Bagian Tiga Belas | I am here

35.8K 2.8K 96
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

Updated on: Minggu, 12 Juli 2020
Republish: Selasa, 15 Maret 2022

***

Selamat membaca cerita Keisya dan Zaid.

Vote sebelum membaca dan tinggalkan komentar.

Follow Ig aku buat informasi tentang cerita aku;
Ig: ayusumbari

Bagian 13 | I am here

()()()

Sudah satu minggu Keisya mendiamkan Zaid. Keisya sama sekali tidak berbicara atau pun tersenyum seperti biasa. Wanita itu lebih sering menunjukkan raut datar dan juga tidak acuh, menatap Zaid saja tampak enggan. Keisya hanya melaksanakan perannya sebagai seorang istri, melayani Zaid dengan baik tapi tanpa senyuman atau pun ucapan. Zaid sudah berusaha untuk menjelaskan semuanya pada Keisya, tapi sang istri selalu tutup telinga. Ketika Zaid bercerita dan bertanya di akhir ceritanya, respon Keisya hanya mengangkat alis lalu berucap, "hm."

Zaid benar-benar dibuat pusing. Seperti saat ini Keisya sudah beberapa kali bolak-balik kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya, ketika Zaid hendak membantu Keisya selalu menepis tangannya. Kali ini Zaid berdiri di depan pintu kamar mandi, bersiap menunggu Keisya keluar. Zaid tahu mungkin itu adalah gejala yang dialami Keisya karena sakitnya. Mengingat hal itu tentu saja Zaid ingin menjadi lebih berguna untuk Keisya. Menggenggam tangan Keisya untuk menguatkan.

"Sya, kamu baik-baik aja?" tanya Zaid ketika Keisya sudah keluar.

Keisya mengangguk. Wajahnya sangat pucat dan tangannya bergetar.

"Sya, biasanya kamu jarang muntah kayak gini. Semenjak minggu kemaren kamu muntah terus, jangan-jangan ..."

Keisya melirik sinis. "Jangan-jangan apa?"

"Jangan-jangan kamu hamil?" Zaid tersenyum sumeringah.

Keisya memutar bola mata malas. Dia muntah bukan karena hamil, tapi karena penyakit yang membuatnya seperti ini. Lagipula bukannya Zaid sudah tahu?

"Kakak tahu kalau aku sakit, kan? Ini—"

"Bisa aja kamu hamil, Sya. Ayo kita cek dulu." Zaid melangkah mendekat, menarik tangan Keisya hendak pergi.

"Nggak mungkin, Kak!"

"Kenapa nggak mungkin? Kita sering lakuin itu tiap malam—"

Ucapan Zaid terhenti ketika Keisya menutup mulutnya, sang istri melotot garang dengan wajah yang memerah karena malu. Zaid tersenyum, menyingkirkan tangan Keisya dan memeluk sang istri yang selama satu minggu ini enggan disentuh olehnya. Zaid senang ketika Keisya tidak menolak dan menyamankan diri di pelukannya.

"Sya, aku minta maaf. Aku bisa jelasin, aku nggak maksud buat nyakitin kamu malam itu. Aku bilang gitu buat lindungin kamu, Sya. Aku nggak mau kamu kenapa-napa. Aku nggak mau kehilangan kamu, Sya."

Keisya tidak menjawab, dia hanya mempererat pelukan.

"Aku juga minta maaf karena selama ini kamu berjuang sendirian, kamu bertahan tanpa pegangan sama siapa-siapa, kamu sembunyiin sakit kamu dari aku. Sebenarnya aku pengen marah, Sya. Tapi, aku sadar kalau waktu itu aku emang bukan suami yang baik. Mungkin kamu mikir aku nggak peduli sama penyakit kamu, tapi kamu tahu? Walaupun waktu itu aku nggak ada rasa sama kamu, aku akan tetep bantu kamu. Tapi, kamu milih diem dan nutupin ini dari aku." Zaid melepaskan pelukannya, lalu menangkup pipi Keisya yang basah. "Sekarang kamu harus bagi rasa sakit kamu sama aku, Sya. Sekarang aku di sini buat kamu, akan nemenin kamu sampe sembuh. Aku yang akan genggam tangan kamu kalau kamu mau nyerah, aku akan bilang kalau kami butuh kamu, Sya. Aku di sini. Sekarang kita berjuang bareng-bareng, ya?"

KEISYA (Tolong, Cintai Aku Juga) [End]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu