Salah

1.7K 222 6
                                    

First of all, ini agak rated. Jadi kusarankan kalau nggak bisa baca jangan dibaca yahhh.
aku akan mengganti dengan update lagi besok.
aku sudah berusaha buat ngilangin adegan ini dari skema alur cerita yg udah kubuat, tapi bagian ini ternyata nggak bisa kuhindari karna cukup dibutuhin.
jadi kuminimalisir sedikit adegan itunya.
selamat membacaaa...











Dua pekan bekerja di kedai Amber, membuat Jaehyun berangsur-angsur menjadi lebih sociable. Ia bahkan sudah banyak berkomunikasi dengan orang lain seperti teman-teman sesama pekerja paruh waktu di kedai milik Amber ataupun tetangga apartemennya. Salah satunya adalah Rowoon yang akhir-akhir ini sering menyambangi unitnya.

Pun dengan usahanya untuk mendekati Johnny sekaligus mencari kebenaran tentang adik kembarnya, Jaehyun kini sedikit lebih berani. Kini Jaehyun tahu jika setiap pagi Johnny akan memesan ice americano triple shot ukuran grande dan mampir lagi disore hari untuk membeli minuman serupa dengan kadar lebih lendah dan dalam jumlah ganda.

Manisnya, terkadang Jaehyun dengan senang hati menempel selembar sticky notes bertuliskan kata-kata penyemangat di holder cup pesanan Johnny. Amber yang melihatnya pun tak pernah terlihat keberatan. Gadis itu menjadikan interaksi antara pemuda manis yang diklaimnya sebagai adik dan temannya itu sebagai hiburan terendiri. Meski terkadang ia akan menggerutu pada Johnny jika ia bersikap terlalu acuh pada Jaehyun.

“Good morning Johnny hyung, aku sudah menyiapkan pesananmu.” Sapa Jaehyun.

“Jangan bercanda, aku bahkan belum mengatakan apapun Jaehyun-ah.”

“Hyung selalu memesan hal yang sama.”

“Satu cup americano dan dua cup frappucino apa ada tambahan lagi, Johnny hyung?”

“Cookies jar ini, tolong simpan untukku. Kuambil nanti sore dan kau pasti juga tahu apa pesananku kan?”

“Tentu.”  Ucap Jaehyun dengan memasang senyum secerah yang ia bisa.

“Ambil satu juga untukmu dan masukkan dalam tagihanku. Hangyul sangat  menyukainya, kau pasti juga.”

Jaehyun mendadak kikuk. Dalam hati menggerutu. Kenapa Johnny bersikap seolah-olah ia perhatian. Tapi Jaehyun minta nomor ponsel Hangyul saja tidak boleh. Ia sampai sulit tidur memikirkan saudaranya itu sakit apa sampai Johnny bilang ia tak boleh mengganggunya.

“Aku tidak bisa makan cookies hyung. Itu membuatku gendut.”

“Gendut dari mana?Lihat! Pergelangan tanganmu bahkan hanya sebesar setengah dari milikku.”

Johnny jujur, Jaehyun memang sama sekali tidak gendut. Bahkan ia sedikit lebih kurus akhir-akhir ini. Membelikan Jaehyun cookies yang sama dengan hangyul itu hanya alibi. Nyatanya sudah banyak persediaan cookies Hangyul dirumahnya. Johnny hanya mengira Jaehyun akan menyukainya dan pemuda itu harus mulai terbuka untuk makan apapun yang diinginkannya.

“Tapi hyung.”

“Sudah jangan menolak. Kalian akan lebih lucu kalau gembul. Aku pergi!”

Johnny sudah cukup terbiasa dengan Jaehyun sekarang. Hanya saja keraguannya untuk mempertemukan Hangyul dengan Jaehyun masihlah sangat tinggi. Johnny belum siap, atau mungkin takkan pernah siap dijauhkan dari hangyulnya. Entah itu oleh Seungyoun atau Jaehyun sekalipun. Meski begitu, anehnya Johnny tak pernah benar-benar menolak eksistensi Jaehyun disekitarnya.

.
..
...
....

Malam mulai larut dan Johnny baru bisa keluar dari kantornya. Kliennya hari ini cukup punya banyak tuntutan yang membuat kepalanya terasa diikat kuat-kuat. Ahhh Johnny butuh pulang dan memeluk Hangyulnya. Jadi setelah mengambil pesanannya di kedai milik Amber, Johnny bergegas pulang tanpa berbasa-basi dulu. Toh jam kerja Jaehyun hari ini hanya pagi sampai siang saja.

Sedangkan disisi lain hangyul tengah ketakutan setengah mati. Sepulang kuliah tadi ia jatuh tertidur menunggu Johnny pulang. Kediaman keluarga Seo itu memang sudah biasa terlihat sepi, namun suara ketukan pintu yang begitu keras mampu membangunkan Hangyul dari tidurnya. Hangyul yang yang mengira itu hanyalah hyungnya yang terburu-buru tanpa pikir panjang langsung membukakan pintu. Sesuatu yang tak pernah disangkanya adalah melihat Seungyoun dalam kondisi yang mabuk berat didepannya.

“K-ak Youn.”

“Hangyul-ah, Hangyul-ah ini benar kau kan baby?”

Seungyoun langsung menubrukkan tubuhnya ke arah yang lebih muda. Membuat Hangyul hampir saja terjungkal bersamanya. Hangyul hendak menolak tapi Seungyoun justru mengeratkan pelukannya. Sesak rasanya merasakan cairan hangat merembes di ceruk lehernya yang tengah diciumi oleh Seungyoun. Tapi Hangyul sadar ini salah, ia terus memberontak namun Seungyoun yang tidak dalam kondisi sadar sepenuhnya semakin nekat. Ia bahkan menggigit leher Hangyul dengan kasar.

Seungyoun menyeret Hangyul memasuki mobilnya. Meninggalkan kediaman Seo yang bahkan tak sempat tertutup pintunya. Hangyul bisa saja menggunakan skill taekwondonya untuk melawan Seungyoun. Namun seungyoun yang sedang mabuk bukan orang yang bisa dihentikan. Dan Hangyul lebih takut jika ia dapat melukai Seungyoun daripada sebaliknya.

“L-lepashh kak Youn tolong lepas, kita sudah selesai.” Ronta Hangyul ketika Seungyoun mengikatnya dengan sweater yang tadi dikenakannya dan menggendong paksa Jaehyun ke sebuah motel kecil di sudut kota.

“DIAM! Sayang dengar, kau hanya milikku. Milik Cho Seungyoun. Jangan menolak kehadiranku lagi sayang, kau tidak boleh pergi, tidak selama aku masih hidup.” Dengan usainya kalimat itu Seungyoun mendorong Hangyul ke ranjang dengan tak manusiawi.

“Kak, sakithhh. Hangyul mau pulang kak, please.” Hangyul memohon dengan matanya yang berkaca-kaca. Ia sungguh tak menyangka Seungyounnya yang lembut akan berubah sejauh ini.

“Aku tempatmu pulang sayang. Pulang kemana maksudmu. Apalagi yang harus kulakukan agar kau percaya aku hanya mencintaimu.”

Nada bicara Seungyoun terdengar sangat putus asa. Namun berbanding terbalik dengan itu semua,  Hangyul panik ketika Seungyoun malah menindih tubuhnya dan tangannya bergerilnya di sepanjang garis pahanya. Meremasnya keras hingga Hangyul yakin akan ada bekasnya.

“Kakhhh please, hangyul mohon eummhhh jangan.”

“Kau bilang mau tidur denganku kan? Karna aku menolakmu kemarin kau memutuskan hubungan kita sepihak, begitu? Sekarang aku hanya ingin mengabulkan permintaanmu sayang.”

Ponsel Hangyul berdering ditengah Seungyoun bicara. Tampak nomor telfon Johnny di layarnya tengah menelfon. Hangyul hendak meraihnya tapi Seungyoun seketika melemparnya ke tembok. Membuat benda pipih itu hancur lebur bersama teriakan ketakutan Hangyul.

“J-johnny hyung.”

Plakkk...
Hangyul menatap Seungyoun tak percaya. Airmatanya akhirnya tumpah karena Seungyoun tak tampak menyesal setelah menamparnya dan malah mencumbunya dengan kasar. Hangyul ingin pergi, sungguh. Tapi entah kemana perginya semua kekuatannya hingga kini ia hanya menangis putus asa ketika Seungyoun merobek pakaiannya satu persatu.

“Jangan pernah sebut namanya didepanku, KAU MILIKKU HANGYUL. INGAT ITU!”

“Kakhh hiks.”

Hangyul hampir tersedak dalam tangisnya menyadari jika Seungyoun benar-benar telah mengenyahkan seluruh kain ditubuhnya. Mantan kekasihnya itu bahkan mengikatkan sabuk yang dikenakannya ke dua pergelangan tangan Hangyul, mengaitkannya ke salah satu sisi tiang dipinggir ranjang bergaya klasik itu. Hangyul merasa seluruh tubuhnya gemetar, ia tak bisa lagi mengenali siapa pria diatasnya ini.

“Jangan menangis baby, cukup katakan jika kau juga mencintaiku? Heum?”

Nada bicara Seungyoun begitu lembut saat mengatakannya, kontras dengan tangannya yang ia gunakan untuk mencekik sosok manis dibawah kuasanya. Sedang satu tangan lagi Seungyoun gunakan untuk meremat milik Hangyul. Seungyoun dengan kasar menjilat dan menggigit setiap bagian kulit halus Hangyul.

“akhhh kak sakithhh hiks andwaeee.”

“Shit kau sangat sexy sayang.”

“Kakhhh please don’t hiks”

“Aku tak butuh tangismu Hangyul-ah, kau pasti juga pernah melakukannya bersama hyungmu kan? Kenapa tidak denganku? Apa aku semenjijikkan itu dimatamu?”

‘tidak tidak tidak semua yang dikatakan Seungyoun tidak benar. Hangyul hanya menginginkannya, hanya Seungyoun. Tapi bukan begini’

“J-johnny hyung, hiks pulang.”

Seungyoun kembali menampar Hangyul, kali ini di kedua bongkahan pantatnya. Membuat memar samar menghiasi keduanya. Wajah sayu Hangyul dipaksa menghadap kasur dan terbekap oleh bantal. Hangyul merasa nafasnya semakin sulit dan pendek-pendek. Lagi, Seungyoun membalik posisi Hangyul menjadi telentang lalu mengangkat kedua kaki si manis dan menekannya kuat-kuat sembari memainkan miliknya dengan terburu-buru.

“Berhenti menangis Hangyul-ah. Aku tak ingin mendengar tangismu. Lupakan Johnny dan cukup desahkan namaku.”

Alkohol kiranya sudah mengikis habis kesabaran Seungyoun hingga rasa cintanya kini telah berubah menjadi obsesi. Melihat Hangyulnya menolaknya membuat kemarahannya memuncak sampai keujung tanduk. Seungyoun melepaskan seluruh pakaiannya, membuat tangis Hangyul terdengar semakin pilu.

“KATAKAN HANGYUL KATAKAN!! Katakan kau hanya mencintaiku dan bukannya Johnny.”

Hangyul tak dapat melakukan apapun kecuali menutup matanya dan meremat sprei dibawahnya erat-erat ketika Seungyoun benar-benar merenggut sex pertamanya dalam kondisi mabuk. Hangyul merasa sangat kotor. Lagi-lagi Hangyul merasa dirinya adalah sebuah kesalahan. Hangyul benar-benar menyerah pada segalanya malam itu. Binar di matanya meredup seiring dengan kesadarannya yang semakin menghilang.

My Twin [[JOHNJAE, SEUNGYUL]] End. Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora