Part 8. You and The Other Side

428 30 6
                                    

Aku membuka mata.

Tiba-tiba saja semuanya terasa lapang. Cahaya putih lampu neon di atas membuat silau, hingga aku kembali menutup mataku.

Aku kembali bisa bernapas. Tersengal-sengal kuhirup napas dalam-dalam. Paru-paruku terasa perih dimasuki udara dengan tiba-tiba. Aku terbatuk-batuk hebat. Tanganku berusaha mencengkeram pinggiran tempat tidur, sementara rasa sakit yang hebat menyerang kepalaku.

"Farah!" teriak seseorang. Aku kembali membuka mata, dengan samar dan terasa seperti mimpi, aku melihat Mrs. White berlari keluar kamar. Berteriak dengan kuat.

"Nurse Lidya! Siapapun, tolong! Segera panggil dokter! Farah diserang!" lamat-lamat aku mendengar suaranya.

Lalu, Mom ....

Mengapa perempuan yang paling kusayangi ini harus terus menderita melihatku?
Wajahnya tepat di atasku. Berteriak-teriak mencoba menyadarkanku. Aku tidak bisa mendengar suaranya. Telingaku berdenging. Bayangan lampu neon menimbulkan efek kabur di mataku.

Lalu seseorang memasang sesuatu di mulut dan hidungku. Seketika oksigen mengalir memenuhi saluran napas. Membuat semuanya menjadi ringan.
Kemudian, aku menutup mataku.

***

Bau obat-obatan kembali menerpa penciumanku.
Aku bisa bernapas!
Lalu, bayangan kejadian malam tadi mulai berputar di kepalaku.

Mom datang tepat pada waktunya. Diiringi oleh seorang perawat yang datang tergopoh-gopoh.

Orang yang menyerangku langsung kabur, ketika mendengar jeritan ibuku.

Semua kejadian itu membuatku pusing hingga satu suara membawaku kembali ke alam nyata.

"Farah ...?" bisik seseorang yang duduk di samping tempat tidurku. "Kau sudah sadar?" tanyanya. Jemari yang kokoh dan hangat menyentuh wajahku.

 Jemari yang kokoh dan hangat menyentuh wajahku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku menoleh untuk melihat siapa itu. Iris hazel keemasan itu kembali hadir di dekatku. Begitu dekat hingga aku bisa merasakan napasnya yang berbau mint itu mengelus pucuk hidungku.

"Mr. Kent ...," ucapku lirih. Dadaku kembali sesak. Rasa kain katun yang ditekankan ke wajah dan masuk ke mulut, membuatku kembali merasa tercekik dan susah bernapas. Bola mataku pastilah membelalak hingga membuat laki-laki itu segera berdiri dan terlihat panik.

"Jangan pergi!" sergahku lirih. Tanganku menggapai kemejanya, ketika tubuhnya berbalik hendak keluar kamar memanggil perawat. Mr. Kent mengurungkan niatnya. Lalu kembali mendekati tempat tidurku, dimana aku terbaring lemah. Ia mengambil tanganku dan menggenggam jemariku.

"Please, Mr. Kent! Jangan tinggalkan aku lagi. Stay! Tetaplah di sini, di sisiku ...," isakku lirih.

Laki-laki itu tampak memandangku masgyul. Ia mendekati tempat tidur. Berdiri dengan kaku dan bingung. Bibirnya bergerak-gerak, tapi tidak satu katapun keluar dari sana.

"Di mana, Mom? Dad?" tanyaku panik. Mr. Kent kembali duduk di kursi. Ia membelai rambutku.

"Orangtuamu baru saja pulang. Aku yang menyuruhnya pulang. Ibumu, sudah dua hari tidak tidur menjagamu. Beliau berdua butuh istirahat."

Aku kembali memandangi langit-langit. Kemudian berucap dengan samar.

"Aku takut ..., aku takut, Mr. Kent. Siapa dia? Siapa yang begitu benci denganku, hingga harus membunuhku? Siapa?!" seruku histeris. Tubuhku kembali bergetar hebat. Aku memejamkan mata. Menangis dengan kuat. Tubuhku tersentak-sentak di atas tempat tidur. Trauma yang mendalam membuatku kembali sulit bernapas.

"Farah! Farah! Tenanglah! Farah!" Seruan Mr. Kent tak juga menyingkirkan rasa panikku.

"Farah! Kau aman! Kau sudah aman. Tenanglah, tenanglah. Ada aku di sini. Aku selalu di sini."

Tiba-tiba saja, aku sudah berada dalam dekapannya. Aku membenamkan wajahku di atas dadanya. Mencoba mencari perlindungan di sana. Mencoba mengenyahkan segala ketakutan dan trauma.

"Farah ...?"

"Apa salahku, Mr. Kent? Aku merasa tak pernah bermasalah dengan orang lain. Apa salahku?!" teriakku histeris.

Mr. Kent membingkai wajahku dengan kedua tangannya. Mencoba menenangkan dengan pandangan matanya yang indah.

Namun, aku terlalu takut.

Aku merasa, nyawaku selalu berada di ujung tanduk.

"Farah ..., kekuranganmu hanyalah, kau terlalu baik," bisiknya. Jemarinya yang hangat mengusap airmataku. Lalu beralih ke pipiku. Lama ia memandangiku, dengan pandangan yang, entah.

Mr. Kent lalu naik ke tempat tidur tanpa kuminta. Tubuhnya yang ramping dan kokoh membuat tempat tidur berderit-derit. Ia kemudian berbaring di sampingku, dan kemudian memeluk tubuhku.

"Tidurlah ...," bisiknya tepat di telinga. "Aku akan menemanimu, Farah. Aku selalu akan berada di sampingmu," ucapnya lirih.

Aku memandang wajahnya. Sesuatu yang hangat dan damai menulariku. Wajah kami berdua begitu dekat. Napasnya dan napasku saling berembus, membuaiku dengan rasa kasih sayangnya yang nyata. Persetan dengan status guru dan murid di antara kami! Aku hanya ingin berada dalam dekapan dan perlindungannya.

Ia mengecup mata, hidung dan pipiku. Iris hazel keemasannya berpendar hangat. Lalu, ia meraba bibirku perlahan. Lama.

Oh, apakah bibirku terlihat kering dan pecah-pecah. Sungguh menyedihkan.

Kemudian, ia mencium keningku, hangat. Begitu menenangkan.

"Farah ..., gadisku yang luar biasa," ucapnya lirih. Bagai alunan lagu nina bobo yang mengantarkanku tidur dalam kedamaian.

Oh, aku cinta kau, Mr. Kent ....

***




Bersambung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bersambung ....

LLG, 2019

AFFAIR WITH MONSTERWhere stories live. Discover now