24. Restu

968 93 7
                                    

"Shalom! Happy Sunday!"

Aku menyalami tangan usher yang menyambut kami dan tersenyum lebar. "Shalom!"

Hari ini aku dan Jerome sama-sama tidak ada jadwal pelayanan, jadi kami memutuskan untuk ibadah bareng.

Dan, seperti biasa, kalau gereja, Jerome akan mengenakan kemeja batik.

"Disini aja," ajakku sambil menarik tangan Jerome untuk duduk di salah satu kursi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Disini aja," ajakku sambil menarik tangan Jerome untuk duduk di salah satu kursi.

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya ibadah dimulai. Aku dan Jerome sama-sama memuji dan menyembah Tuhan dengan antusias.

Sampai di lagu lambat, yang membuatku menangis karena benar adanya.

Waktu Tuhan pasti yang terbaik, walau kadang tak mudah dimengerti. Lewati cobaan kutetap percaya, waktu Tuhan pasti yang terbaik.

Aku menatap Jerome yang sedang fokus menyembah disebelahku, lalu cincin yang terpasang di jari manisku.

Doa yang pernah aku naikkan, untuk bertemu dengan pasangan hidup terbaik yang datang dari Tuhan, telah dijawab olehNya.

Yang awalnya namanya hanya bisa kusebut dalam doa, hari ini kami bisa berdoa dan beribadah bersama.

Sungguh indah, dan ajaib.

Sebelum ini aku udah mengalami banyak pengalaman pahit dalam cinta. Untuk bertemu dengan Jerome pun membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Tapi, siapa yang meyangka, dari kejadian pahit dan luka yang ada, dengan sabar dan berdoa, semua berakhir indah seperti ini.

God is good all the time!

"Nya, jadi?" tanya Jerome begitu kami keluar dari gereja dan berjalan ke mobil.

"Jadi," ujarku sambil membaca pesan yang terakhir aku dapat.

Papa
|Kita ketemu di Ninety-Nine Cafe jam 4 sore ya
|Ajak calon suami kamu

"Ya udah kita berangkat ya," kata Jerome sambil melajukan mobil.

"Iya, udah jam 3-an juga nih," balasku sambil melirik jam tangan yang terpasang di pergelangan tanganku.

Sejak dari kejadian Papa ketemu Jerome, entah kenapa Papa seperti menghilang dari hidupku. Tidak pernah menelepon, chat satu pun tak ada.

Aku sempat mengabaikannya. Tapi, setelah dua minggu Papa menghilang, aku berusaha untuk menghubunginya duluan.

Hasilnya nihil. Pesanku sama sekali tidak dibalas. Telepon pun tidak diangkat. Tapi, aku selalu mengabarinya tentang apa pun yang terjadi dalam hidupku.

Termasuk, soal aku yang akan menikah.

Dan, aku sangat terkejut, sekaligus senang, ketika Papa membalas pesanku dan mengajak untuk bertemu.

Polin in LoveWhere stories live. Discover now