O7

682 202 8
                                    

Terulang kembali momen dimana seluruh kelas meninggalkan Beomgyu sendirian diwaktu istirahat.

Soobin yang baru datang dari kantin mengurungkan niatnya untuk duduk ke bangkunya. Ia berbelok mendekati Beomgyu yang asyik membaca buku.

Soobin ikut membaca sekilas buku yang sedang Beomgyu baca. Buku yang berbahasa alien itu ditutup kembali oleh Beomgyu. Benar, ia sadar kedatangan Soobin.

"Kenapa ditutup bukunya?"

"Kamu tidak akan paham." Jawab Beomgyu.

"Yah aku memang gak paham. Itu bahasa apa?"

"Gak penting buat dibertahu."

"Serah. Kamu gak ada niat pergi ke kantin?" sahut Soobin.

Awalnya Beomgyu terdiam. Tapi apa salahnya memberitahu Soobin yang akan menjadi target kakek Toni selanjutnya. Toh siapa tahu Soobin bisa belajar dulu sebelum menimpal 100 kali hukuman.

"Gak. Aku gak bisa ninggalin tas ini. Aku bisa mati."

Soobin tertawa singkat mendengar Beomgyu mengatakan hal seperti itu.

"Jangan bercanda, dan lupakan itu. Kamu gak makan atau apa gitu? Ini istirahat! Orang gila mana yang gak mau makan di jam istirahat?"

"Udah. Jangan khawatir."

"Makan apa?"

"Ada. Dikasih sama tas ini."

Soobin tersedak mendengarnya. Ia semakin penasaran dengan isi tas besar yang sangat misterius. Hingga ia merencanakan sesuatu. Soobin sengaja menjatuhkan lelehan ice cream pada tas Beomgyu. Supaya ia bisa mencari tahu isi dibalik bau yang menyengat ini.

"Aduh ice cream ku bikin tas milikmu kotor Gyu, biar aku bersihin ya?"

Namun dugaan Soobin untuk berhasil salah besar. Menyentuh tas Beomgyu saja sudah membuat ia terhempas ke sudut ruangan.

Aaakkk

Soobin merintih kesakitan. Ia mencoba untuk bangun melawan rasa sakit di pangkal punggungnya.

"Sudah kubilang kan? Jangan dekati aku," ucap Beomgyu sambil membersihkan sisa ice cream yang menempel di tasnya.

"Kenapa? Kenapa aku gak boleh padahal Yeonjun juga mendekatimu?"

Beomgyu terdiam.

"Kenapa hanya Yeonjun yang tidak bisa mencium bau busuk itu?"

Beomgyu masih terdiam, seakan tidak ingin menjawab pertanyaan Soobin. Ia hanya takut Soobin semakin dalam mengurusi hidupnya.

"Sudahlah! Ngomong sama Beomgyu memang tak ada gunanya!"

Soobin berjalan tertatih menuju tempat duduknya. Masih saja merasakan nyeri di tulang punggungnya.



Beomgyu POV

Seperti biasanya teman teman menjauh dariku. Aku senang mereka beraktivitas seperti biasanya tanpa peduli dengan isi tas milikku. Sejauh ini itulah yang aku pikirkan.

Ketika kelas menjadi sepi aku melanjutkan makanku berupa energi yang dihasilkan dari dalam tas besarku. Mungkin sebagai imbalan kesetiaan? Aku juga tidak mengerti. Aku tidak meminta tengkorak ini menghasilkan energi. Dia sendiri yang memberikannya padaku.

Ketika mereka meninggalkan kelas aku mulai mencari tahu nama teman-temanku dari daftar hadir. Aku menghafalkan mereka dalam diam. Untung saja tempat duduk mereka tidak berubah. Sehingga mudah bagiku mengingat. Sebab suatu saat nanti aku ingin menyapa mereka.

Ketika kurasa mulai bosan, aku kembali ke tempat dudukku. Aku  membaca buku yang berbahasa asing untuk mencari tahu jawaban cara memisahkan diri dari jeratan Kakek Toni. Dan ya, hanya aku yang bisa mengerti bahasa itu.

Hingga aku sadar Soobin berada disampingku.

Aku terheran dengan bocah satu ini. Berapa kali aku harus memperingatkannya untuk menjauh dariku.

Semakin ia mendekat, semakin kakek Toni mengincarnya. Dan sepertinya Soobin sudah menjadi target. Kakek Toni memberikan responnya sampai Soobin terbentur dinding kelas.

Soobin, aku harap tulangmu tidak apa apa.

Beomgyu POV End

Can't You See Me?✔Where stories live. Discover now