ONE

14.6K 823 38
                                    

Caithlin POV

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Caithlin POV

"Emily ayo bangun ini sudah siang," ucapku membangunkan Emily yang masih tertidur.

"Kakak aku masih mengantuk 5 menit lagi ya," jawab Emily.

"Tidak ada 5 menit Em ayo bangun sekarang."

Disini, dikeluarga ini aku mendapatkan kasih sayang kedua orang tua dan adikku tanpa kekurangan apapun.

"Ayo berangkat,Em, kita akan telat sampai di sekolah," ajakku dengan menarik lengan Emily.

"Oke oke kakak bawel," ucap Emily dengan wajah cemberutnya yang sangat kentara.

Aku bersekolah di SMA Garuda. Aku berada di kelas 11 dan Emily masih kelas 10 dan ya kita satu sekolah.

"Belajar yang benar Em jangan main-main terus," ucapku dengan mengelus rambut Emily.

"Siap  kakak," kata Emily dengan tersenyum manis lalu berlari meninnggalkanku.

Saat di dalam kelas kita masuk seperti biasanya namun ternyata ada seorang anak baru. Suara ramai kelas pun tiba-tiba saja sepi dan semu mata menatapnya.

"Anak-anak dia adalah murid baru, silahkan perkenalkan dirimu," ucap Bu Anita sebagai wali kelasku

"Marcellino Xander Lucifer," ucap anak itu dengan singkat.

"Ganteng banget."

"Jadi pacar aku yuk."

"Sama aku aja ya."

Begitulah sekiranya godaan para cewek yang ada di kelas yang membuatku muak dan ingin muntah mendengarnya.

"Sudah-sudah kita lanjutkan pelajarannya, Marcel kamu duduk di sebelah Caithlin. Caithlin tolong angkat tanganmu," lerai Bu Anita.

Aku pun mengangkat tangan, tapi aku berfikir kenapa dari tadi si murid baru itu menatapku dengan mata tajamnya itu yang menyorotku seperti ingin memakanku.

"Finally, i meet you mate," ucap marcel dengan lirih namun masih dapat ku dengar

"Kau berbicara pada siapa? aku?" tanyaku bingung dengan menaikkan sebelah alisku.

Dia hanya menatapku dengan tatapan anenhnya itu tanpa menjawab pertanyaanku tadi. Dan aku pun tak ambil pusing dengan sikapnya yang menurutku aneh itu.

Saat istirahat masih terus saja menatapku dengan tatapan anehnya itu dan itu membuatku sangat tidak nyaman.

"Kenapa dari tadi kau selalu melihatku dengan tatapan anehmu itu?" ucapku dengan menatap tajam ke arahnya.

"Memangnya tidak boleh?" tanyanya yang membuatku semakin kesal.

"Tidak!" ucapku dengan berteriak yang membuat semua orang disekitarku melihat ke arahku.

Dia pergi begitu saja dengan wajah tanpa rasa bersalahnya yang telah menyebabkanku menjadi pusat perhatian.

Di kantin, seperti biasanya gue berkumpul bersama teman-temanku.

The Great Queen [End]Onde histórias criam vida. Descubra agora