk, Kak." Kirei angkat suara. "Biar Kirei ada temannya." Gadis itu tersenyum dengan memamerkan gigi gingsulnya.

"Hm." Yuuri masih berpikir, walau sebenarnya enggan. Ia ingin menghabiskan satu hari liburnya yang tersisa untuk beristirahat di rumah. "Oke," jawab Yuuri akhirnya. Ia kembali melanjutkan makan malamnya, tanpa menyadari Kirei yang saling melempar pandang dengan sang Mamah.

Merapal Cinta Tertulis [Completed]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora