What's better (?)

1.7K 225 15
                                    



Jaehyun terbangun karena sinar matahari menyilaukan mata menembus kelopaknya. Ia mengucek kedua matanya dan mendapati Johnny yang masih lelap disebelahnya dengan lengan yang berada tepat disisi surai halusnya. Tidak. Janngan membayangkan yang aneh-aneh. Mereka hanya tidur bersisihan disofa panjang dalam unit apartemen Rowoon karena suatu alasan. Pun dengan beberapa orang lain yang ada disana.

Mereka kelelahan usai mencari Hangyul dan Seungyoun semalaman. Sebuah kedaan familiar bagi Jaehyun dan Johnny. Mengingatkan mereka pada kejadian beberapa hari lalu dimana Johnny mulai menjauh dari Jaehyun yang baru saja dekat dengannya.

Johnny terlihat sangat lelah, wajah tegas itu sejak semalam tampak begitu putus asa. Jaehyun merasa iba. Ia hendak menyentuhnya jika saja tak ingat bahwa dirinya juga sama kacaunya. Semalam Johnny terlihat begitu kalut. Menggedor pintu apartemen yang ditempati Rowoon dengan brutal. Hampir saja hilang kendali ketika hanya mendapati Moonbin, Eunwoo, Mingyu dan Rowoon yang tengah berkumpul dengan kesibukan masing-masing.

Mendengar Johnny meneriaki nama Seungyoun dan Hangyul di depan unit apartemennya membuat Jaehyun yang baru saja kembali dari supermarket terkejut. Disana ada Moonbin yang tengah menghalau pria tinggi itu agar tak masuk dan menyerang Rowoon yang dianggapnya menyembunyikan Seungyoun. Dari situ Jaehyun sadar, airmatanya yang keluar dari matanya tanpa sadar sejak beberapa saat sebelumnya adalah pertanda bahwa saudara kembarnya tengah tak baik-baik saja.


“Hangyul.”

Suara serak Johnny menyeret Jaehyun kembali ke alam sadarnya. Lengan kekar itu secara tiba-tiba menariknya masuk lebih dalam ke pelukan. Sesuatu terasa mencubit relung hati Jaehyun ditengah debarannya. Pelukan Johnny terasa sehangat suasana natal. Tapi kenyataan jika pria itu mengira ia adalah Hangyul rasanya seperti memaksa hatinya berada ditengah salju malam natal. Hangyul hendak menolak tapi Johnny lebih dulu menciumi pucuk kepalanya.

“H-hyung.”

“Lima menit lagi Gyul-ah.”

“Tapi aku bukan Hangyul, hyung.”

Johnny perlahan melepaskan pelukannya dan mencoba mengumpulkan kesadarannya. Menampik rasa nyaman dan bahagia yang tadi sempat dirasakannya karna sosok dalam pelukannya. Bahkan sampai ia terduduk sekarang, rasanya jantungnya belum menormalkan frekuensi dentumannya.

‘Mungkin itu karena aku kelelahan dan mengira ia Hangyul’ batin Johnny berusaha mengelak.

“Mian, jaehyun-ah.”

“Rowoon-ah apa sudah ada kabar dari mereka?” Johnny sengaja mengalihkan perhatiannya dari Jaehyun yang terlihat sendu.

Ia jadi merasa bersalah atas suatu hal yang entah apa itu Johnny sendiri tidak tahu.

“Belum Hyung, sepertinya ponsel mereka berdua mati.”

Jaehyun yang terhuyung sewaktu mencoba beranjak menjauh ditarik kembali untuk bersandar di sofa oleh Johnny. Ada sesuatu dalam sorot mata bocah itu yang membuat Johnny ingin sekali melindunginya. Entahlah, Johnny lagi-lagi hanya menganggap itu karena Jaehyun dan Hangyulnya berbagi gen yang sama.

“Duduklah, kau menangis semalamam. Akan kuambilkan air es untuk mengompres matamu.”

“Aku baik-baik saja hyung.” Tolak Jaehyun dengan senyuman yang sangat sulit ditampakkannya.

“Biar aku saja Hyung.” Sergah Rowoon yang memang sedari tadi memperhatikan wajah Jaehyun yang sembab.

Dan hal sekecil itu mampu membuat Johnny merasa tak rela. Tapi apa mau dikata, dia juga bukan siapa-siapa. Terlebih Johnny menyadari jika ia tak seharusnya menyembunyikan Hangyul dari Jaehyun, ia mengakui bahwa dirinya bersalah. Mungkin jika ia tak melakukannya, sekarang ia akan lebih mudah menemukan adiknya itu.

“Hyung, apa Hangyul akan baik-baik saja?”

Jaehyun kembali menitikkan air mata sambil meremat bantal sofa milik Rowoon. Johnny tidak bisa untuk tak meraih dan menggenggam tangan cantik itu. Kita akan menemukan mereka Jaehyun-ah, tenanglah. Setelahnya Jaehyun kembali direbahkan dengan Rowoon yang sibuk menempel handuk kecil sebagai kompres diatas manik madu Jaehyun dan Johnny yang memilih pergi ke balkon untuk menata hati dan pikirannya.

Seungyoun bukan sehari dua hari dikenalnya. Meski sempat bagaikan orang asing, tapi dulu mereka adalah sahabat. Johnny sangat mengenal bagaimana sifat Seungyoun. Ia pun tak lagi menampik jika ia menyadari betapa Seungyounsangat  mencintai adiknya. Begitu pula sang adik yang sudah hampir setengah umur hidupnya bersama dengannya. Johnny baru paham jika mereka memang saling mencintai sedalam itu, dan ia telah merusak segalanya dengan keegoisannya untuk memiliki Hangyul untuk dirinya sendiri.

Johnny hanya tak bisa lepas dari bayang-bayang bagaimana Sejin meninggalkannya untuk bersama Seungyoun, dan kini adik yang dicintainya pun seolah akan melakukan hal yang sama. Johnny takut, semua orang yang dicintainya pada akhirnya akan pergi dari sisinya.



.
..
...
....

Ditempat lain Hangyul terbagun dengan rasa sakit disekujur tubuhnya. Namun itu semua tak sebanding dengan rasa sakit yang berpusat didadanya. Hangyul menangis, ia sudah hancur tanpa ada lagi yang tersisa darinya. Ia masih ditempat yang sama seperti yang terakhir diingatnya. Meski dengan pakaian lengkap yang tak dikenalinya milik siapa.

“Sayang, kau sudah bangun?”

Seungyoun mendekat setelah suara pintu yang terbuka masuk ke indera pendengaran Hangyul. Secara refleks Hangyul berjengit dengan raut wajah ketakutan. Reaksi yang membuat Seungyoun semakin menyadari betapa berengseknya apa yang sudah ia lakukan. Apalagi ketika setelahnya, ia benar-benar melihat wajah sang terkasih yang tampak redup dan menatap keatas tanpa ada sinaran apapun dari sorot matanya.

“Kakak dari supermarket membawakan makanan untukmu. Makan dulu ya sayang.”

Si manis yang diajak bicara sama sekali tak menanggapi. Pun ketika Seungyoun menarik kursi untuk duduk ditepian ranjang, Hangyul memilih memiringkan posisinya memunggungi Seungyoun. Disusul dengan ringisan dan suara tangis yang membuat Seungyoun kalut setengah mati. Apapun yang dilakukannya kini mungkin takkan membuat Hangyul urung untuk membencinya seumur hidup.

Jangan tanya kenapa Seungyoun tak meminta maaf atas apa yang telah dilakukannya. Ia sendiri merasa terlalu hina dan kata itu rasanya sudah sangat tak pantas ia keluarkan dari bibirnya. Alih-alih menjaga, ia malah menjadi seseorang yang merusak kekasihnya. Seungyoun bukan orang dungu tanpa pengalaman yang tak menyadari bahwa ‘itu’ adalah kali pertama untuk Hangyulnya. Parahnya, seungyoun justru merenggutnya dalam suasana dan situasi yang teramat buruk.

“Sayang, makan ya. Setelah ini kakak janji akan mengantarmu pulang.”

Hening. Tak ada jawaban dari yang lebih muda. Seungyoun frustasi dengan keadaan ini. ia lebih baik menghadapi Johnny yang akan memukulinya sampai mati kemudian hidup lagi hanya untuk kembali dipukuli. Daripada menatap kekasihnya yang tampak begitu hancur karna ulahnya.

“Sayang, kakak janji akan bertanggung jawab. Kamu boleh pukul kakak, tendang atau bunuh kakak sekarang tapi kakak mohon jangan siksa dirimu.”

Hangyul masih tak bersuara, bergerakpun sama sekali tak dilakukannya.

“Baby, please...”

“Pergi kak, aku akan pulang sendiri.”

“Sayang kakak mohon, hukum kakak dengan apapun yang bisa membuatmu puas. Jangan seperti ini sayang. Setidaknya sampai kakak melihatmu berada di tempat yang lebih baik.”

Hangyul membalikkan tubuhnya, tersenyum begitu pedih kearah Seungyoun yang tengah bersimpuh merosot dari tempat duduknya.

“Tempat yang lebih baik? Aku bahkan ragu masih punya muka atau tidak untuk pulang, kak.”

Seungyoun bahkan tak bisa lagi mengeluarkan sedikitpun kata dari banyaknya kalimat yang berputar bagai tornado diotaknya.

“Kak...”

Hangyul menjeda kalimatnya. Berusaha mengatur nafs supaya kalimat yang akan diucapkannya tak tertahan oleh isak tangis yang tengah berdesakan di kerongkongannya.

“Jika aku tak pernah ada didunia ini, apa semua orang akan bahagia?”






Keuttttttt.......

Maaf yaaa, harusnya ini aku up semalam karena kemarin aku sudah janji

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf yaaa, harusnya ini aku up semalam karena kemarin aku sudah janji. Tapi selesai bantu mamaku pindahan seharian ditambah ngerjain tugas kantor dan tugas UAS yang bejibun, akhirnya aku kalah sama mimisan. Ujung-ujungnya dilarang pegang HP atau laptop dulu sama mama.
Padahal sih salahku juga kemaren malem sempet ikut begadang sama sodara-sodara yang lagi kumpil dirumah. Jadi begitu mamah kekantor hari ini, aku kembali ke laptop eaeaea. Semoga puas sama chap ini.
Terimakasih sudah membaca.

oh ya tetangga tapi homo up besok yah...

My Twin [[JOHNJAE, SEUNGYUL]] End. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang