16

124 12 0
                                    

Pelajaran terkahir telah usai, saatnya untuk pulang ke rumah masing-masing. Tapi, Hyewon lebih memilih diam dulu di tempat duduknya. Saat ini ia sedang berbicara dengan Seunghee, Yeji dan Arin.

Banyak hal yang mereka bicarakan sedari tadi, sampai-sampai Yeonjun yang berada di ambang pintu kelasnya tidak dilihat sedikit pun. Entah apa yang mereka bicarakan.

"Hyewon, Arin!" Teriak Yeonjun. Hyewon yang merasa namanya dipanggil menoleh.

"Oh, Yeonjun sudah datang. Kami harus pulang, besok dilanjutkan saja." Ucap Hyewon lalu mengambil tas sekolahnya sambil mengajak Arin.

Perlu diketahui sekali lagi, Arin buta arah. Waktu dimana Yeonjun dan Hyewon bertemu dengan Aera, Arin sengaja tidak ikut karena tidak ingin jadi nyamuk diantara mereka berdua. Dan mirisnya, Arin pulang di malam hari dengan keadaan basah. Tapi ia tidak sendiri, ia sampai dirumah keluarga Choi dengan Hueningkai, teman dekat Yeonjun. Hueningkai juga ikut basah karena ia hanya membawa motor dan saat itu sedang hujan deras, mau tak mau keduanya menerobos derasnya hujan di malam hari. Untung saja keduanya tidak sakit keesokan harinya.

"Kak Yeonjun," panggil Arin. Pemilik nama lantas melirik ke adiknya dan mengangkat alisnya seakan-akan bertanya 'ada apa?'. "Bisakah aku pulang dengan Hueningkai saja? Aku tidak mau dianggap orang ketiga dalam hubungan kalian." Lanjutnya cemberut.

Hyewon yang mendengarnya tertawa kecil, "ya! Kita ini teman, kau tidak perlu canggung seperti ini. Lagipula aku itu kakak ipar mu sekarang, eoh?!"

Sudut bibir Arin terangkat, "biasanya aku yang mengomeli mu dengan kata-kata seperti itu. Sekarang terbalik, aku tidak menyangka teman ku itu adalah kakak ipar ku sendiri."

"Kakak ipar?" Sebuah suara laki-laki menimbulkan keterkejutan bagi Hyewon.

"Junhyuk?!"

<<<>>>

"Hyewon, sudah, jangan dipikirkan lagi." Arin terus saja menenangkan Hyewon dikamarnya. Arin dan Hyewon berbagi kamar yang sama. Jangan lupa, Hyewon sudah menjadi bagian keluarga Choi. Hanya saja karena takut Yeonjun kehilangan kendali jika Hyewon tidur dikamar yang sama, maka adik dari Kang Taehyun itu berbagi kamar dengan teman kelasnya-- Arin.

Hyewon masih terisak, ia tidak mengindahkan ucapan Arin. Tadi, saat Junhyuk mendengarkan ucapan Arin, raut wajah Junhyuk secara tiba-tiba tidak bersahabat.

"Kalian sudah menikah?" Tanya Junhyuk dengan nada dingin. Hyewon yang mendengar itu menjadi ketakutan.

"A-.. itu.." Hyewon menunduk, ia takut pada Junhyuk. Terakhir kali Junhyuk marah padanya itu waktu beberapa bulan ia menjadi siswa baru, dan saat itu ia berbohong pada Junhyuk. Padahal hanya kebohongan kecil. Saat itu, ia mengerti kenapa Junhyuk marah padanya, karena lelaki itu tidak menyukai kebohongan atau sesuatu yang ditutup-tutupi darinya.

"Kau sudah mengerti diriku, dan kau tahu 'kan kalau aku tidak menyukai seseorang yang menyembunyikan sesuatu padaku. Apalagi teman dekat ku sendiri," ucap Junhyuk penuh penekanan. Yeonjun yang tidak terima Junhyuk marah pada isterinya membawa Hyewon ke belakang tubuhnya dan menatap Junhyuk tajam.

"Kau siapa berani memarahinya seperti itu?!" Tanya Yeonjun dengan emosi yang mulai naik.

Junhyuk berdecih, "kau jangan sok menjadi pahlawan kesiangan! Aku sedang berbicara dengan Hyewon, bukan denganmu, paham?!"

"Aku sungguh paham, tapi saat ini kami sedang sibuk. Ayo Hyewon, Arin. Aku bosan berbicara dengan laki-laki sepertinya." Yeonjun menarik lengan Hyewon dan Arin bersamaan. Meninggalkan Junhyuk yang memandang kepergian keduanya dengan kesal. Sangat kesal.

Seperti itulah yang terjadi, dan Hyewon takut jika bertemu dengan Junhyuk disekolah. Ia takut Junhyuk akan memarahinya lalu melukai dirinya sendiri dihadapan Hyewon, seperti yang dilakukannya terakhir kali.

"Ya! Tenanglah, mungkin Junhyuk hanya shock mendengar kalian sudah menikah." Ucap Arin. Tapi Hyewon masih tidak mendengarkannya, ia masih terlarut dalam tangisannya.

Yeonjun yang kebetulan sebelah kamar dengan Arin menghampiri keduanya, "Hyewon," panggilnya lembut.

Hyewon tetap saja menundukkan kepalanya sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan kecilnya. Yeonjun menghela napas, ia tidak ingin Hyewon kembali depresi berat. Ia takut Hyewon kembali ke penyakitnya.

"Hyewon, dengarkan dan lihat aku." Tangan kekar Yeonjun mendekap wajah Hyewon, ia membuka telapak tangan yang menutup wajah cantik isterinya. "Arin benar, Junhyuk mungkin hanya shock atau tidak terima karena kau tidak memberitahu hal ini. Tapi, kau tidak salah. Jangan menganggap bahwa itu semua salah mu, tidak."

Melihat Yeonjun yang terlihat serius, Arin beranjak dari duduknya dan meninggalkan sepasang suami isteri itu untuk berbicara lebih leluasa. "Tidak ada yang salah disini, dan aku mohon berhenti lah menangis. Aku tidak tega melihat air bening itu terus saja keluar dari mata cantik isteri ku."

Mendengar kata 'isteri' mengakibatkan jantung Hyewon berdetak lebih cepat dari biasanya. Pipinya bersemu, dan itu mengundang tawa bagi Yeonjun yang awalnya serius.

"Lihat pipi mu, kau terlihat lucu dengan pipi merah mu itu." Kata Yeonjun sambil terkekeh pelan.

Hyewon mendelik dan langsung melepaskan kedua tangan Yeonjun dari wajahnya. "Jika ingin meledek ku pergi saja, aku sedang tidak ingin tertawa."

"Baiklah, tapi ini sudah waktunya jam makan. Ayah dan ibu pasti bingung melihat isteri cantik Choi Yeonjun ini turun ke ruang makan lama sekali. Mereka berpikir kita melakukan hal-hal aneh nanti,"

"Ya sudah, ayo turun." Tapi baru saja kaki Hyewon menyentuh lantai, Yeonjun menarik lengan kecilnya.

Hyewon mendongak dan menatap lengannya yang dipegang, "ada apa?" Tanyanya yang tidak direspon oleh Yeonjun.

Lelaki itu menatap Hyewon, sangat dekat. Sampai jarak mereka sudah tidak ada lagi. Hyewon membulatkan matanya begitu bibir Yeonjun menyentuh bibir mungilnya. Dapat dilihat Yeonjun menutup matanya, menikmati ciuman tiba-tiba itu.

Ciuman itu berlangsung lama. Sampai pintu terketuk, Yeonjun melepaskan ciumannya dan menoleh ke arah pintu dengan kesal. "Kalau ingin ciuman bisa tutup pintu, tidak? Jangan membiarkan pintu terbuka seperti ini."

"Sejak kapan kau ada disana Taehyun?" Tanya Yeonjun, bibirnya mengerucut lucu. Membuat Hyewon disebelahnya terkekeh.

"Sejak kau menarik tangan Hyewon lalu menciumnya begitu saja, ish.. mengingatnya saja membuat ku ingin muntah." Ucap Taehyun datar.

"Terus? Kalau iri, cari pacar sana! Kau pasti akan merasakan hal yang sama kok,"

"Sudah-sudah, kak Taehyun datang kesini sama siapa?"

"Sooji, ayah dan ibu. Hari ini Sooji datang ke rumah, ia merindukan mu. Maka dari itu kami datang kesini. Aku baru saja ingin memanggilmu tapi kau asik berduaan bersama suami mu." Jelas Taehyun.

Pipi Hyewon merona ketika Taehyun mengatakan ia asik bersama Yeonjun, yang ada di pikirannya ia mengingat Yeonjun menciumnya tadi, tetapi segera ia menghilangkan pikiran itu dan langsung beranjak dari duduknya menghampiri Sooji-- sepupunya di ruang tamu. Yeonjun yang ditinggalkan begitu saja cemberut.

Taehyun yang masih di ambang pintu memandang Yeonjun, "kasihan sekali. Isterinya lebih memilih bersama sepupunya di banding suaminya."

Yeonjun mendelik, ia menatap Taehyun tajam dan bersiap memakinya. Tetapi sebelum kata-kata keluar dari mulut Yeonjun, Taehyun terlebih dahulu meleletkan lidahnya lalu meninggalkannya dikamar sendiri.

Kakak dan adik sama-sama menyebalkan, batinnya kesal.

<<<>>>

I Love U | Choi YeonjunWo Geschichten leben. Entdecke jetzt