O3

872 242 30
                                    

Beomgyu memutuskan lebih dulu meninggalkan sekolah barunya. Jangan berpikir ia sedang rebahan menikmati teriknya matahari. Nyatanya ia pergi ke rumah bibinya untuk menemukan jawaban.

Jawaban menyangkut masa depannya, kehidupan selayaknya yang ia impikan. Namun selalu nihil. Karena ia selalu bingung dari mana harus memulainya.

Beomgyu tidak mempunyai banyak keberanian untuk bertanya pada Bibinya. Pasalnya sang Bibi tidak memiliki hubungan yang baik dengannya. Ia hanya menumpang makan, lalu pulang. Selainnya itu tidak peduli.

Sepulangnya Beomgyu dari kediaman Bibi, ia menuju halte untuk menunggu bus yang mengarah ke rumahnya. Sangat tepat dengan Soobin yang juga akan menuju di tempat yang sama.

Mereka bertemu.

Duduk di bangku halte dengan jarak 30 cm—anggap saja sepanjang penggaris.

Dengan niat yang sudah terkumpul, Beomgyu membuka obrolan.

"Aku hanya minta rahasiakan ini dari Yeonjun."

Soobin menoleh, "Untuk apa? Aku saja tidak mengerti masalahmu."

"Yah, aku kira kamu sudah tahu. Ah, tapi kamu tahu keanehan dariku."

Tiba-tiba Soobin berganti posisi menghadap Beomgyu sambil menunjuk tas milik pria rambut cokelat itu.

"Ya, kamu memang aneh. Aku hanya ingin tahu. Ada apa dengan tas itu."

"Ini? Ini hanya tas biasa," jawab Beomgyu dengan santai.

Soobin menggeleng, "Maksudku isinya."

Terjadi keheningan sebentar di antara keduanya. Beomgyu mencoba menjelaskan kalau tas miliknya tidak ada hal yang perlu dicurigai.

Namun Soobin membantah,
"Katakan padaku sejujurnya. Mana mungkin anak baru membawa tas sebesar koper seperti ini. Emangnya kau mau mudik? Dan juga—,"

"Dan juga?" sela Beomgyu.

"Kenapa tas itu bau bangkai?"














Kediaman Yeonjun, 3.30PM

Rumah sederhana dengan hiasan anggrek di setiap sudut rumah. Di sanalah kakak beradik tinggal berdua karena kesibukan orang tua mereka di Canada.

Yeonjun melamun memperhatikan adiknya, Taehyun, yang sedang mengisi TTS kesukaannya. Ia Melamunkan perkataan Rui, dan juga sikap Beomgyu. Dengan pola pikir kenapa semua teman sekelasnya bilang Beomgyu itu aneh. Dari mana anehnya. Perasaan Beomgyu baik-baik saja. Sehat bugar dan tidak kalah tampan dengan Dilan.

Siang tadi Yeonjun bertanya pada Rui, apakah Beomgyu aneh karena pulang lebih awal—dan Rui menjawab tidak. Dugaan Yeonjun salah.

"Bukan itu, tapi hal yang lain," kata Rui yang membuat Yeonjun semakin penasaran. Bahkan Ucup, siswa dengan penuh logika juga tidak ingin menjawab pertanyaan yang dilontarkan Yeonjun siang tadi.

Daripada hal itu Yeonjun juga frustasi karena tidak mendapatkan kontak baru Beomgyu. Ah, kenapa dia selalu menjadi pelupa di saat yang penting seperti itu.

Yeonjun memilih kembali melihat masa lalu. Ia meraih album foto usang di atas sebuah kabinet kemudian memandang tiap lembarnya satu persatu.

Dimana album itu berisi dirinya dan Beomgyu, serta 2 teman asing yang Yeonjun pun tidak ingat.

"Kak Yeonjun buka album itu lagi?" tanya Taehyun.

"Aku payah, Dek," ucap Yeonjun pada adiknya yang berusia 14 tahun.

"Enggak kok,"

Yeonjun menunjuk sebuah foto berisi empat anak kecil yang sedang berpelukan.

"Masa kakak gak kenal temen kakak yang satu ini," kata Yeonjun menundukkan kepala.

"Dan juga kakak tidak tau masalahnya Beomgyu," sambungnya.

-OO-

Dengan terengah Beomgyu terpaksa berlari menjauh dari Soobin yang masih terdiam di halte.

Ia tidak ingin memberitahu Soobin tentang rahasia yang selama ini ia sembunyikan. Termasuk Yeonjun sekali pun.

Beomgyu mendudukan pantatnya di sebuah kursi panjang. Perlahan ia membuka tas besar yang ia bawa selama sekolah.

"Heh tengkorak busuk! Mau sampai kapan aku harus membawamu di sekolah, hah?"

Can't You See Me?✔Where stories live. Discover now