BAB 2

47.9K 9.6K 4.2K
                                    


Semua mata kini tertuju pada Hyunsuk yang baru saja menggebrak meja.

"Lo serius?..." Jihoon bertanya ragu.

Hyunsuk mengangguk cepat. "Gue bahkan sempat ngira gue cuma dikerjain sama salah satu dari kalian!" katanya.

"Eh tapi beneran ini bukan salah satu dari kalian yang iseng-iseng ngirim pesan teror itu? Udah jawab aja gue ga bakal marah, paling gue tampol doang," tambah Hyunsuk.

Tapi semua orang bungkam, tidak ada indikasi bahwa salah satu dari mereka adalah pelakunya.

"Kayanya emang bukan mereka deh," kata Jihoon.

"Terus siapa dong?" celetuk Junghwan.

"Lo dapet pesan itu jam berapa emang?" tanya Jihoon.

"Sekitar jam dua belas malam," jawab Hyunsuk seraya mengecek ponselnya.

"Gilak sih kalo beneran pelakunya bukan salah satu dari kita," kata Jaehyuk.

Doyoung dan Jeongwoo mengangguk setuju.

"Dan cringe-nya, dari mana mereka tau nomor kalian? Perasaan di antara kita berdua belas, nggak ada kita kasih nomor hape ke orang lain," ujar Mashiho.

Benar, mereka masing-masing punya dua kartu, kartu yang satu dipakai untuk daftar WA, sementara yang satunya lagi adalah nomor privasi yang hanya dibagi di antara mereka dan masing-masing keluarga mereka.

"Lacak aja nomornya, Bang," usul Haruto.

"Udah semalem, tapi not found."

Junkyu tiba-tiba memeluk Mashiho, ekspresinya terlihat ketakutan.

"Eh Jun napa, lepasin gue sesak napas."

Tapi Junkyu justru mempererat pelukannya seperti memeluk boneka.

Haruto serta Jeongwoo yang melihat pemandangan itu saling melirik dengan ekspresi julid satu sama lain.

"Woi nyet ga usah modus," kata Hyunsuk yang segera menarik Junkyu menjauh dari Mashiho.

Kini giliran Hyunsuk yang jadi korban pelukan Junkyu.

Bayangkan, badan sebongsor Junkyu memeluk badan sekecil Hyunsuk, mati sesak napas Hyunsuk lama-lama.

"Gue beneran takut..." lirih Junkyu.

Junkyu memang punya trauma dengan hal-hal yang berbau teror semacam itu.

"Minum, Jun." Yoshi menyodorkan air minum.

Kini mereka semua terdiam dengan pikiran masing-masing.

Junghwan baru saja kembali dari dapur membawa susu yang Yoshi buat untuknya.

"Tapi gimana kalo itu pesan emang cuma pesan iseng-iseng aja?" tanya Yoshi.

"Gue rasa itu bukan pesan iseng doang," kata Jihoon.

"Jadi gimana ini? Kita selidiki atau diemin aja?" tanya Yedam.

"Ya ga bisa didiemin lah!" kata Hyunsuk ngegas.

"Tapi kita gak punya petunjuk tentang siapa pengirim pesan ini," balas Jihoon.

Kemudian mereka diam lagi.

"Oke gini deh, kita diemin aja. Kalo misalkan pengirim pesan teror itu berulah lagi, baru deh kita selidiki," usul Doyoung.

"Hmm... gue setuju."











































Drrt... drtt...

Bunyi getar ponsel seseorang di atas meja.

"Hape gue," kata Junkyu seraya meraih ponselnya.

Begitu laki-laki itu mengaktifkan ponsel dan melihat pesan yang terpampang di layar, laki-laki itu memekik dan melempar asal ponselnya.

Junkyu gemetaran, wajahnya pucat.

Hyunsuk dengan cepat menyambar ponsel Junkyu untuk melihat apa yang membuat Junkyu terlihat semakin ketakutan.

"ANJ!"

Hyunsuk langsung berdiri dan lari ke arah dapur seperti orang kesetanan.

"WOI BANGSAT KELUAR LO! JANGAN MAIN-MAIN LO SAMA GUE NJING!" teriak Hyunsuk di dalam dapur.

Semua orang berdiri secara serentak kecuali Asahi, mereka saling melirik dengan tanda tanya.

Hyunsuk keluar dari dapur dan kini laki-laki itu berlari keluar dari rumah.

Yoshi menyambar ponsel Junkyu dan semua kini mengerumuni Yoshi untuk melihat apa yang membuat Hyunsuk terlihat marah sampai lari-lari seperti orang mengejar maling.

Sebuah potret Junkyu memeluk Mashiho dengan ketakutan.



































Unknow:
Dasar penakut, ini belum seberapa dan lo udah setakut itu.
Ini baru permulaan, dan lo akan segera ngalamin rasa takut lainnya.

Say good by to your life 👿








































"Anjir! Gimana bisa orang itu motoin bang Junkyu?!" pekik Jeongwoo.

"Dan parahnya orang itu moto dari dalam rumah!" tambah Yedam.

"Dan kita gak liat orang itu masuk lewat mana," kata Doyoung.

Yoshi terlihat fokus menatap foto tersebut.

"Foto ini baru aja diambil beberapa menit lalu, kalo dilihat dari sudutnya, foto ini di-shot dari arah dapur," tutur Yoshi berhipotesis.

Haruto menatap lekat Junghwan.

"Wan, lo yang habis dari dapur," katanya.

Semua atensi kini beralih pada Junghwan.

"Ya terus?" respon Junghwan bingung.

"Maksud Haruto lo nggak liat seseorang  tadi pas pergi ngambil susu di dapur?" tanya Yoshi meluruskan maksud ucapan Haruto tadi.

Junghwan menggeleng. "Nggak ada siapa-siapa, Bang, sumpah!"

"Tapi gimana bisa gak keliatan itu orang? Gue yakin foto ini diambil bertepatan saat Junghwan masuk ke dapur," tutur Yedam, Haruto mengangguk setuju.

"Apa jangan-jangan elo yang fotoin ya, Wan?" tanya Doyoung menatap curiga Junghwan.

Junghwan melotot dan menggeleng cepat. "Bukan lah, Bang! Jangan fitnah!"

"Ya siapa tau kan?" Haruto ikut-ikutan setuju dengan tuduhan Doyoung.

"Astagfirullah, Junghwan gak bawa hape gimana bisa motoin kak Ajun!"

Benar, Junghwan tidak membawa ponsel.

"Njir bener juga," kata Haruto akhirnya berhenti curiga pada Junghwan.

Hyunsuk datang sambil berkacak pinggang, dadanya naik turun habis lari.

"Ga ada siapa-siapa di luar," katanya.

Tepat setelah Hyunsuk berkata demikian, terdengar suara grasah-grusuh dari arah dapur.

"SIAPA?!"

Mereka semua serempak lari ke arah dapur dan melihat siapa yang ada di dalam sana.
































































































"BEN?!"

Revenge | TREASUREWhere stories live. Discover now