VII | MUSCA

1.4K 262 297
                                    


For the first time
Spring in my empty heart.

"Saya tutup kelas hari ini, jaga kesehatan karena ujian sudah di depan mata. Selamat sore."

Kelas persiapan ujian dibubarkan tepat ketika senja akan berakhir. Kelas ini diadakan setelah pulang sekolah, mereka menyebutnya program khusus sebelum ujian kelulusan.

"Hei, kamu perlu buku catatan aku gak? Pinjam aja gak apa-apa."

Melalui celah headphone yang terpasang, Sabin masih samar-samar mendengar beberapa siswi kelasnya mencari perhatian si siswa baru.

"Gak usah, thanks ya."

Dua gadis itu kecewa karena usaha mereka gagal untuk kesekian kalinya.

Tak sampai lima menit setelahnya, hanya tersisa dua kepala di kelas. Sabin salah satunya.

"Gak pulang?"

Tanpa melirik pun Sabin tahu, pemuda itu sedang membalik kursinya agar mereka bisa duduk berhadapan.

Hadwin Elvanter. Putra dari ketua yayasan SMA Ditroite, si penyandang status 'siswa baru' di kelas persiapan ujian, sukses merajai tangga popularitas sekolah beberapa pekan terakhir. Konon kabarnya dia anak home schooling, tapi entah kenapa dia repot-repot ingin bergabung di jadwal sekolah formal.

"Lo sendiri kenapa gak pulang?"

"Gak tahu." Hadwin menjilat bibirnya sebelum menyeringai jenaka. "Pengen aja nontonin anak jenius lagi belajar."

Sabin bergeming, tetap fokus menyelesaikan tugas fisika yang notabenenya pekerjaan rumah.

"Lagi nungguin pacar lo ya?"

"Pacar? Siapa?"

"Yang suka makan di kantin bareng lo?"

Hadwin kebingungan saat si gadis meresponsnya dengan tawa. "Maksud lo Daru? Dia sepupu gue anjiir!"

"Damn, he's not your boy?"

Masih sambil tergelak Sabin menggeleng. "Baru kali ini gue dituduh pacaran sama dia, biasanya disangka adik-kakak."

"Berarti besok-besok gue boleh ke kantin bareng lo?" Hadwin cepat meralat ketika Sabin menatapnya. "Ya boleh lah orang ini sekolah bapak gue!"

Tampaknya Saudara Elvanter memiliki kepribadian ganda. Dia dijuluki es batu bernyawa saking tak acuhnya terhadap orang lain. Tapi di hadapan Saudari Ersabin, dia bertransformasi menjadi bocah narsis yang menjengkelkan.

Bicara soal Daru, Sabin jadi teringat anak itu telah hilang dari peradaban seminggu belakangan. Tak muncul di sekolah, ponselnya pun di luar jangkauan. Memang seharusnya dia dicurigai semenjak menginap di rumahnya lalu tiba-tiba pergi tanpa alasan.

"Dengerin apa sih?"

Si gadis mendengus pasrah saat salah satu headphone-nya dirampas.

I can only speak like this even if I pretend to be bold
When I look into your eyes I’m still freeze
Everything is strange to me
Even this feeling that I feel right now
It’s the first time
But I’m excited and looking forward for another nervous moment🎶

Tubuh Sabin mendadak statis. Bukan karena shuffle playlist yang memutar lagu terbaru pujaan hati virtualnya, namun karena pemuda di depannya baru saja bersenandung mengikuti melodi.

"Lo tahu H.ONE???"

Hadwin menopang sisi wajahnya sambil mengangkat satu alis. "This one are catchy tho. Selera lo bagus juga."

Beauty And The Boo [DAY6 Dowoon]Where stories live. Discover now