XI | TUCANA

1.1K 239 172
                                    


Onyx,
11:00 AM.

Menempuh puluhan kilometer, Darla dan Sean akhirnya mencapai kediaman orang tua Daru. Namun nihilㅡtiada siapapun yang menyambut kehadiran mereka, tidak juga dengan kemunculan batang hidung putra si pemilik rumah itu.

Darla semakin cemas, panik setengah mati sampai tak sadar tangannya sedari tadi menarik-narik kasar rambutnya sendiri. Dia menyesal telah meninggalkan rumah dan membiarkan bahaya mengancam dua sosok kesayangannya.

Sean tidak bisa berbuat banyak, selain tidak diberi izin memanggil polisi untuk ikut andil dalam pencarian, dia juga belum pernah melihat wanita itu dalam fase fatal breakdown seperti ini.

"Sial, ini semua salah gue. Gak seharusnya gue ninggalin mereka. Gue bodoh banget."

"La," Sean menyentuh pundak Darla lembut. "Ini bukan salah kamu. Kita pasti bisa nemuin mereka. Saya gak akan ninggalin kamu sampai mereka ketemu, oke? Berhenti nyalahin diri kamu sendiri."

Darla mengusap wajahnya frustasi, mungkin emosinya akan hilang kendali jika Sean tidak bersamanya. Dia amat bersyukur karena tidak sendirian menghadapi masalah ini.

"Gimana kalo kita coba tanya tetangga-tetangga mereka? Ngumpulin informasi tentang pindahannya kapan dan kemana?" Sean is a brilliant period.

Lantas mereka bergegas menuju ke salah satu pintu yang jaraknya paling dekat dengan rumah orang tua Daru. Tetangga itu nampaknya memiliki toko mainan, entahlah, nampak sedikit usang. Darla dan Sean tak yakin ada yang menghuni lapak itu.

"Ini toko dibiarin kosong atau gimana?" Darla mengibas debu yang berterbangan ke arahnya.

"Tapi ada mobil di halaman depannya."

"Selamat siang menjelang senja, saudara-saudari. Ada yang bisa saya bantu?"

Kedua penyelinap itu spontan memekik kaget ketika muncul suara pria dari speaker di sudut ruangan. Rupanya si pemilik rumah mengawasi mereka sejak tadi.

"Maaf kami lancang masuk ke toko anda. Boleh kita bicara sebentar? Kami ingin menanyakan tentang tetangga anda."

"Tetangga? Oh! Tuan dan Nyonya Zerdali? Silakan silakan, tanyakan saja."

Darla dan Sean saling melempar ekspresi bingung. Tampaknya si pemilik rumah enggan bertatap muka dengan mereka.

"Apa anda tahu mereka pindah kemana dan sejak kapan?"

"Sebentar. Kalian bukan detektif, kan?"

"Tentu saja bukan."

"Bagus lah. Soalnya saya benci detektif." Pria itu tertawa-tawa. "Hm ... kalau tidak salah minggu lalu? Iya, akhir pekan kemarin. Tengah malam tepatnya. Mereka pergi begitu saja tanpa berpamitan dengan kami, astaga, tetangga macam apa itu?"

Dari jawabannya, dapat disimpulkan bahwa orang tua Daru meninggalkan rumah diam-diam.

"Jadi, anda tidak tahu mereka pindah kemana?"

"Tidak."

Pupus sudah harapan mereka untuk mendapat petunjuk.

"Tapi saya tahu mereka berasal dari Morganite. Mungkin mereka kembali ke sana?"

"Morganite?" Wajah Sean berubah tegang saat mendengarnya.

"Apa anda pernah lihat orang bertamu ke rumahnya sebelum mereka pindah?"

"Kalian pikir saya cctv yang mengawasi mereka?" Dia terkekeh lagi. "I have no idea whats going on, but maybe this will help you find them."

Beauty And The Boo [DAY6 Dowoon]Where stories live. Discover now