Home

1.7K 222 25
                                    

Maaf kalo chap ini bakal ngebosenin...
selamat membacaaaaa... 😊








Johnny tak bisa menahan dirinya untuk tak membunuh Seungyoun ketika pria dengan mata monolid itu mnegantar adiknya pulang dengan kondisi yang tak bisa dibilang baik. Bahkan Rowoon yang notabene sahabat serta roommate Seungyoun rasanya ingin menghajarnya hingga mati. Kabar baiknya, Jaehyun ada disana untuk menahan dua pria tinggi itu Hingga Seungyoun masih bisa bernafas.

Seungyoun membawa Hangyul kerumahnya dalam kondisi tak sadarkan diri. Ia menceritakan semua yang sudah dilakukannya tanpa sedikitpun mencoba melakukan pembelaan. Ia berlutut didepan Johnny dengan kedua tangan terkepal dan wajahnya yang sendi. Bibirnya hampir kelu mengatakan bagaimana pagi tadi Hangyul histeris dan mengatakan bahwa dunia tak meninginkannya. Hangyul hampir menabrakkan dirinya ke arah Truk yang lewat sebelum akhirnya Seungyoun menyelamatkannya dan berakhir dengan pingsannya Hangyul.

“Hyung, andwae!”

Jaehyun berteriak ketika Johnny hampir saja melayangkan tinjunya ke wajah Seungyoun. Beberapa luka diwajahnya hasil kemarahan Johnny sebelumnya bahkan belum sembuh. Tapi Seungyoun bahkan tak berkedip, ia sudah paham akan konsekuensinya. Bahkan jika ia harus mati ditangan Johnny hari ini, ia pantas.

“Rowoon-ah, bawa dia pergi dari hadapanku!” Titah Johnny pada Rowoon yang langsung diturutinya.

“Tenangkan dirimu Hyung.”

Johnny kembali mengecek hangyul dikamarnya, ada Jaehyun disana sedang membantu hangyul membersihkan dirinya. Matanya mengarah pada Hangyul yang masih terpejam, sepenuhnya abai akan eksistensi Jaehyun. Ia benar-benar merasa buruk karna tak berhasil menjaga adiknya. Bagaimana bisa ia lepas pengawasan hingga Hangyul mengalami kejadian yang hampir merenggut seluruh hidupnya.

Tidak. Johnny tak akan marah jika Hangyul melakukannya karna keinginannya. Ia akan merelakan segalanya agar Hangyul bahagia meski itu artinya cintanya bertepuk sebelah tangan. Tapi ia yang membuat Seungyoun  hilang kendali dan memperkosanya. Jadi ini semua berawal darinya sendiri.

“Johnny hyung. Aku akan pulang.”

Johnny diam, bukan bermaksud mengabaikan  Jaehyun yang tengah berpamitan. Ia hanya belum tahu harus bereaksi seperti apa jika Hangyul membuka mata nanti. Bagaimana Johnny harus meminta maaf pada adiknya karna membuat semua ini terjadi. Bagaimana ia harus menjelaskan tentang Jaehyun padanya. Bagaimana jika Hangyul benar-benar akan pergi darinya karna keputusannya yang salah.

“Aku akan mengantarmu.”

“Tidak perlu hyung. Tolong jaga saudara kembarku. Aku akan naik taksi.”

Jaehyun menyambar jaketnya dan mengenakannya. Mencoba tersenyum meski hatinya tengah teriris melihat adik kembarnya yang jelas tak baik-baik saja. Ia sangat ingin memeluk dan menengangkan adiknya. Berbagi masa remaja yang mereka lewatkan tanpa berbahagia bersama. Bercerita tentang apa saja yang seharusnya mereka jalani bersama. Tapi ia tahu kehadirannya disini saat ini bukanlah hal yang tepat.

“Jaehyun-ah!”

“Eum?”

“Bisakah, kau menjauh dari Hangyul dulu setelah ini?”

“H-hyung.”

“Hanya sementara. Kumohon, Jaehyun-ah? Kau dengar kan kata Seungyoun, Hangyul hampir bunuh diri. Kita hampir kehilangannya. Aku... aku.. tak bisa kehilangan Hangyul setelah semuanya.”

Jaehyun menunduk menatap lantai. Separuh dirinya yang terpaksa dipisahkan darinya sejak kecil kini ada tepat didepannya, tapi Jaehyun tak dapat meraihnya. Pun dengan cinta pertamanya yang justru menjadi algojo yang menciptakan jurang pemisahnya.

“Ara, tapi boleh aku meminta sesuatu hyung?”

“Apapun Jaehyun-ah, terimakasih. Apapun untukmu. Aku janji akan memberitahumu ketika Hangyul sudah siap.”

Jaehyun mengecup pipi hangyul yang tampak pucat dalam lelapnya. Menggenggam tangan saudara kembarnya dan membisikkan janji jika mereka akan segera bersama kembali secepatnya. Bahwa mereka akan hidup bersama dengan bahagia lagi seperti kenangan terakhir mereka sewaktu kecil.

“Hangyul-ah, aku membutuhkanmu. Bangunlah Hangyul-ah, aku sangat merindukanmu. Grandma, Grandpa bahkan Kai hyung dan Krystal nuna, kami semua sangat merindukanmu. Cepatlah membaik.”

Pria dengan kulit seputih salju itu kemudian berdiri. Berjalan ke arah Johnny yang tengah mematung lalu memeluk pria tinggi itu tiba-tiba. Johnny bahkan ragu dengan tangannya yang menggantung diudara. Butuh beberapa detik bagi keduanya untuk bertahan di kondisi itu sampai Jaehyun berinisiatif melepasnya.

“Kuharap kau menepatinya hyung.”

Jaehyun menatap Hangyul dan Johnny bergantian. Mungkin perkataan Johnny sebelumnya memang benar. Mental Hangyul akan terguncang jika hal besar datang padanya bertubi-tubi. Kedatangannya yang tiba-tiba hanya akan membuat Hangyul semakin terbebani. Ia harus memberi Hangyul waktu untuk menenangkan dirinya dulu.

Jaehyun tersenyum sebelum pergi. Membawa hatinya yang bagaikan terbebani beban berat. Sehari bersama Johnny membuat Jaehyun benar-benar yakin jika perasaan Johnny ke Hangyul bukanlah perasaan seorang kakak pada adiknya. Betapa antusiasnya Johnny ketika bercerita tentang Hangyul dipertemuan pertama mereka, dan betapa panik serta khawatirnya Johnny ketika Hangyul tak berada di jangkauannya, semuanya sudah cukup menjelaskan jika perasaan Jaehyun pada Johnny telah bertepuk sebelah tangan.

“Supirku akan mengantarmu sampai apartemenmu, berhati-hatilah Jae.”

“Heum, gumawo hyung.”

.
..
...
....

Di lain tempat, Moonbin tengah menahan kekasihnya untuk berhenti memukuli Seungyoun. Rowoon yang melihatnya hanya menghela nafs berat. Mereka semua jelas tahu jika Eunwoo sangat menyayangi kekasih Seungyoun yang manis itu. Eunwoo sangat kecewa dengan apa yang telah dilakukan Seungyoun dan begitupun Moonbin dan Mingyu.

“Apa kau tahu jika malam itu aku bertemu Hangyul di sauna setelah kau mengusirnya? Ia bilang ia takut Johnny menghajarmu jika tahu kau mengusirnya dari apartemenmu,  jadi ia menginap disana.”

Eunwoo terus memukul Seungyoun hingga tenaganya habis karena sebagian besar digunakannya untuk menangis. Eunwoo terduduk dengan sebelah tangannya masih mencengkeram kerah kemeja Seungyoun dengan lemah.

“Hangyul selalu memintaku mengawasi apakah kau makan dengan benar setiap hari. Karna Johnny mengawasinya agar tak bertemu langsung denganmu. Hangyulku yang manis bahkan memintaku memanaskan sup pereda pengar yang dibuatkannya untukmu setiap kau mabuk!”

Moonbin hanya bisa menenangkan kekasihnya yang tak henti-hentinya menangis. Selama ini merekalah yang menjadi saksi hubungan keduanya, dan Eunwoo yang memang pernah kehilangan sosok adik begitu menyayangi Hangyul karna kemiripan Hangyul dengan mendiang adiknya.

“Uljima Sayang, Hangyul akan baik-baik saja.”

Moonbin memeluk kekasihnya, menahan tangan Eunwoo yang mulai memerah karena terlalu kuat mencengkeram. Eunwoo melemas, memasrahkan tubuhnya di pelukan Moonbil sambil terisak. Hingga Moonbin menggendongnya menjauh dari Seungyoun ke ruangan lain.

“Jika dari awal aku tahu kau sebodoh ini, aku tak akan merebutnya darimu sejak dulu.” Ujar Mingyu yang sedari tadi diam, kemudian melangkah pergi dan membanting pintu apartemen Seungyoun hingga menimbulkan suara yang cukup nyaring.

“Sekarang kau tahu, ada lebih dari satu orang yang siap membunuhmu jika kau menyia-nyiakannya.” Rowoon membantu Sengyoun untuk berdiri untuk kemudian masuk ke kamarnya.

“Bersihkan dirimu, setelah ini ada banyak sekali hal yang harus kau lakukan. Ada banyak sekali maaf yang harus kau mohon.”

“Rowoon-ah...”

“Aku masih temanmu, aku kan membantumu. Ini kesempatan terakhir.”

Rowoon menutup kamar seungyoun, dan begitu pula kedua matanya. Kepalanya pening, tapi jauh dalam lubuk hatinya ia tahu bahwa sahabatnya itu sebenarnya bukanlah orang jahat. Ia memang pantas dihukum saat ini, tapi Rowoon akan membantunya bangkit lagi.





Terimakasih temen-temen udah mau bacaaaa 😊

Terimakasih temen-temen udah mau bacaaaa 😊

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.
My Twin [[JOHNJAE, SEUNGYUL]] End. Kde žijí příběhy. Začni objevovat