15

134 16 0
                                    

Sebelum memasuki bandara, Hyewon memeluk Elizabeth yang sedang ingin mengantarnya ke Wellington Airport. Kebetulan gadis itu tidak memiliki jadwal apapun hari ini selain sekolah siang, jadi ia menyempatkan waktunya di pagi hari untuk melihat Hyewon sebelum pulang ke negara asalnya.

"Sampaikan salam ku pada Jae, maaf kemarin pertemuan terakhir ku dengannya. Jadi, aku tidak sempat mengucapkan salam terakhir ku." Kata Hyewon. Ya, Jae tidak ikut datang. Kata Elizabeth, laki-laki itu sibuk dengan sekolahnya, hari ini Jae sedang melaksanakan ujian jadi ia tidak sempat datang. Dan kemarin adalah pertemuan terakhir mereka.

Elizabeth mengangguk sambil tersenyum, ia menepuk pundak temannya itu pelan. "Jaga dirimu disana, kalau kau tersesat disini lagi cari aku di taman. Aku akan sering kesana bersama Jae."

"Ah," Hyewon teringat sesuatu, ia mendekatkan bibirnya di telinga Elizabeth dan berbisik, "ingat, dapatkan hatinya secara pelan-pelan. Aku yakin Jae dapat melupakan ku dengan cepat,"

Begitu Hyewon menjauhkan kepalanya, ia melihat Elizabeth terkekeh. "Kau ada-ada saja, baiklah, aku berterima kasih padamu."

Hyewon menggeleng, "tidak, kau harus berterima kasih pada Tuhan karena ia berpihak padamu. Atau mungkin, Jae memang jodoh mu di masa depan, aku tinggal menanti undangan pernikahan kalian."

Elizabeth tertawa, "hahaha.. baiklah, aku akan mengirimnya nanti. Sering-sering lah menghubungi ku jika kau tidak sibuk, kau 'kan tahu Jae sibuk terus." Hyewon mengacungkan jempolnya.

Sampai akhirnya pemberitahuan bahwa pesawat yang akan Hyewon naiki sudah siap, gadis itu melambaikan tangannya pada Elizabeth dan tersenyum lebar.

"Sampai jumpa Eliza!"

<<<>>>

Dirumah, Hyewon disuguhkan dengan berbagai pertanyaan dari kedua orang tuanya, bahkan kedua orang tua Yeonjun dan Arin turut menanyakan keadaannya.

"Ayah, ibu, ia pasti lelah karena baru saja sampai. Biarkan ia istirahat terlebih dahulu, besok kita bicarakan hal ini. Atau kalau kalian penasaran, tanya saja padaku." Ucap Taehyun. Mereka baru saja tiba dan sudah membuat Hyewon pusing sendiri.

Taehyun peka, ia bisa melihat bagaimana raut wajah bingung dan lelah Hyewon saat diinterogasi. Yeonjun yang berada di sebelah Taehyun menganggukan kepalanya setuju. Sebenarnya ia ingin menegur kedua orang tuanya dan orang tua isterinya, tapi ia urungkan karena takut ia bisa saja di nilai tidak sopan karena memotong pembicaraan yang lebih tua.

"Ah, kurasa kita berlebihan." Ucap nyonya Choi begitu ia tersadar karena menanyakan banyak pertanyaan yang belum dijawab sama sekali oleh Hyewon. "Nak Hyewon, istirahatlah, dan Yeonjun temani ia dikamar. Buat ia tidur dengan nyenyak, mengerti?!"

Yeonjun menaik turunkan kepalanya, lalu ia mengajak Hyewon ke kamar gadis itu.

Di tangga menuju kamar Hyewon, Yeonjun berbicara. "Dimana kau meletakkan obat terlarang itu?" Tanyanya.

Hyewon menaiki anak tangga dan menoleh, "rahasia." Balasnya singkat.

"Cepat beritahu atau tidak aku mengacak kamarmu dan memberinya pada ibumu jika aku mendapatkannya." Ancam Yeonjun. Hyewon membulatkan matanya.

"Ya! Berani sekali kau ingin mengacak kamarku! Tidak, tidak boleh!" Ucap Hyewon sedikit menaikkan suaranya.

"Maka dari itu tunjukkan saja dimana kau menaruhnya, aku tidak akan mengacak isi kamarmu jika kau memberikan obat itu padaku."

Hyewon memanyunkan bibirnya lalu menghela napas. "Baiklah, baiklah, aku menaruhnya di laci nakas dekat tempat tidur ku. Kau bisa mengambilnya disana."

Yeonjun tersenyum penuh kemenangan, "nah, seperti itu. Menurut pada suami,"

"Awas saja jika kau memberikannya pada ayah atau ibuku. Kau akan mati ditangan ku jika berani melakukan itu,"

"Tenang saja, obat itu hanya akan ada ditangan ku."

<<<>>>

Di sekolah, Hyewon dikejutkan dengan Junhyuk yang menunjukkan dirinya dengan memeluk pinggangnya dari belakang. Hyewon tentu terkejut, "Junhyuk!" Tegurnya sambil melepas kedua tangan Junhyuk yang melingkar di pinggang kecilnya.

"Maaf, kau pergi lama sekali. Aku jadi rindu," ucap Junhyuk, lelaki itu mengerucutkan bibirnya lucu. Hyewon menggeleng pelan melihat tingkah temannya yang satu itu.

"Terserah, aku 'kan tidak lama juga, hanya pemotretan." Jawab Hyewon berbohong. Kemarin, sebelum Hyewon memasuki alam mimpinya, Yeonjun sempat memberitahukan bahwa Seunghee telah berbohong pada Junhyuk dan mengatakan bahwa ia sedang melakukan pemotretan di luar negeri. Padahal nyatanya dia diculik oleh Aera dan membuatnya hampir melupakan semua kenalannya di Korea.

"Enaknya jadi dirimu," gumam Junhyuk yang kini berjalan bersama Hyewon.

Hyewon menyunggingkan senyumnya, "kau juga." Ucapnya.

"Aku enaknya jadi apa? Selalu saja menyanyi, menari pagi malam, terus belajar, lalu setelah itu tidur beberapa jam. Tidak ada yang enak menjadi diriku yang hanya seorang idol."

"Bukan itu maksud ku, aku merasa bahwa menjadi idol itu menyenangkan. Kau bisa berinteraksi dengan para penggemar yang merupakan kekuatan mu untuk tetap bertahan. Meski sebagian dari mereka, mungkin memiliki sikap berlebihan. Tapi, aku yang hanya seorang model tidak memiliki penggemar yang bisa menguatkan hati seperti mu. Kau tahu 'kan kalau penggemar itu sumber kekuatan idol, aku jadi iri saja karena aku tidak pernah mendapatkan kekuatan itu." Jelas Hyewon dengan suara pelan. Sudah bertahun-tahun sejak ia menjadi model, ia tidak memiliki penggemar. Ia iri sekali.

"Woah.. aku belum pernah mendengarkan ucapan panjang dari mu. Biasanya hanya singkat dan tidak sepanjang itu. Karena terkadang kau meringkasnya, ini mungkin akan menjadi sejarah." Ucap Junhyuk melebih-lebihkan.

Hyewon menggeleng melihat Junhyuk meng-hiperbolakan perkataannya tadi. "Baiklah, terserah dirimu saja,"

"Oh iya, apa pulang sekolah kau memiliki jadwal?"

Hyewon mendongakkan kepalanya dan menggeleng, "setahu ku tidak ada, ada apa?"

"Tidak, hanya ingin mengajak mu jalan-jalan saja. Kau mau?"

"Ma-"

"Tidak boleh, kau itu ada janji pulang sekolah bersama ku." Hyewon menolehkan kepalanya dengan mata yang membulat. Ia terkejut melihat sang suami di sebelah kanannya yang langsung saja menarik pinggangnya agar mendekat.

"Yeo-Yeonjun? Ada a-"

"Kau tidak dengar? Kita ada janji pulang sekolah," ucap Yeonjun kembali memotong perkataan Hyewon.

Junhyuk yang melihat Yeonjun hanya tersenyum paksa. "Ah, begitu, ya. Baiklah, lain kali saja. Sampai jumpa Hyewon,"

Hyewon yang merasa canggung dengan keadaan hanya mengangguk sambil tersenyum kecil, ia melambaikan tangannya pada Junhyuk lalu menatap lelaki disebelahnya sinis.

"Ya! Kau tidak lihat aku sedang berbicara dengan seseorang?!"

Yeonjun menoleh kearah Junhyuk sebentar lalu kembali menatap Hyewon, "kenapa? Dia hanya teman mu, tidak penting juga. Kau harusnya itu menanyakan sesuatu padaku, bukan malah mengomel seperti itu."

Hyewon mencibir mengikuti ucapan Yeonjun, ia pun berkata. "Terus? Apa hubungannya? Ini masih pagi, aku malas berdebat dengan orang seperti mu. Bye!"

"Ya! Hyewon-ssi!"

<<<>>>

I Love U | Choi YeonjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang