V | HOROLOGIUM

1.4K 270 220
                                    


"Nah, kalo dari awal sepakat gini kan enak. Gak perlu main petak mengumpat segala."

"Saya kira Kakak udah ngerelain saya."

"Kamu ditawan karena ulah kamu sendiri, Daru. Jangan playing victim gitu ya saya gak suka!" Kemoceng saya menunjuk-nunjuk dia geram.

"Tapi kan saya gak jadi transaksi obat gara-gara botolnya jatuh terus diambil Kakak. Berarti masalah udah selesai dong??"

Saya mulai bingung memikirkan alasan apa lagi untuk menahan dia. Mustahil saya mengaku ingin membongkar latar belakang Daru yang seorang 'hidden' atau sebutan bagi manusia yang kebal dari terawangan eyeless.

Hidden diakui sebagai spesies langka, sebab tiada seorang pun yang terlahir dengan keajaiban itu. Mereka sengaja mengisolasi diri dari eyeless melalui beberapa ritual, biasanya ada alasan penting dibaliknya. Dari pengalaman pribadi, saya pernah bertemu anak seorang perdana menteri luar negeri yang ternyata hidden. Saya tidak heran, kala itu ayahnya memang sedang dikepung oleh banyak musuh dalam selimut. Urgensinya jelas.

Sementara bocah labil ini? Apa alasan keluarganya memproteksi dia? Saya penasaran sekali.

Itulah mengapa saya mengajukan tawaran untuk memperkerjakan dia sebagai asisten pribadi saya. Ya, istilah kerennya jadi bodyguard.

Sesuai kesepakatan, saya akan memberikan hunian, fasilitas, serta sangu bulanan. Kurang dermawan gimana lagi saya tuh? Gila kalau Daru menolak durian runtuh. Lagipula, dia juga tidak bisa kembali ke rumah kosnya, para bandar itu bisa saja bertamu sewaktu-waktu dan menyebabkan kekacauan.

"Tapi saya gak bisa bela diri, gimana cara ngelindungin Kakak nanti??"

"Kamu kan pernah tawuran?"

"K-KOK TAHU?!"

"Apa yang saya gak tahu soal kamu? Kartu AS udah saya kantongin semua. Suram masa depan kamu kalo berani aneh-aneh sama saya."

Meskipun tak terbaca secara verbal, rawut yang memucat sudah pasti menandakan keresahan. Daru memang mudah ditebak.

"Nyonya?" Mrs. Qi mengetuk pintu dimana kami berada lalu membuka pintu sedikit. "Makan malamnya sudah siㅡehh?!"

Melalui celah pintu, anak kucing yang sudah beberapa minggu dirawat oleh Mrs. Qi menerobos masuk dan mengeong dengan suara nyaring.

Saya yang takut binatang berbulu tentu saja spontan naik ke sofa. "Aduh! Kucingnya jangan dibiarin masuk ke rumah dong!!"

"Oh? Ini kucing yang waktu itu ada di taman, kan?" Daru malah semangat mendekat dan mengelus-elus hewan kecil itu.

"Jadi kamu yang ngebungkus dia pakai selimut???"

Kalau dipikir lagi, kedatangan si kucing memang bertepatan dengan peristiwa kaburnya Daru dari rumah ini. Mrs. Qi dan Mr. Simple yang menemukannya di taman belakang dalam kondisi memprihatikan dan terbalut kainㅡyang ternyata selimut dari kamar.

"Nak Daru suka kucing, ya?" Seharusnya Mrs. Qi tidak perlu bertanya, lihat saja keduanya sudah asyik bermain dalam dunia mereka sendiri.

"Kamu udah gak kurus lagi ya, pus? Pasti kamu makannya banyak yaa?"

Astaga dia memulai percakapan dengan binatang.

Saya masih berdiri di sofa, menonton Daru berguling-guling dan saling bercanda gigit-gigitan dengan si anak kucing. Entah kenapa sulit sekali menahan bibir saya untuk tidak terangkat naik melihat tingkah mereka, Mrs. Qi pun ikut gemas.

"Kakak takut kucing, kan?" Nadanya bukan bertanya, lebih seperti memastikan agar dia bisa berbuat jahil.

"Takut? Saya tuh alergi! Lihat nih kulit saya mulai gatal-gatal."

Beauty And The Boo [DAY6 Dowoon]Kde žijí příběhy. Začni objevovat