Bagian Empat | Tawa sang bidadari

42.9K 3.8K 74
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

Updated on: Senin, 08 Juni 2020
Republish: Selasa, 01 Maret 2022

***

Selamat membaca cerita Keisya dan Zaid.

Vote sebelum membaca dan tinggalkan komentar.

Happy reading 🖤

Bagian 4 | Tawa sang bidadari

()()()

Hari minggu kali ini Zaid dan Keisya sepakat akan mencoba untuk memperbaiki hubungan keduanya demi kebahagiaan Berlian di masa depan. Zaid mencoba  menerima Keisya di dalam hidupnya, mencoba untuk membuka hati bagi wanita yang sudah dia nikahi lima tahun lalu. Tidak lagi ingin berharap pada wanita lain yang bahkan mungkin tidak pernah lagi mengingatnya. Wanita pujaannya sudah bahagia dengan laki-laki pilihan wanita itu sendiri. Ini saatnya Zaid mengikhlaskan apa yang sudah Allah takdirkan dalam kisah cintanya. Mungkin memang Keisya yang Allah jadikan jodoh terbaik baginya.

Zaid menoleh ketika Keisya datang dari atas dengan Berlian yang ada di gendongan wanita tersebut. Istri dan putrinya  memakai baju dengan warna yang sama, warna merah muda yang tampak cocok-cocok saja di wajah mereka yang  putih pucat. Zaid mengulurkan tangannya untuk ambil alih menggendong Berlian. Setelah Berlian dia gendong dengan tangan kanan, tangan kirinya meraih jemari kanan Keisya untuk digenggam.

"Kak?"

"Gak papa, belajar terbiasa," jawab Zaid dan tersenyum tipis.

Mendengar ucapan Zaid, Keisya mengulum senyum. Tidak menyangka juga ternyata Zaid serius dengan ucapannya untuk belajar menerima Keisya sebagai seorang istri yang seharusnya dicintai.

***

"Abi, Umi, Lian mau batagor!"

Zaid mengangguk dan mengajak Berlian untuk membeli batagor sesuai keinginan sang putri, sedangkan Keisya tetap menunggu di atas karpet yang mereka bawa dari rumah. Sekarang mereka sedang berada di taman kota untuk menghabiskan waktu bersama. Dari kejauhan setiap orang akan mengira jika keluarga mereka adalah keluarga yang harmonis, hangat, dan juga agamis. Keisya seperti perempuan saleha dengan hijab lebarnya, Zaid  juga  tampak alim dengan baju koko dan  Berlian dengan hijab sedada yang terlihat menggemaskan.

Keisya tersenyum lebar ketika Berlian dan Zaid sudah kembali duduk di sampingnya. Kini, Keisya mengambil alih Berlian untuk duduk di pangkuannya dan Zaid di sampingnya membukakan batagor yang tadi dibeli, lalu menyuapi sang putri. Keisya tertawa ketika Zaid sengaja memakan batagor sebelum sampai ke mulut Berlian, membuat sang putri kesal dan memukul wajah sang Abi bertubi-tubi, tapi dibalas dengan ciuman gemas yang berakhir juga dengan tawa Berlian yang menggema.

Ternyata seperti ini keluarga bahagia. Keisya senang pernah merasakannya sekarang, dari kecil dia dididik mandiri dan melakukan semuanya atas kerja kerasnya. Keisya tidak pernah punya waktu bermain seperti anak-anak seusianya karena orang tua yang seharusnya selalu ada menemani malah memilih pergi dan tidak mau peduli. Namun, setelah dia diantarkan ke pondok milik Abi Afsheen ketika berusia enam tahun, Keisya merasakan yang namanya kebahagiaan. Abi dan Umi Afsheen menyayanginya layaknya putri sendiri, begitu juga Afsheen yang juga menganggap dirinya sebagai saudari.

"Hahaha!"

Tawa Berlian membuat Keisya tersadar jika keduanya sedari tadi memperhatikannya. Parahnya kini wajah putihnya ternodai dengan sambal batagor yang dioleskan Berlian.

KEISYA (Tolong, Cintai Aku Juga) [End]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt