Part 5. An Angel Called 'Mr. Kent'

737 34 6
                                    


Aku membuka indera penglihatku.

Dengan susah payah. Rasa nyeri yang teramat sangat menyerangku hingga aku menutup mata kembali dengan perlahan. Tetapi, aku ingin melihatnya. Lalu, kubuka mataku kembali.

Siapa?

Ingatanku bermain, saat memandang sepasang iris hazel keemasan yang berada tepat di depan wajah. Sedikit mengabur karena lemahnya saraf-sarafku. Bahkan bisa kurasakan hembusan nafasnya yang sewangi mint menyentuh hidungku.

"Farah ...?" bibir tipis itu bergerak, tetapi, indera pendengarku berdenging hingga aku tak bisa mendengar suaranya. Hanya gerakan bibirnya yang bisa kutera dalam pikiranku. Pupil matanya melebar melihatku berkedip perlahan, bereaksi akan kehadirannya.

"Farah ...." Bibir tipis itu bergerak kembali, lalu sesuatu yang hangat menyentuh wajahku.

Aku mencoba membuka mulut untuk menanggapinya, tapi, seketika rasa sakit kembali menghantam kepala. Hingga akhirnya aku menutup mata dan kembali berada di suatu tempat berkabut yang tak tahu di mana ujungnya akan berakhir.

Tuhan, di mana ini?

***

"Dia sadar! Oh, Tuhan, Greg! Dia sadar!"

Teriakan melengking yang panik sekaligus gembira menyambut, tatkala aku kembali membuka mata. Sedikit demi sedikit, aku bisa melihat siapa yang ada di depanku. Bayangan kabur itu perlahan-lahan membentuk wajah sedih milik seorang wanita paruh baya dengan rambut cokelat lurus dan mata hijau zamrud. Tampak air mata mengalir deras di pipinya yang tirus.

Wanita yang cantik. Pikirku.

Siapa dia?

Seketika ia menutup mulutnya tatkala aku mencoba berkedip dan bersuara, "Di mana aku?"

Dan, akupun terkejut mendengar suaraku sendiri. Begitu lirih dan seperti berasal dari tempat yang jauh. Seketika, sekelilingku menjadi gaduh dan membuatku bingung. Mengapa mereka terlihat begitu senang?

Wanita itu menubrukku di atas tempat tidur. Bahunya berguncang kuat saat ia memelukku dengan erat. "Farah ..., sayangku! My baby ...," ucapnya sambil tersedu-sedu. "Akhirnya kau sadar kembali, Nak," tangisnya pilu.

Seorang laki-laki separuh baya tampak mendekat. Sedikit bersusah-payah menarik tubuh limbung itu dan segera menegakkan tubuhnya. Aku terpana.

Siapa dia? Mengapa aku merasa begitu mengenalnya?

Aku kembali memejamkan mata seiring dengan denyut menyakitkan itu kembali. Suara-suara tangisan, gumaman dan sesuatu yang berdetik melebur menjadi satu di dalam kepalaku. Sakit sekali.

Kepalaku seperti mau pecah. Setelah mereda, aku berusaha membuka mataku kembali. Menatap bingung kepada sekumpulan sosok-sosok di depanku yang serupa bayangan buram. Lalu, suara-suara itu kembali berdengung. Kemudian, suara yang bijak, pelan dan tegas menguasai keadaan.

"Biarkan Farah beristirahat dulu. Berikan ia waktu," ujarnya memerintah. Pria dengan pakaian putih dan berkacamata.

Terdengar gumaman sebentar. Lalu, sosok-sosok itu mulai menjauh. Wanita yang tadi, kembali memelukku, mencium setiap inci wajahku, kemudian berbisik dengan lembut, "Sayang ..., selamat datang kembali."

AFFAIR WITH MONSTERWhere stories live. Discover now