18

120 13 0
                                    

"Oh, Yeonjun?" Hyewon terkejut dengan kedatangan Yeonjun yang berada di klub musik. Sebelum pelajaran pertama mulai, anggota klub musik disuruh untuk berkumpul sebentar. Dan kini Hyewon menunggu kedatangan anggota lainnya.

"Oh, hai! Kau ikut klub musik juga?" Hyewon mengangguk, ia memasuki ruang tersebut dan duduk bersebelahan dengan Yeonjun.

"Apa Felix mengajak mu juga?"

"Iya, waktu itu aku membantunya membagi poster, katanya anggota klub sedang sibuk, tapi nyatanya satu anggota pun tidak pernah ada yang ikut berpartisipasi dalam klub ini. Jadi, aku mencalonkan diri. Kebetulan Felix orang baik,"

"Felix memang orang baik, aku sudah mengenalnya jauh sebelum mengenal Seunghee dan Arin. Apa kemarin ia di bully?"

Yeonjun menoleh, "eoh? Kau tahu ia sering di bully?"

Hyewon mengangguk lesu, mengingat Felix dibenci teman-temannya entah mengapa membuatnya mendadak tidak bersemangat. "Aku tidak tahu mengapa ia sering saja di bully, padahal Felix orang yang sangat baik. Aku tidak pernah bertemu orang baik sepertinya, ia selalu saja membantu ku. Karena mungkin hanya aku satu-satunya temannya waktu itu."

Tok.. tok.. tok..

"Oh? Kalian sudah datang?" Hyewon ikut menolehkan kepalanya melihat beberapa laki-laki yang tidak asing baginya. Terutama,

"Kak Taehyun ikut juga?" Ucap Hyewon menunjuk Taehyun dan beberapa teman dekatnya yang tengah tersenyum mendatangi mereka.

"Iya, Yeonjun bilang kita harus membuat momen sebelum meninggalkan sekolah ini nanti. Walau masih lama, setidaknya kita ikut salah satu klub." Jelas Taehyun.

Hyewon ber'oh ria dan tersenyum, ia senang Felix akan di datangi orang-orang yang baik. Dan secara kebetulan, Felix datang membawa kertas yang sudah disusunnya untuk membicarakan apa yang harus dilakukan di klub seni.

"Nah, karena kak Yeonjun, klub musik bisa dilanjutkan kembali. Dan Hyewon terima kasih juga sudah ingin ikut, tadi aku baru saja menulis apa yang harus kita lakukan. Silahkan membaca dengan baik." Ujar Felix. Ia membagikan selembar kertas yang sudah disiapkannya untuk pertemuan pertama klub.

Taehyun mengangguk, "sepertinya kita memiliki orang yang hebat dalam musik." Ia menunjuk beberapa temannya sambil menjelaskan keahlian yang di punya. "Hueningkai jago dalam bermain alat musik, Beomgyu ahli dalam bermain gitar, aku dan Soobin bisa menyanyi, sedangkan Yeonjun bisa rap."

Hyewon mengangkat tangannya begitu Taehyun selesai menjelaskan, "aku akan membantu mu mengatur mereka. Seperti sekertaris?"

Felix mengangguk, matanya berbinar mendengar perkataan Hyewon. "Boleh, menjadi sekertaris juga penting."

Di hari itu, mereka menghabiskan waktu untuk mengatur posisi dan berlatih sedikit. Agar Felix dan Hyewon bisa menganalisis kembali kemampuan kelimanya.

<<<>>>

Hyewon terbangun dari tidurnya, ini sudah berminggu-minggu ia tinggal serumah dengan keluarga Choi. Ia juga sudah terbiasa dan tidak canggung seperti biasanya.

"Arin! Bangun," kebiasaan, Arin pasti dibangunkan oleh Hyewon. Kata ibu Choi, Arin paling susah bangun kalau pagi hari.

Dan jika Arin belum bangun, maka Hyewon akan mandi dan berpakaian terlebih dahulu. Kemudian ia melanjutkan membangunkan Arin dari mimpinya.

"Ya! Bangun!" Teriak Hyewon tepat di telinga Arin. Arin yang sedang menikmati mimpi indahnya terbangun dengan wajah terkejut karena teriakan Hyewon yang tiba-tiba.

Arin mengucek matanya dan melihat Hyewon yang sudah siap berangkat. "Ayo bangun! Kau ini masih saja terlambat bangun."

"Iya-iya," Arin berjalan ke kamar mandi. Jalannya seperti zombie, sangat lambat dan hal itu membuat Hyewon terkekeh lalu menggeleng pelan.

"Dasar Arin," tanpa sadar, Yeonjun menyembulkan kepalanya. Hyewon yang baru ingin mengambil tas sekolahnya terkejut. Gadis itu bahkan loncat satu langkah kebelakang saking terkejutnya. "Ya! Apa yang kau lakukan disitu?! Mengagetkan saja,"

Yeonjun membuka pintu dengan lebar sambil tertawa, "lihat wajah terkejut mu tadi, sungguh menggemaskan."

"Ish, menyebalkan sekali." Hyewon mengambil tas sekolahnya dan berlalu meninggalkan Yeonjun. Dan sudah pasti, lelaki itu cemberut dibuatnya.

Arin yang baru selesai mandi berbalut handuk membulatkan matanya melihat Yeonjun di depan kamarnya dengan pintu yang terbuka lebar. "YA! APA YANG KAU LAKUKAN DISITU?! TUTUP PINTUNYA CHOI YEONJUN!!"

<<<>>>

"Akh!" Dari tadi Yeonjun tidak berhenti menggerutu, telinganya sungguh sakit mendengar Arin berteriak di depannya tadi pagi.

Hyewon yang berada disebelahnya hanya menggelengkan kepala, "siapa suruh sih, 'kan kena karma deh." Ucap Hyewon masih dengan kekehannya mengingat Arin berteriak sangat keras sampai suaranya terdengar di lantai bawah.

"Lagipula tidak sengaja,"

"Apanya yang tidak sengaja? Kau muncul di pintu tanpa bilang-bilang. Coba saja kau baru muncul, mungkin bisa dibilang tidak sengaja. Dan lagi, kau bilang kepala mu itu sudah muncul dari aku selesai mandi." Jelas Hyewon. Yeonjun mengerucutkan bibirnya, ia kalah jika berdebat dengan Hyewon.

Yeonjun menghela napasnya, dan begitu ia menolehkan kepalanya ke kanan, Yeonjun melihat seseorang yang tidak asing. "Eh? Bukannya itu Felix, ya?" Tanyanya. Ia berhenti sambil memandang beberapa sekelompok orang yang sedang memojokkan seorang laki-laki.

Hyewon menyipitkan matanya, "oh?! Kau benar," tanpa membalas perkataan Hyewon, Yeonjun mendatangi orang-orang yang tengah membully Felix.

"Ya! Kalian sedang melakukan apa?!" Yeonjun melipatkan kedua tangannya melihat adik kelas tersebut tajam dan intens. Beberapa adik kelas tersebut awalnya hanya diam saja, tapi baru saja mereka hendak melemparkan telur kembali ke Felix, Yeonjun dengan cepat memegang tangan salah satu dari mereka.

"Aku bilang ke kalian! Cepat pergi atau ku laporkan ke kepala sekolah. Ah, Hueningkai harus tahu perbuatan kalian ini." Mendengar nama 'Hueningkai' membuat raut wajah mereka ketakutan seketika. Mereka pun bergegas meninggalkan Felix bersama Yeonjun dan Hyewon sebelum menyerangnya dengan telur kembali. Jangan lupa, Hueningkai terkenal karena banyak yang mengetahui lelaki blasteran itu merupakan anak kepala sekolah ini.

Hyewon menatap Felix iba, "kau harus mengganti pakaian mu. Apa kau membawa baju ganti?" Tanya Hyewon.

Felix tersenyum, "ah, ini baju sera-"

"Kalau begitu kau pakai saja punya ku, untung saja yang satu itu tidak tertempel lambang nama. Kau bisa memakainya." Yeonjun memotong kalimat Felix. Ia dengan cepat memotongnya karena tahu Felix pasti tidak ingin meminta bantuan mereka. Tetapi melihat kondisi Felix sekarang, mereka tidak akan segan untuk membantu.

"Yeonjun punya baju seragam lain untuk mu. Ku mohon pakailah," Hyewon menunjukkan puppy eyesnya yang tidak pernah gagal.

Karena tidak ingin mengecewakan Hyewon, Felix mengangguk pasrah, gadis itu tersenyum senang. "Baiklah, aku akan pergi duluan. Yeonjun akan mengurus mu, sampai jumpa Felix."

Hyewon melambaikan tangannya sambil menampilkan senyum manisnya, ia pun segera meninggalkan Yeonjun dan Felix bersama disana. "Nah, kir-.."

Ucapan Yeonjun terhenti. Ia memperhatikan Felix, lelaki itu tidak berhenti menatap punggung kecil Hyewon dari jauh yang perlahan menghilang sambil tersenyum lebar. Yeonjun merasa tidak enak, ia tiba-tiba berpikiran negatif.

Tetapi dengan cepat ia membuang pikiran negatifnya dan memanggil Felix.

"Felix, ayo!"

<<<>>>

I Love U | Choi YeonjunWhere stories live. Discover now