9. Sepucuk Surat

1K 110 16
                                    

Sambil diputer ya lagunya gaes biar lebih kerasa feelnya ^^

Happy reading!

Dua hari ini aku hanya chat-chatan dengan Jerome, dan selama dua hari itu aku sudah dapat menerima kenyataan dan merelakan Jerome pergi ke Jepang. Kami tidak bertemu dan aku juga tidak mengajak bertemu, karena aku tau dia pasti mau dan sangat perlu menghabiskan waktu dengan keluarganya.

Jerome Polin

|Happy sunday, Nya!

Happy sunday too!|

|Oh ya, btw...
|Besok aku flight jam 1 siang

Terus?|

|Kamu gamau ikut nganter aku gitu
|Bareng keluarga aku

Gak lah, malu belum kenal|

|Aku udah ceritain tentang kamu ke keluarga aku btw

Tetap aja segan, skip.|

|Bener nih?
|Jadi kamu tega gak nganterin aku pergi?

Tega" aja sih :b|

|PARAHHHH JIWA

Sebenarnya sih, aku pengen banget nganterin Jerome ke bandara, tapi masa iya sama keluarganya, hmmm.

Hari ini aku lumayan sibuk karena ada pelayanan di gereja dan setelah ibadah, seperti biasanya, aku makan-makan dan ngobrol dengan teman gereja. Begitu juga dengan Jerome. Jadi kita sama-sama slowreps.

Akhirnya, kita baru sempat chat lagi di malam hari.

Jerome Polin

Besok safeflight ya!|

|Thankyou Nya!
|Aku tidur duluan ya soalnya besok mau bangun pagi
|Goodnight, Gbu Nya!

Goodnight, Gbu more ko!|

Seperti biasa aku berdoa sebelum tidur, tak lupa, aku berdoa untuk Jerome.

Kata orang, cara mencintai paling dalam itu mendoakan orang yang kita cintai. Sepertinya, itu benar adanya, karena Jerome selalu ada dalam doa-doaku.

Dan semoga, aku juga ada di dalam setiap doanya.

Entah karena angin apa, hari ini aku bangun lebih awal dari biasanya. Aku turun dengan langkah gontai ke bawah. Untungnya, hari ini jadwalnya online class jadi aku gak perlu ke kampus.

Aku mengeluarkan susu coklat dari kulkas dan sereal dari lemari, lalu menuangkan keduanya ke dalam satu mangkuk. Sedikit aneh memang, karena biasanya orang menggunakan susu vanilla, tapi aku lebih suka susu coklat.

Begitu selesai, aku duduk dan mulai menyuapkan sereal ke mulutku. Tapi, ada sesuatu yang menarik perhatianku.

Di ujung meja makan ada amplop berwarna pink dan gantungan hape totoro, karakter kesukaanku.

Aku pun berhenti makan sejenak, berdiri, serta mengambil keduanya. Aku membaca tulisan yang tertera di amplop tersebut.

Untuk : Zefanya Achiera.

Aku mengernyit. "Mba! Ini amplop dari siapa?" tanyaku dengan suara yang sedikit keras agar terdengar sampai ke lantai 2.

"Oh iya! Mba lupa bilang, itu dari teman cowok yang hari itu ke rumah, Non," sahut Mba Bintang yang sedang menyapu di lantai dua.

Teman cowok? Ke rumah? Jerome dong?

Aku buru-buru membuka amplop pink tersebut dan tentunya ada surat di dalamnya. Aku pun langsung membaca isi surat itu.

Dear, Zefanya Achiera.

Hai.

Hari ini adalah hari dimana aku harus berangkat ke Jepang, sekaligus, jadi hari terakhir kita berada di kota yang sama.

Rasanya aneh, esok hari, esoknya lagi, dan seterusnya, aku gak bisa ketemu langsung sama kamu lagi.

Dua minggu ini, aku terbiasa dengan kehadiran kamu. Dan jujur, dua minggu bukan waktu yang lama, tapi dengan mudahnya menghadirkan rasa.

Btw, kamu mau tau hari keberuntunganku gak?

Ya..., hari dimana kamu menabrakku kala itu.

Awalnya, aku sedikit kesal tapi...

Eh, ternyata yang nabrak aku bidadari HAHAHA!

Nya, kamu tau gak sih? kamu itu unik, lucu, dan sangat menyenangkan, sampai-sampai rasanya aku ingin terus menghabiskan waktu bersamamu.

Aku jatuh, padamu.

Terimakasih sudah membalas perasaanku, agar aku tidak jatuh sendirian.

Setidaknya aku gak bertepuk sebelah tangan. Kayak aku ke Jennie, hiks.

Aku tau keadaan keluargamu tidak sempurna, dan, aku tau kamu tidak sempurna. And it's okay, Nya.

I saw that you were perfect, so I love you. Then, I saw that you weren't, and I love you even more.

Kita doa bareng biar pemulihan terjadi di keluarga kamu, ya?

Aku ingin kamu tau, kamu akan selalu ada di dalam doaku, Nya. Selalu.

Nya, aku hanya ingin kamu terus tersenyum dan tertawa, yang entah sejak kapan, menjadi kesukaanku.

Jangan terlalu sering menangis, karena aku tidak bisa berada disana untuk menghapus air mata, pun tidak bisa meminjamkan pundak untuk bersandar.

Tapi, semua hanya sementara, karena aku pasti kembali, untukmu.

Jadi, tunggu aku kembali ya?

Last but not least,

I love you.

Love,
Jerome Polin.

Air mata sudah membasahi surat yang aku pegang. Aku membacanya dengan perasaan yang campur aduk. Aku melihat ke arah jam dinding, jam 10. Aku buru-buru mandi dan minta tolong ke Pak Adit, supir pribadiku untuk mengantarku ke bandara.

Aku sampai di bandara jam 12-an. Dengan langkah terburu-buru aku lari ke arah ruang tunggu keberangkatan Internasional.

Semoga Jerome belum masuk ke ruang tunggu, batinku sambil harap-harap cemas.

Dari jauh, aku melihat Jerome yang ternyata sedang berjalan masuk ke ruang tunggu.

"Jerome!" teriakku dengan air mata yang sudah mengalir.

Jerome berbalik dan menatapku. Ia mematung sepersekian detik sebelum akhirnya tersenyum. Ia melambaikan tangan, lalu membetuk tanda X dengan tangannya dan isyarat menangis.

Jangan menangis.

Jerome menari-nari heboh seperti orang gila tanpa memedulikan orang-orang yang sudah menatapnya dengan tatapan heran. Aku tertawa. Lalu ia membentuk tanda hati dengan kedua tangannya, tersenyum, dan buru-buru masuk ke ruang tunggu karena sudah di protes orang dibelakangnya.

"I'll wait for you, ko Jerome!" teriakku.

Jerome mengangkat tangannya dan membentuk tanda oke, sebelum akhirnya punggungnya menghilang dari pandanganku.

Aku jongkok dan menangis sepuasnya tanpa memedulikan orang-orang.

"Nyanya?"

Aku mendongkakkan kepala.

"Wah, beneran Nyanya!"

Mereka yang pisah, aku yang sedih gaes :"

Polin in LoveWhere stories live. Discover now