08

196 18 0
                                    

Pagi hari, Hyewon yang sedang asik memakan sarapannya dikejutkan dengan kedatangan teman kecilnya, Hwang Yeji.

Beberapa tahun yang lalu di Jeonju, keduanya merupakan tetangga. Yeji yang terlebih dahulu memperkenalkan diri pada Hyewon. Tapi beberapa bulan setelah mereka dekat, dengan terpaksa Hyewon harus meninggalkan temannya demi pekerjaan ayahnya di Seoul. Meninggalkan teman kecilnya yang satu-satunya sangat dekat dengan dirinya.

"Yeji, kau harus ikut makan siang dengan ku." Ajak Hyewon. Yeji dengan senang hati menerima ajakannya.

Taehyun yang selesai dengan pakaian sekolahnya melihat Yeji duduk disebelah adiknya, pria itu menyapa dan dibalas sapaan ramah oleh Yeji. "Kapan kau tiba di Seoul?" Tanya Taehyun sambil menikmati makanannya.

"Kemarin pagi, aku sebenarnya ingin memberi Hyewon kejutan dengan kedatangan ku dan ingin memberikan oleh-oleh. Tapi, ku dengar-dengar kalian sudah berangkat sekolah, jadinya hari ini aku mengejutkannya. Untungnya berhasil, hanya saja aku melupakan oleh-oleh dirumah karena saking tidak sabarnya ingin bertemu Hyewon." balas Yeji menjelaskan, Hyewon tersenyum senang mendengar temannya ingin memberi kejutan untuknya.

"Dengan kedatangan mu saja sudah sangat membuat ku senang, oleh-olehnya berikan saat aku pulang sekolah nanti. Dan terima kasih sudah mau datang ke sini," ucap Hyewon. Ia telah menghabiskan sarapannya, diikuti Yeji dan Taehyun.

"Oh iya, ada juga kejutan yang ingin ku ucapkan." Hyewon yang sedang meletakkan piringnya mendongak, Yeji tersenyum. "Aku akan tinggal di Seoul dan satu sekolah dengan kalian berdua, bagaimana menurut mu?"

<<<>>>

Pagi hari ini, Yeonjun berangkat menuju sekolah bersama adik kesayangannya. Choi Arin. Baru saja keduanya sampai di parkiran sekolah, sekelompok bermotor menghadang mobil mereka. Yeonjun terheran-heran melihatnya, "Arin, kau tidak pernah berurusan dengan sekelompok geng bermotor seperti mereka, 'kan?" Tanyanya bingung sekaligus cemas. Takut-takut adiknya pernah terlibat dan membuat mereka sekarang terkurung.

Arin menolehkan kepalanya lalu menggeleng, "tidak, kakak juga tidak tahu?" Yeonjun menganggukan kepalanya. Ia tidak pernah berurusan dengan geng motor sekali pun.

Salah satu dari sekolompok yang tersebut turun dari motornya dan menghampiri pintu sebelah kanan, tempat setir dimana Yeonjun duduk. Pria itu mengetuk kaca mobil dengan keras sambil menyuruh Yeonjun untuk turun dari mobil secepatnya.

Yeonjun mau tidak mau membuka pintu mobil, sebelumnya ia meminta adiknya untuk diam saja. Baru saja lelaki itu menutup pintu mobil, ia langsung saja ditinju dengan keras. Yeonjun yang tidak siap pun terjatuh begitu saja dengan darah yang mulai mengalir di sudut bibirnya akibat pukulan keras itu.

Arin yang berada dalam mobil tidak diam saja, ia segera mengunci mobil kemudian menelepon seseorang. Ia takut sekali, di area parkir sekolah sedang sepi dan sulit untuk meminta bantuan langsung disana kecuali menelepon seseorang.

"Yeobosseo, Yeonjun?"

"Tidak, aku bukan Yeonjun. Tapi, Arin. Maaf mengganggu mu kak Hyuka, tapi kami butuh bantuan di area parkiran sekolah. Jangan sendiri, disini banyak sekelompok bermotor,"

Dari seberang sana Hueningkai atau bisa dipanggil dengan Hyuka menekuk alisnya bingung, ia menatap Taehyun, Beomgyu dan Soobin bergantian. "Baiklah, kami akan segera kesana."

Begitu telepon tertutup, Arin mengalihkan pandangannya ke arah sang kakak. Dilihatnya Yeonjun berdiri dan menyeka darahnya yang perlahan-lahan semakin banyak.

"Kalian siapa? Aku tidak pernah berurusan dengan kalian," ujar Yeonjun. Ia menatap pria di depannya dengan ekspresi marah.

"Kami? Tidak perlu tahu," lelaki dengan lengan berotot itu menatap Yeonjun intens. "Aera, kau apa 'kan kekasih ku?"

Begitu mendengar nama yang tidak asing baginya, Yeonjun merotasikan matanya. "Aera? Ah.. dia kekasih mu, ya? Jika dia kekasih mu, kenapa tidak dijaga dengan baik? Kau tahu, dia menempel pada ku." Ucap Yeonjun datar. Mengingat perilaku kurang ajar Aera pada Hyewon kemarin.

Lelaki itu menatap Yeonjun kesal, sekali lagi ia hampir memukul wajah tampan seorang pria bermarga Choi itu jika saja teman-temannya tidak meninju balik. Yeonjun bahkan tidak siap dengan tinju dadakan yang diberikan pria berlengan kekar itu lagi.

"Kalian? Apa yang kalian lakukan disini?" Tanya Yeonjun heran. Beomgyu menatap temannya itu kesal, "kau tidak lihat wajah jelek mu itu? Sekarang berdarah dan mulai bonyok. Dan untung saja kami ada disini, kalau tidak kau sudah tidak bisa dibilang tampan dengan wajah itu." Omelnya.

Hueningkai menoleh ke arah mobil dan mengetuk pelan kaca mobil, Arin membuka kacanya, ia sebenarnya belum berani membuka kunci mobil. Ia takut jika saja segerombolan bermotor itu mencari kesempatan dengan membuka mobil dan menculiknya.

"Kau tenang saja disitu, panggil Hyewon untuk memanggil ayah ku. Bilang padanya bahwa ini perintah dari Hueningkai, mengerti?" Arin mengangguk patuh, setelahnya ia menaikkan kaca mobil kembali lalu menekan nomor telepon Hyewon dengan tergesa-gesa.

Begitu sambungan tersambung, suara seorang gadis menimbulkan tanda tanya bagi Arin. "Maafkan aku tapi Hyewon sibuk bersama ku,"

Tapi, belum sempat Arin membalas telepon itu, gadis diseberang sana kembali bersuara, "Hyewon akan segera mati ditangan ku, tapi aku akan membebaskannya dengan satu syarat Yeonjun,"

Arin tidak berkata, ia menyalakan speaker agar dapat mendengarnya dengan jelas. "Kau harus menikahi ku dan membatalkan perjodohan mu dengan gadis menjijikkan ini atau tidak, ia akan mati di tangan ku."

Tut..

Begitu sambungan terputus, Arin terdiam. Napasnya tercekat, ia bingung dan shock mendengarnya.

Hyewon dalam bahaya!

Arin menelepon siapapun yang ada di kontak handphone kakaknya. "Siapa yang harus ku telepon sekarang..." gumamnya khawatir.

Hingga dimana ia mendapatkan ide, ia menelepon temannya selain Hyewon. Hyun Seunghee. "Yeobosseo, Seunghee, aku butuh bantuan mu!"

"Eoh? Kau dimana? Hyewon juga hilang, aku sedang mencarinya saat ini. Tapi, batang hidungnya saja tidak muncul sama sekali." Terdengar suara Seunghee tidak kalah panik, gadis itu sibuk mencari keberadaan temannya yang lain.

"Sekarang aku hanya butuh kau! Jika ingin menemukan Hyewon bantu aku terlebih dahulu, kakakku dan teman-temannya sedang melawan sekolompok bermotor. Mereka terlihat kuat, aku takut."

Seunghee berhenti di koridor sekolah, ia mendengarkan ucapan temannya yang juga sama paniknya dengan dirinya. "Baiklah, apa yang harus ku lakukan? Kau ada dimana?"

"Aku di area parkiran sekolah, kak Hyuka meminta ku untuk menyuruh mu meminta ayahnya atau kepala sekolah untuk memanggil satpam atau siapapun agar mereka terselamatkan. Setelah itu kita cari Hyewon bersama-sama. Lupakan pelajaran hari ini, bolos saja. Kak Hyuka akan bicara pada ayahnya nanti jika kita dihukum," jelasnya panjang lebar dengan satu tarikan napas.

Seunghee mengangguk lalu mematikan sambungan telepon. Dalam hati, Arin berdoa agar masalah geng motor ini berakhir dengan cepat agar temannya-- Hyewon dapat terselamatkan. Tidak peduli siapa yang berniat membunuhnya.

<<<>>>

Hwang Yeji (ITZY)

Hwang Yeji (ITZY)

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.
I Love U | Choi YeonjunTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon