Chapter 4

203 91 44
                                    

Sarah,Alex,Wendy dan Bobby tengah fokus memakan makanan mereka yang telah dihidangkan oleh pembantu yang ada dalam rumah tersebut. Semuanya hanya sibuk dengan urusan mereka masing-masing, Wendy yang bermain ponsel, Alex fokus membaca buku andalannya,dan sarah fokus memilih-milih tas dalam ponselnya.

Hanya keheningan yang dirasakan bobby pada saat itu. Memang sudah biasa di keluarganya seperti ini. tapi Bobby muak dengan kebiasaan ini.

Tiba tiba bobby berdiri dari kursinya dengan ekspresi ketus. Semua orang yang berada di meja makan itu menatap datar pria gemuk itu.Sarah terheran melihat piring bobby yang masih tersisa banyak makanan.

"Ko makanannya ga dihabisin sayang? biasanya kamu habisin." ucap sarah lembut.

"Bobby udah kenyang,aku pamit mau mengerjakan tugas." ucap pria itu tanpa menatap sarah.bobby pergi begitu saja meninggalkan keluarganya di meja makan.

"Kenapa yah anak itu?" tanya sarah terlihat bingung dengan kelakuan bobby yang tidak biasa.

"Biarkan saja bu, mungkin dia memang sudah kenyang." ucap wendy masih menatap ponselnya itu.

"Mungkin bobby kesal." sambung alex menatap buku andalannya.

"Kesal kenapa?"tanya sarah menatap alex.

"Lihat keluarga ini,seperti tidak ada kehidupan. yang ada hanyalah keheningan."

Alex melepas pandangannya dari buku itu, kemudian menatap datar ibunya itu.alex kemudian pergi begitu saja meninggalkan meja makan.

"Lah ko pada pergi sih?"gumam wendy memandangi alex yang sudah berjalan ke atas tangga.

Sarah terlihat bingung dengan sikap anak anaknya itu. Tidak pernah seperti ini keadaan keluarganya hanya saja semejak kepergian Agung Ayah dari anak anaknya itu. Mereka menjadi pemurung seperti itu.

Apa ini kesalahanku? Anak anakku yang dulu ceria menjadi pemurung dan tidak ada sedikitpun senyum dari mereka kecuali wendy yang memang sifatnya periang seperti dulu. Kini aku tidak pernah melihat senyum alex begitu juga dengan bobby. Batin sarah.

Kamar bobby

Kamar yang cukup luas serta tembok yang dihiasi dengan warna putih menjadi tempat peristirahatan pria bernama bobby. Dirinya yang lelah selalu merentangkan tubuhnya yang besar ke kasur miliknya yang empuk.

Poster Bruno mars yang menghiasi kamar besarnya itu,serta foto masa kecilnya dan foto keluarga.di foto itu terpancar senyum lucu dari pria gemuk itu.

Bobby yang terus memandangi foto keluarganya berharap suatu saat nanti bisa merubah keluarganya seperti dulu yang ceria dan penuh kebersamaan. sesekali dirinya menghela nafas mengeluarkan semua beban yang ada pada dirinya.

Tiba tiba bobby teringat Sintia. Dia langsung mengambil ponsel milikinya yang berada di meja belajarnya. Dia ingat bahwa dirinya sudah mengsave nomor milik gadis cantik itu.

"Gw chat jangan yah." gumam bobby nampak kegugupan dari dirinya, dia terus mondar mandir mencari keputusan. Dan akhirnya bobby memutuskan untuk mengchat gadis bernama sintia itu.

Sintia🌻

P
Halo sin
Gw bobby

Rumah sintia tepatnya kamar sintia

Kamar yang dibaluti dengan warna biru langit menambah kesan keindahan kamar itu, berbagai lukisan bergambarkan pemandangan menambah kesan nyaman pada kamar itu.

Rambut yang terurai dengan lesung pipi yang masih nampak jelas menambah kecantikan gadis bernama sintia itu. Sintia yang sedang bergumam membaca buku yang berada di atas bantalnya itu membuatnya teralihkan dengan bunyi dering ponsel yang ada dihadapannya.

50 KG 30 DAYS [On-going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang